Hubungan Antara Puasa dan Taqwa

Di dalam Islam, puasa mempunyai tujuan di dalam rangka takwa terhadap Allah, sebagaimana dijelaskan pada akhir ayat yang berbunyi : “Agar kamu bertakwa”. Pengertian takwa ialah menjaga diri dari perbuatan yang menyebabkan kemurkaan Allah dan perbuatan yang bisa mendatangkan siksaan-Nya. Cara yang harus ditempuh untuk merealisasikan hal itu ialah dengan menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Juga menjaga jiwa dari perbuatan dosa dan nafsu sahwat, serta membersihkan diri dari berbagai macam perilaku (akhlak) tercela. 

Seorang yang menjalankan puasa harus mengekang diri dari tuntutan biologis seperti makan, minum dan melakukan hubungan sex, demi menjalankan perintah Allah. Tentu saja seseorang yang harus mengekang dirinya akan merasakan berat, walau dilakukan demi menjalankan perintah Tuhan. Sepanjang bulan Ramadhan ia terus menahan diri dengan penuh kesabaran dan menyadari bahwa Allah selalu mengawasinya. Seandainya rasa takut terhadap larangan Allah dan meninggalkan puasa tidak ada pada dirinya, maka ia takkan tahan melakukan puasa. Tentu saja dengan membiasakan diri dalam hal ini, akan tertanam dalam jiwanya rasa ikhlas dalam menjalankan perintah Allah, dan rasa malu jika melanggar larangan-larangan-Nya. 

Puasa juga dapat menempa iman seseorang sehingga kuat laksana baja dalam menghadapi hawa nafsu dan kebiasaan-kebiasaan yang membahayakan. 

Puasa dapat mendidik jiwa untuk bertakwa kepada Allah dan taat melaksanakan perintah-perintah-Nya. Selain itu, puasa dapat melindungi diri dari kemauan hawa nafsu melakukan hal-hal yang diharamkan oleh agama. 

Itulah hakikat tujuan puasa; dan buah yang akan dipetik oleh pelakunya seperti sabda Rasulullah :

 الصيام جنة فاذا كان صوم أحدكم فلا يرفث ولا يجهل فان شاتمه احد او قاتله فليقل : إني صائم, إني صائم (رواه البخارى

“Puasa adalah benteng (dari perbuatan maksiat), apabila salah seorang di antara kamu melakukan puasa, maka janganlah berbicara kotor dan janganlah berlaku seperti orang bodoh. Jika ada yang mencari atau mengajak bertengkar, maka katakanlah : “Saya sedang puasa, saya sedang puasa (Hadits riwayat Bukhari)”. 

Rasulullah juga pernah bersabda :

 من لم يدع قول الزور والعمل به والجهل فليس لله حاجة ان يدع طعامه وشرابه (رواه البخارى

“Barangsiapa tidak mau meninggalkan perkataan bohong dan melakukan perbuatan tercela, maka Allah tidak membutuhkan lagi puasanya (Hadits riwayat Bukhari)”. 

Sabda Nabi SAW tadi memberikan penjelasan kepada kita, bahwa yang dimaksud dengan puasa tidak sekedar menahan lapar dan dahaga. Bahkan lebih dari itu, ia harus mengekang nafsu syahwat dan memadamkan api kemarahan serta menuduhkan nafsu amarahnya untuk taat kepada Allah. Apabila syarat-syarat yang telah kami sebutkan tadi tidak terpenuhi pada diri seseorang yang melakukan puasa, maka Allah tidak akan mempedulikan lagi puasanya. 

Puasa adalah ibadah yang dapat menanamkan rasa ikhlas, dan merupakan amanat antara khaliq dan makhluknya. Di samping itu, puasa adalah rahasia yang tak dapat diketahui kecuali oleh Allah. Oleh karenanya, pahala puasa amatlah agung. 

Rasulullah bersabda :

 كل عمل ابن ادم له الا الصوم فانه لي وانا اجزى به (رواه البخارى

“Semua amal anak Adam (pahalanya) baginya, kecuali puasa, puasa khusus untuk-Ku dan Aku-lah yang akan membalasnya (Hadits riwayat Bukhari)”. 

Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda :

 فى الجنة ثمانية ابواب فيها باب يسمى الريان لا يدخله الا الصائمون (رواه البخارى

“Dalam surga terdapat delapan pintu masuk, di antaranya ialah pintu yang diberi nama Rayyan, tak ada seorang pun yang boleh memasukinya kecuali orang-orang yang berpuasa” (Hadits riwayat Bukhari).