Hikmah Kejujuran dan Petaka bagi kebohongan

Pada bahasan lalu sudah kami sampaikan tentang penting dan berartinya sebuah kejujuran karena kejujuran akan membawa kita kepada kebaikan dan kebaikan akan membawa ke surga. Dan sebaliknya, sikap dan perilaku yang bertolak belakang dengan kejujuran yaitu kebohongan akan membawa kepada petaka dan kemalangan bagi yang mengamalkannya. Sifat, sikap dan perilaku Kebohongan akan menghantarkan pelakunya tidak dipercaya lagi oleh orang lain.
 

Perilaku Jujur dan Kejujuran

 
Perilaku jujur harus kita tanamkan dalam diri kita baik jujur kepada Allah Swt, kepada orang lain, dan juga kepada diri sendiri. Apabila sifat, sikap dan perilaku jujur ini sudah menjadi kebiasaan, maka kita akan mendapatkan berbagai macam hikmah yang luar biasa dalam kehidupan kita sehari-hari
 
hikmah kejujuran
 
Salah satu cara untuk menjauhi sikap tidak jujur atau sifat dan sikap buruk berbohong, maka kita harus mengetahui dan akibat dari kebohongan itu sebdiri. Contoh paling umum dan kecil yaitu akibat dari kebohongan adalah hilangnya kepercayaan orang lain kepada kita, susah mendapatkan teman dan bahkan tidak mempunyai teman, susah memperoleh pekerjaan karena tidak dipercaya. Berperilaku jujur terkadang sangat pahit pada awalnya, namun percayalah, bahwa buah manis akan didapat di akhirnya.
 
Menerapkan perilaku jujur dan kejujuran dapat kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari, dimanapun dan kapanpun baik di rumah, leingkunagn sekolah, lingkungan pekerjaan ataupun lingkungan masyarakat.
 

Cara-cara menerapkan perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari

  • Di lingkungan rumah, kita dapat mulai dengan meluruskan niat untuk berbakti kepada kedua orang tua, menyampaikan berita apaun dengan benar dan tidak mengurangi atau menambahnya. Suatu contoh misalnya saat meminta uang untuk kebutuhan, tidak menutup-nutupi suatu masalah pada kedua orang tua, tidak melebih-lebihkan sesuatu hanya untuk membuat orang tua senang.
  • Di lingkungan sekolah, mulai dari meluruskan niat yang baik untuk menuntut ilmu, mengerjakan semua tugas yang diberikan oleh bapak dan ibu guru, tidak menyontek dalam mengerjakan tugas, ulangan dan sejenisnya, melaksanakan tugas piket sesuai jadwal yang sudah ditentukan, menaati semua peraturan yang berlaku di sekolah, berbicara secara benar, jujur baik kepada guru, teman ataupun orang-orang yang ada di lingkungan sekolah.
  • Dalam kehidupan bermasyarakat, kita dapat mengimplementasikan kejujuran dengan niat untuk membangun lingkungan yang baik, tenang, dan tenteram, tidak mengarang cerita yang membuat suasana di lingkungan tidak kondusif, tidak membuat gosip. Ketika diberi kepercayaan untuk melakukan sesuatu yang diamanahkan, harus dipenuhi dengan sungguh-sungguh, dan lain sebagainya.
 

Hikmah Perilaku Jujur dan mengamalkan kejujuran

 
Berikut ini adalah beberapa hikmah yang dapat diambil dari sikap dan perilaku jujur, antara lain sebagai berikut.
  • Memiliki Perasaan merasa enak dan hati tenang, perilaku jujur akan membuat kita menjadi tenang, tidak takut akan diketahui kebohongannya karena memang jujur dan tidak berbohong.
  • Memperoleh kemudahan dalam hidupnya.
  • Selamat dari azab dan bahaya.
  • Akan dijamin masuk surga sebagaimana 
  • Dicintai oleh Allah Swt. dan rasul-Nya.
 

Petaka Kebohongan

 
Apabila seseorang telah berani menutupi kebenaran, bahkan sampai menyelewengkan kebenaran untuk suatu tujuan jahat, dengan demikian mereka telah melakukan kebohongan. Kebohongan yang dilakukannya itu telah membawa kepada apa yang dikhianatinya itu.
 
