Ibadah puasa mempunyai implikasi yang sangat signifikan dalam berbagai hal. Implikasi tersebut berpengaruh positif pada berbagai macam bidang kehidupan manusia. Hal ini dapat anda baca kembali pada bahasan yang telah lampau mengenai hubungan puasa dengan kesehatan, hubungan puasa dengan kekuatan rohani, hubungan puasa dengan kesabaran, hubungan puasa dan kebijakan, hubungan antara puasa dan taqwa.
Pada kesempatan ini ajaranislam akan memaparkan tentang hal-hal yang hendaknya diketahui dan menjadi rukun puasa agar puasa yang dijalankan dapat mencapai dampak, implikasi dan sasaran atau tujuan yang diharapkan sesuai dengan maksud dan tujuan puasa yang diinginkan oleh Allah swt.
Puasa adalah ibadah yang sangat istimewa dengan berbagai macam manfaat dan faedah yang dalam perjalanannya dapat menyegarkan kembali baik fisik, mental serta spiritual dari pribadi seseorang yang menjalankannya dengan puasa yang sebenar-benarnya tidak hanya puasa lahir akan tetapi puasa batin.
Apabila kita mampu menjalankan puasa dengan sebenar-benarnya puasa serta dengan sikap batin yang tangguh serta kuat dan tulus ikhlas, imanan wahtisaban hanya karena Allah swt, niscaya mereka akan memperoleh tujuan akhir dari puasa yang mencapai derajat orang yang taqwa.
Baca juga
Arti taqwa menurut Syara' dan Macamnya
Mengapa kita harus taqwa kepada Allah
Hakikat dan contoh orang yang taqwa
Kemuliaan yang dijanjikan Allah bagi hamba yang bertaqwa
Sebagaimana Firman Allah swt. dalam al-Qur’an:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 183)
Baca juga
Arti taqwa yang sebenarnya
Maksud dan tujuan diturunkannya al-Qur’an
Cara menjalankan puasa lahir dan batin
Akan tetapi, untuk dapat mencapai tujuan tersebut, seseorang mukmin sudah semestinya menjalankan puasa yang ia jalankan tidak hanya puasa secara lahir saja akan tetapi juga puasa batin.
Apa yang dimaksud dengan puasa lahir?
Menurut para ahli ilmu fikih, yang dimaksud dengan puasa lahir adalah al-imsak atau menahan diri dari makanan dan minuman dan menahan diri dari melakukan hubungan intim suami-istri yang dimulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari dengan niat hanya karena Allah swt.
Apa yang dimaksud dengan puasa batin?
Menurut para ahli sufi yang dimaksud dengan puasa batin adalah menahan diri dari segala hal dan perbuatan yang dilarang atau diharamkan oleh Allah swt. Tidak cukup hanya menahan dari hal yang diharamkan, namun juga menahan dari segala apapun yang dapat memalingkan diri seseorang dari mengingat Allah swt.
Menurut pendapat dari Imam Ghazali dan Kess Waaijman dalam Spirituality: form , foundation, method menjelaskan bahwa tingkatan tertinggi dari puasa batin adalah hanya menjadikan Allah swt. sebagai satu-satu Yang Tercinta dan Terkasih. Dengan puasa batin akan dapat mengantarkan seseorang mencapai Esensi Islam yaitu hanya berserah diri secara penuh kepada Allah swt.
Enam Rukun dalam Puasa Batin
Imam al-Ghazali dalam buku Asrar al-Shaum beliau al-Ghazali menetapkan bahwa dalam puasa batin terdapat enam rukun yang bersifat spiritual dan moral untuk mencapai sasaran puasa yang sebenarnya sehingga puasa yang dijalankan seseorang menjadi puasa yang sah dan diterima oleh Allah swt (al-shihhah, al-maqbul).
Apa saja enam rukun untuk menjalankan puasa batin?
Rukun pertama adalah mensucikan pandangan
Hendaknya dalam menjalankan puasa batin adalah senantiasa menjaga dalam artian mensucikan pandangan dari semua hal atau perkara yang dilarang atau diharamkan oleh Allah swt. Istilah ini disebut dengan shaum al-bashar. Mengapa demikian? Pandangan mata seringkali merupakan titik pertama dari keburukan sehingga memandang sesuatu yang diharamkan adalah berbahaya dan dapat menimbulkan keburukan dan kekotoran dalam hati.
