Allah Sangat Mencintai Orang yang Bertaubat

Menyambung artikel 31 hikmah adanya perbuatan dosa dan maksiat, bahwa salah hikmahnya adalah bahwa Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dengan taubat yang sesungguhnya yaitu taubat yang memenuhi syarat-syarat taubat.

Dia Allah SWT mencintai orang-orang yang bertaobat. Begitu intanya Allah kepada orang-orang yang bertaubat, Allah SWT gembira dengan taubat mereka. Kegembiraan Allah SWT ketika mendapati seorang hamba yang bertaubat lebih besar daripada kegembiraan seseorang yang menemukan kembali unta tunggangannya yang membawa makanan dan minuman, ketika unta itu hilang di sebuah padang pasir—sementara ia sudah putus asa mencari-carinya. Tidak ada kegembiraan yang lebih besar dari kegembiraan orang seperti ini.

Kalau bukan karena cinta yang luar biasa kepada taubat dan orang-orang yang bertaubat, kegembiraan ini tidak terjadi. Kita maklum bahwa mustahil ada akibat tanpa ada sebabnya. Adakah tujuan tanpa sarananya? Tentu tidak ada! Inilah makna yang terkandung dari perkataan seorang arif, yang mengatakan sebagai berikut:

"Seandainya taubat bukan sesuatu yang paling dicintai-Nya, tentu Dia tidak menguji makhluk yang paling mulia di sisi-Nya (para Nabi) dengan dosa." Jadi, tobat adalah kesempurnaan paling tinggi bagi setiap manusia.

Kesempurnaan Nabi dan Bapak pertama manusia yaitu Nabi Adam adalah dengan taubat itu. Betapa jauh beda keadaannya antara ketika dikatakan kepadanya,

إِنَّ لَكَ أَلَّا تَجُوعَ فِيهَا وَلَا تَعۡرَىٰ ١١٨  وَأَنَّكَ لَا تَظۡمَؤُاْ فِيهَا وَلَا تَضۡحَىٰ ١١٩

Artinya: Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya" (QS. Thaahaa: 118-119)

Dan ketika dikatakan kepadanya,

 ثُمَّ ٱجۡتَبَٰهُ رَبُّهُۥ فَتَابَ عَلَيۡهِ وَهَدَىٰ ١٢٢

Artinya: Kemudian Tuhannya memilihnya, maka Dia menerima taobatnya dan memberinya petunjuk." (QS. Thaahaa: 122)

Keadaan pertama adalah keadaan makan, minum, dan bersenang-senang. Keadaan kedua adalah keadaan pemilihan dan hidayah. Alangkah jauhnya perbedaan (derajat) keduanya. Karena kesempurnaan Adam adalah dengan taubat, maka kesempurnaan anak cucunya juga dengan taubat seperti firman Allah SWT,

لِّيُعَذِّبَ ٱللَّهُ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ وَٱلۡمُنَٰفِقَٰتِ وَٱلۡمُشۡرِكِينَ وَٱلۡمُشۡرِكَٰتِ وَيَتُوبَ ٱللَّهُ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورٗا رَّحِيمَۢا ٧٣

Artinya: sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima taubat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. al-Ahzaab: 73)

Jadi kesempurnaan manusia di dunia ini adalah dengan taubat yang nashuuhah atau taubat dengan taubat yang sesungguhnya, dan di akhirat dengan keselamatan dari neraka serta masuk surga. Kesempurnaan ini timbul akibat dari kesempurnaannya yang pertama.

Baca juga
Gambaran surga dan neraka dalam AL-Qur'an
Hisab Amla perbuatan manusia di akhirat 
Hari Akhir, Hari kiamat

Intinya, bahwa karena cinta Allah SWT dan kegembiraan-Nya dengan taubat, maka Dia menakdirkan hamba-Nya berdosa. Apabila termasuk orang yang telah mendapat ketetapan yang baik, Dia menakdirkannya bertaobat. Tapi apabila dia adalah orang yang telah dikuasai oleh kejahatannya, maka Dia akan mengemukakan hujjah keadilan-Nya dan menghukumnya atas dosanya.

Posting Komentar untuk "Allah Sangat Mencintai Orang yang Bertaubat"