Dalil Firman Allah di dalam Al-Quran
 
وَمَن يَغۡلُلۡ يَأۡتِ بِمَا غَلَّ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۚ ثُمَّ تُوَفَّىٰ كُلُّ نَفۡسٖ مَّا كَسَبَتۡ وَهُمۡ لَا يُظۡلَمُونَ  
 
Artinya: “...Barangsiapa berkhianat, niscaya pada hari kiamat dia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu. Kemudian setiap orang akan diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi.’’ (Q.S. Āli ‘Imrān/3: 161)
 
Dalil Dalam hadis Nabi Muhammad Rasulullah saw. mengingatkan:
 
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ
 
Artinya: “Dari Abu Hurairah ra., dia berkata; Rasulullah saw., bersabda, “Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan, sedangkan orang yang jujur malah didustakan, pengkhianat dipercaya, sedangkan orang yang amanah justru dianggap sebagai pengkhianat. Pada saat itu, Ruwaibidhah berbicara.” Ada  sahabat yang  bertanya, “Apa yang  dimaksud Ruwaibidhah?” Beliau menjawab, “Orang bodoh yang turut campur dalam urusan masyarakat luas.” (HR. Ibnu Majah)
 
Dari Syaikh Muhammad al-Ghazali berkata, bahwa menjaga amanah yang telah diberikan adalah dengan menunaikan dengan baik terhadap hak-hak Allah Swt. dan hak-hak manusia tanpa terpengaruh oleh perubahan keadaan, baik susah maupun senang.
 
Baca juga
 

Kisah Cerita tentang Kejujuran

 
Jujurlah! Maka, Kamu akan Untung di Dunia dan Mendapat Pahala di Akhirat
 
Diceritakan, ada seorang saleh selalu mewasiatkan kepada pekerjanya untuk selalu meminta kepada para langganannya agar diberitahukan kalau ada barang dagangannya yang cacat. Setiap kali ada pembeli datang, ia meminta untuk mengecek barangnya terlebih dahulu.
 
Suatu hari, seorang Yahudi datang ke tokonya dan membeli sebuah baju yang ada cacatnya. Pada waktu itu pemilik toko tidak ada di tempat, sementara Yahudi tidak mengecek baju ini terlebih dahulu keburu pergi. Tidak lama kemudian, pemilik toko datang dan menanyakan perihal baju yang cacat tersebut. Maka dijawab, “Baju itu telah dibeli oleh seorang Yahudi.”
 
Lalu pemilik toko itu bertanya perihal Yahudi tadi, “Apakah ia sudah mengecek cacat yang ada pada baju itu?” Lalu dijawab, “Belum.” Pemilik toko bertanya lagi, “Sekarang mana dia?” Dijawab kembali, “Ia sudah pergi bersama rombongan dagang.” Seketika itu pula, sang pemilik toko membawa uang hasil pembayarannya dari baju cacat itu. Lalu ia mencari rombongan dagang yang dimaksud dan baru mendapatinya setelah menempuh perjalanan tiga hari, seraya berkata, “Hai fulan, tempo hari kamu telah membeli sebuah baju yang ada cacatnya. Ambil uang kamu ini dan berikan baju itu.” Yahudi itu balas menjawab, “Apa yang menyebabkan berbuat sampai sejauh ini?”
 
Lelaki itu menimpali, “Islam dan sabda Rasulullah saw., “Siapa yang menipu bukan berasal dari umatku.”
 
Yahudi balik menimpali, “Uang yang aku bayarkan kepadamu juga palsu. Maka, ambillah uang tiga ribu ini sebagai gantinya dan aku tambahkan lagi lebih dari itu, “Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad itu Rasulullah.”
 

Kesimpulan

 
Jujur adalah mengatakan atau melakukan sesuatu sesuai dengan kenyataan. Lawan kata jujur adalah dusta, yaitu mengatakan atau melakukan sesuatu tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya.
 
Jujur merupakan sebagian dari ruh agama. Barangsiapa yang berbuat jujur, ia akan memperoleh kebaikan, dan sedang menuju surga.
 
Ada beberapa jenis jujur dilihat dari perilakunya, yaitu; jujur dalam berbuat, jujur dalam perkataan, jujur dalam niat, jujur dalam berjanji.
 
Kejujuran bisa melemah karena melemahnya tekad, kejujuran juga bisa melemah akibat pergaulan. Jujur bisa dilakukan di mana saja: di rumah, di sekolah, maupun di lingkungan masyarakat.
 
Itulah  beberapa hikmah dari  melaksanakan sikap dan perilaku jujur (kejujuran)  serta petaka bagi orang-orang yang berperilaku tidak jujur atau mengamalkan kebohongan. Semoga kita senantiasa dalam perlindungan Allah untuk dapat menjaga  dan mengamalkan kejujruan dalam kehidupan sehar-hari.

Posting Komentar untuk "Hikmah Kejujuran dan Petaka bagi kebohongan"