Sebagaimana dalil hadits sabda Nabi Muhammad. Saw. : pandangan itu merupakan salah satu anak panah Iblis. (HR. Hakim dari Hudzaifah ibn al-Yaman)
Baca juga menjaga pandangan dan kemaluan dari fitnah
Rukun kedua puasa batin, mensucikan perkataan
Shaum al-lisan atau mensucikan perkataan atau lisan dari perbuatan menggosip, berbohong, dusta serta adu domba. Menurut Imam al-Ghazali, orang yang berpuasa hendaknya menjaga dan memelihara, mensucikan lisan atau perkataannya dan lebih baik diam, kemudian banyak berdzikir dan membaca al-Qur’an.
Dalam dalil hadits Nabi saw.: jangan berkata kotor dan jangan berbuat jahil. (HR. Bukhari, Muslim).
Baca juga
Bahaya berbohong dan hukumnya dalam Islam
Berbohong adalah yang paling dibenci Nabi Muhammad
Mengadu domba dalam ajaran Islam
Cara menghindari sifat tercela adu domba
Baca juga ilmu dzikir
Pengertian dan hakikat Dzikir
Dzikir dengan lisan dan hati
Nikmat dari berdoa dan dzikir
Mengenali dan mengetahui orang yang ahli dzikir
Kapankah sebaiknya berdzikir
Bacaan Dzikir Lengkap setelah sholat
Dzikir pelindung dari api neraka
Rukun ketiga adalah mensucikan pendengaran.
Shaum al-Sami’ atau puasa pendengaran atau mensucikan telinga (pendengaran) dari mendengar perkataan yang buruk, jelek, dusta dan kebohongan. Orang yang mendengarkan perkataan buruk, dusta dan kebohongan adalah bahwa mereka sama buruknya dengan yang mengatakan kebohongan dan dusta.
Al-Qur’an telah menjelaskan bahwa orang yang mendengarkan kebohongan adalah sama dengan pemakan riba atau suap. Firman Allah swt. dalam al-Qur’an:
Artinya: Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram. (QS al-M aidah : 42)
Artinya: Mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram? Sesungguhnya amat buruk apa yang telah mereka kerjakan itu. (QS al-M aidah 63 ) .
Rukun keempat Mensucikan anggota tubuh lain.
Dalam puasa batin, selain mensucikan pandangan, lisan, dan pendengaran juga menyucikan anggota badan yang lain. Mensucikan anggota badan yang lain dalam puasa disebut dengan istilah shaum baqiyat al-jawarih). Mensucikan anggota badan yang lain seperti kaki, tangan serta anggota badan yang lain dari perbuatan dan hal-hal yang dilarang untuk dikerjakan serta mensucikan diri dari makan dan minum dari barang-barang yang diharamkan atau dilarang oleh Allah swt.
Rukun kelima menjaga perut
Yang dimaksud menjaga perut disini adalah dengan mengurangi makan yang terlalu kenyang. Karena dengan makan terlalu kenyang adalah bertentangan dengan salah satu tujuan dari puasa yaitu melepaskan dan menghindarkan diri dari nafsu syahwat perut.
Rukun keenam cemas namun tetap penuh harapan.
Untuk mencapai puasa batin hendaknya seseorang senantiasa cemas namun tetap penuh harapan yang artinya adalah selalu optimis bahwa puasa yang dilakukannya akan diterima oleh Allah swt.
Puasa yang kita kerjakan baik puasa sunnah maupun puasa wajib hendaknya tidak hanya puasa secara lahiriyah akan tetapi juga puasa batiniah sehingga tujuan puasa yang hakiki dapat tercapai. Puasa yang benar-benar menjadi penyembuh dan penyegar bagi kebugaran fisik, mental, psikis dan juga spiritual. Dimana tujuan akhirnya adalah agar kita menjadi hamba yang bertaqwa dengan sebenar-benarnya taqwa. amiin
Pada kesempatan ini ajaranislam akan memaparkan tentang hal-hal yang hendaknya diketahui dan menjadi rukun puasa agar puasa yang dijalankan dapat mencapai dampak, implikasi dan sasaran atau tujuan yang diharapkan sesuai dengan maksud dan tujuan puasa yang diinginkan oleh Allah swt.
