Allah Memunculkan Pada diri Manusia Kesempurnaan Ubudiyah


Ubudiah yang sempurna itu terwujud dengan cara menyempurnakan sarana kerendahan dan kepatuhan. Manusia yang paling sempurna sifat ubudiahnya adalah yang paling sempurna kerendahan, ketundukan, dan ketaatannya kepada Allah SWT. 

Seorang hamba rendah di hadapan Tuhannya Yang Haq dengan segala bentuk kerendahan. Ia hina karena kemuliaan Allah SWT, rendah di hadapan keperkasaan Allah SWT, tunduk kepada rububiyah Allah SWT, rendah karena faktor karunia dan nikmat Tuhan kepadanya. Sebab, siapa yang memberimu, berarti dia telah memperhambakanmu. Hatimu menjadi budaknya, rendah dan hina. Karena, kamu selalu membutuhkan-Nya untuk memperoleh manfaat dan menolak semua yang berbahaya.

Baca juga

Di sini ada dua macam kerendahan dan perhambaan yang mempunyai efek luar biasa. Keduanya menuntut ketaatan dan kemenangan yang berbeda dari yang lain bagi pemiliknya.

Pertama, kerendahan cinta kasih. Ini berbeda dari yang telah dibicarakan sebelumnya. Dia adalah inti, bahkan ruh dan hakikat dari cinta. Itulah yang sebenarnya diminta dari seorang hamba seandainya dia sadar. Kerendahan ini memunculkan berbagai macam pendekatan diri, itsar, ridha, syukur, sabar, penyesalan, dan menanggung berbagai beban berat di hati orang yang cinta. Semua sifat itu tadi tidak dapat dimunculkan oleh khauf (takut) saja atau rajaa' (pengharapan) saja. Seorang sahabat berkata, "Cinta kepada-Nya memunculkan ketaatan melebihi yang dimunculkan oleh rasa takut kepada-Nya." Inilah kerendahan orang-orang yang cinta.

Baca juga 

Kedua, kerendahan maksiat. Apabila ini tergabung dengan yang pertama, maka gambaran kebajikan dirinya lenyap, jiwanya lebur, kekuatannya lentur, klaim-klaim kesombongannya pupus secara keseluruhan, dan egoisme serta keangkuhan 'Aku' akan terhapus dari hati dan lidahnya. Si miskin ini terbebas dari keluhan-keluhan pembangkangan, keberpalingan, dan penghindaran.

Baca juga 

Dua syuhud (persaksian/pengakuan) menjadi murni, sehingga tidak tersisa selain (1) persaksian yang betul-betul murni terhadap kemuliaan dan keagungan-Nya yang tidak ada satu pun makhluk-Nya yang menyamai, dan (2) pengakuan yang benar-benar tulus akan kerendahan dan kemiskinan dirinya dari semua aspek dan standar. Dia mengakui kerendahan dan kemiskinan dirinya. Juga mengakui kemuliaan, keagungan, kekuasaan, dan kekayaan Kekasihnya. Apabila kedua pengakuan ini tertanam kuat dalam benak, maka tidak ada setitik pun kerendahan dan kebutuhan kepada Tuhan kecuali dia menyaksikan dan mengakuinya.

Coba bayangkan kedudukan seperti apa yang dicapai hati seperti ini? Kedekatan seperti apa yang diperolehnya? Kenikmatan dan ketenangan macam apa yang dirasakannya?

Maka, sekarang perhatikanlah penyesalan yang terjadi padanya akibat maksiat! Betapa menakjubkannya penyesalan ini! Betapa besar pengaruhnya! Bagaimana penyesalan itu datang sehingga menumpas dari dirinya segala klaim kebaikan diri dan berbagai macam angan-angan kosong. Kemudian menimbulkan rasa malu terhadap amal saleh yang telah dikerjakannya, lalu menyebabkannya menganggap banyak terhadap sedikit nikmat Tuhan yang diterimanya—karena dia sadar bahwa nilai dirinya lebih rendah dari kelayakan mendapat nikmat itu. Perasaan seperti itu juga menuntutnya untuk menganggap sedikit amal-amal salehnya yang banyaknya segunung—karena merasa bahwa dosa dan keburukannya memerlukan penghapus yang jauh lebih banyak.

Akibatnya, dia senantiasa berbuat baik dan di dalam batinnya penuh penyesalan terhadap dosa dan kesalahan. Dia tunduk, tidak mendongakkan kepala, tidak membusungkan dada. Yang mengantarkannya kepada kerendahan perasaan ini tidak lain adalah perbuatan dosanya. Jadi, adakah yang lebih ampuh selain obat ini?

"Semoga penghinaan mendatangkan pujian sesudahnya Siapa tahu badan itu akan menjadi sehat karena penyakit."

Arti keterangan ini adalah bahwa apabila seorang hamba melihat kebaikan diri, maka hidungnya mengembang, jiwanya membesar, lalu menyangka dirinya besar dan mulia. Tapi bila diuji dengan dosa, maka dirinya merasa kecil, hina, dan yakin bahwa dia hanya hamba yang lemah.

Posting Komentar untuk "Allah Memunculkan Pada diri Manusia Kesempurnaan Ubudiyah"