Puasa adalah ibadah yang sangat istimewa dengan berbagai macam manfaat dan faedah yang dalam perjalanannya dapat menyegarkan kembali baik fisik, mental serta spiritual dari pribadi seseorang yang menjalankannya dengan puasa yang sebenar-benarnya tidak hanya puasa lahir akan tetapi puasa batin.
Apabila kita mampu menjalankan puasa dengan sebenar-benarnya puasa serta dengan sikap batin yang tangguh serta kuat dan tulus ikhlas, imanan wahtisaban hanya karena Allah swt, niscaya mereka akan memperoleh tujuan akhir dari puasa yang mencapai derajat orang yang taqwa.
Baca juga
Arti taqwa menurut Syara' dan Macamnya
Mengapa kita harus taqwa kepada Allah
Hakikat dan contoh orang yang taqwa
Kemuliaan yang dijanjikan Allah bagi hamba yang bertaqwa
Sebagaimana Firman Allah swt. dalam al-Qur’an:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 183)
Baca juga
Arti taqwa yang sebenarnya
Maksud dan tujuan diturunkannya al-Qur’an
Cara menjalankan puasa lahir dan batin
Akan tetapi, untuk dapat mencapai tujuan tersebut, seseorang mukmin sudah semestinya menjalankan puasa yang ia jalankan tidak hanya puasa secara lahir saja akan tetapi juga puasa batin.
Apa yang dimaksud dengan puasa lahir?
Menurut para ahli ilmu fikih, yang dimaksud dengan puasa lahir adalah al-imsak atau menahan diri dari makanan dan minuman dan menahan diri dari melakukan hubungan intim suami-istri yang dimulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari dengan niat hanya karena Allah swt.
Apa yang dimaksud dengan puasa batin?
Menurut para ahli sufi yang dimaksud dengan puasa batin adalah menahan diri dari segala hal dan perbuatan yang dilarang atau diharamkan oleh Allah swt. Tidak cukup hanya menahan dari hal yang diharamkan, namun juga menahan dari segala apapun yang dapat memalingkan diri seseorang dari mengingat Allah swt.
Menurut pendapat dari Imam Ghazali dan Kess Waaijman dalam Spirituality: form , foundation, method menjelaskan bahwa tingkatan tertinggi dari puasa batin adalah hanya menjadikan Allah swt. sebagai satu-satu Yang Tercinta dan Terkasih. Dengan puasa batin akan dapat mengantarkan seseorang mencapai Esensi Islam yaitu hanya berserah diri secara penuh kepada Allah swt.
Enam Rukun dalam Puasa Batin
Imam al-Ghazali dalam buku Asrar al-Shaum beliau al-Ghazali menetapkan bahwa dalam puasa batin terdapat enam rukun yang bersifat spiritual dan moral untuk mencapai sasaran puasa yang sebenarnya sehingga puasa yang dijalankan seseorang menjadi puasa yang sah dan diterima oleh Allah swt (al-shihhah, al-maqbul).
Apa saja enam rukun untuk menjalankan puasa batin?
Rukun pertama adalah mensucikan pandangan
Hendaknya dalam menjalankan puasa batin adalah senantiasa menjaga dalam artian mensucikan pandangan dari semua hal atau perkara yang dilarang atau diharamkan oleh Allah swt. Istilah ini disebut dengan shaum al-bashar. Mengapa demikian? Pandangan mata seringkali merupakan titik pertama dari keburukan sehingga memandang sesuatu yang diharamkan adalah berbahaya dan dapat menimbulkan keburukan dan kekotoran dalam hati.
Sebagaimana dalil hadits sabda Nabi Muhammad. Saw. : pandangan itu merupakan salah satu anak panah Iblis. (HR. Hakim dari Hudzaifah ibn al-Yaman)
Baca juga menjaga pandangan dan kemaluan dari fitnah
Rukun kedua puasa batin, mensucikan perkataan
Shaum al-lisan atau mensucikan perkataan atau lisan dari perbuatan menggosip, berbohong, dusta serta adu domba. Menurut Imam al-Ghazali, orang yang berpuasa hendaknya menjaga dan memelihara, mensucikan lisan atau perkataannya dan lebih baik diam, kemudian banyak berdzikir dan membaca al-Qur’an.
Dalam dalil hadits Nabi saw.: jangan berkata kotor dan jangan berbuat jahil. (HR. Bukhari, Muslim).
Baca juga
Bahaya berbohong dan hukumnya dalam Islam
Berbohong adalah yang paling dibenci Nabi Muhammad
Mengadu domba dalam ajaran Islam
Cara menghindari sifat tercela adu domba
Baca juga ilmu dzikir
Pengertian dan hakikat Dzikir
Dzikir dengan lisan dan hati
Nikmat dari berdoa dan dzikir
Mengenali dan mengetahui orang yang ahli dzikir
Kapankah sebaiknya berdzikir
Bacaan Dzikir Lengkap setelah sholat
Dzikir pelindung dari api neraka
Rukun ketiga adalah mensucikan pendengaran.
Shaum al-Sami’ atau puasa pendengaran atau mensucikan telinga (pendengaran) dari mendengar perkataan yang buruk, jelek, dusta dan kebohongan. Orang yang mendengarkan perkataan buruk, dusta dan kebohongan adalah bahwa mereka sama buruknya dengan yang mengatakan kebohongan dan dusta.
Al-Qur’an telah menjelaskan bahwa orang yang mendengarkan kebohongan adalah sama dengan pemakan riba atau suap. Firman Allah swt. dalam al-Qur’an:
سَمَّٰعُونَ لِلۡكَذِبِ أَكَّٰلُونَ لِلسُّحۡتِۚ
Artinya: Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram. (QS al-M aidah : 42)
لَوۡلَا يَنۡهَىٰهُمُ ٱلرَّبَّٰنِيُّونَ وَٱلۡأَحۡبَارُ عَن قَوۡلِهِمُ ٱلۡإِثۡمَ وَأَكۡلِهِمُ ٱلسُّحۡتَۚ لَبِئۡسَ مَا كَانُواْ يَصۡنَعُونَ
Artinya: Mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram? Sesungguhnya amat buruk apa yang telah mereka kerjakan itu. (QS al-M aidah 63 ) .
Rukun keempat Mensucikan anggota tubuh lain.
Dalam puasa batin, selain mensucikan pandangan, lisan, dan pendengaran juga menyucikan anggota badan yang lain. Mensucikan anggota badan yang lain dalam puasa disebut dengan istilah shaum baqiyat al-jawarih). Mensucikan anggota badan yang lain seperti kaki, tangan serta anggota badan yang lain dari perbuatan dan hal-hal yang dilarang untuk dikerjakan serta mensucikan diri dari makan dan minum dari barang-barang yang diharamkan atau dilarang oleh Allah swt.
Rukun kelima menjaga perut
Yang dimaksud menjaga perut disini adalah dengan mengurangi makan yang terlalu kenyang. Karena dengan makan terlalu kenyang adalah bertentangan dengan salah satu tujuan dari puasa yaitu melepaskan dan menghindarkan diri dari nafsu syahwat perut.
Rukun keenam cemas namun tetap penuh harapan.
Untuk mencapai puasa batin hendaknya seseorang senantiasa cemas namun tetap penuh harapan yang artinya adalah selalu optimis bahwa puasa yang dilakukannya akan diterima oleh Allah swt.
Puasa yang kita kerjakan baik puasa sunnah maupun puasa wajib hendaknya tidak hanya puasa secara lahiriyah akan tetapi juga puasa batiniah sehingga tujuan puasa yang hakiki dapat tercapai. Puasa yang benar-benar menjadi penyembuh dan penyegar bagi kebugaran fisik, mental, psikis dan juga spiritual. Dimana tujuan akhirnya adalah agar kita menjadi hamba yang bertaqwa dengan sebenar-benarnya taqwa. amiin
Posting Komentar untuk "Cara Mencapai Tujuan Hakiki dari Puasa"