Syirik dalam Perkataan dalam Al-Qur'an dan Hadis

Termasuk juga syirik atau menyekutukan Allah adalah menyekutukan Allah Swt. dalam perkataan, perbuatan, keinginan, dan juga niatan. Syirik dalam perbuatan misalnya, bersujud kepada selain Allah, melakukan thawaf di selain Baitullah, mencukur rambut dalam rangka ibadah dan tunduk patuh kepada selain-Nya, mencium batu selain hajar aswad yang merupakan sumpah-Nya di bumi, serta mengecup dan bersujud kepada kuburan. 

Nabi Saw. melaknat orang-orang yang menjadikan kuburan para nabi dan qrang-orang shalih sebagai masjid yang dipakai untuk mendirikan shalat di atasnya, terlebih lagi jika kuburan tersebut dijadikan sebagai sesembahan selain Allah. 

Dalam Shahih Bukhari dan Muslim diriwayatkan bahwa Nabi Saw. bersabda, "Allah melaknat kaum Yaluidi dan Nasrani yang telah menjadikan kuburan para nabi mereka sebagai masjid.” 

Diriwayatkan dalam Hadits shahih lainnya, Nabi Saw. bersabda: "Seburuk-buruk manusia adalah yang ketika kiamat datang, mereka masih hidup dan orang-orang yang menjadikan kuburan sebagai masjid." Dalam hadits shahih lainnya juga diriwayatkan bahwa Nabi Saw. bersabda: "Sesungguhnya, generasi sebelum kalian telah menjadikan kuburan sebagai masjid. Ingatlah, janganlah kalian menjadikan kuburan sebagai masjid! Aku melarang kalian melakukan perbuatan itu." ]


Diriwayatkan juga dalam Musnad Imam Ahmad dan dalam Shahih lbnu Hibban bahwa Nabi Saw. bersabda: "Allah melaknat para wanita peziarah kubur dan orang-orang yang menjadikannya sebagai masjid serta membangun bangunan di atasnya." 

Beliau Saw. bersabda: "Allah sangat murka kepada kaum yang menjadikan kuburan para nabi mereka sebagai masjid." 

Beliau Saw. juga bersabda: "Sesungguhnya, generasi sebelum kalian, jika ada orang shalih yang meninggal dunia, mereka membangun masjid di atas kuburnya dan melukis gambarnya di kubur tersebut. Mereka adalah seburuk-buruk makhluk di sisi Allah pada hari kiamat." 

Itu adalah kondisi orang yang bersujud kepada Allah di masjid yang berada di atas kuburan. Jika begitu, bagaimana dengan orang yang bersujud kepada kuburan itu sendiri?! Nabi Saw. bersabda: "Ya Allah, jangan Engkau jadikan kuburku sebagai berhala yang disembah." 

Nabi Saw. benar-benar menjaga tauhid hingga beliau melarang shalat sunnah di kala matahari terbit dan tenggelam agar tidak serupa dengan para penyembah matahari yang bersujud kepadanya di kedua waktu tersebut. Beliau Saw. juga melarang shalat sunnah setelah ashar dan subuh karena keduanya berkaitan dengan dua waktu yang digunakan bersujud kepada matahari oleh orang-orang musyrik. 

Adapun mengenai sujud kepada selain Allah, beliau Saw. Bersabda: "Sungguh, tidak pantas bagi seseorang untuk bersujud kecuali kepada Allah.” 

Kata, tidak pantas, dalam sabda nabi tersebut mengandung makna larangan keras mengerjakannya sebagaimana firman Allah:
"Dan, tidak layak bagi Tuban Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) seorang anak."( Maryam [19] : 92) 

“Dan, Kami tidak mengajarkan syair kepadanya {Muhammad). Dan, bersyair itu tidaklah layak baginya....( Yaasiin [36] : 69)" 

"Dan, al-Qur'an itu bukanlah dibawa turun oleh setan-setan. Dan, tidaklah patut mereka membawa turun al-Our'an itu, dan mereka pun tidak akan mampu.( Asy-Syu’araa’ [26] : 210 – 211)"

"Mereka (yang disembah itu) menjaivab, 'Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagi kami mengambil selain Engkau sebagai pelindung"( Al-Furqaan [25] : 18). 

Di antara syirik dalam ucapan adalah bersumpah dengan selain Allah sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud bahwa Nabi Saw. bersabda, "Barang siapa yang bersumpah dengan selain Allah maka ia telah berbuat syirik." Al- Hakim dan Ibnu Hibban menilai hadits ini shahih. 

Termasuk di antaranya adalah ucapan orang yang mengatakan kepada sesama, "Apa-apa yang di kehendaki Allah sama dengan yang kau kehendaki." Ini sebagaimana yang terjadi ketika ada seseorang yang mengatakan kepada beliau Saw. dengan ucapan, "Apa yang dikehendaki Allah sama dengan yang engkau kehendaki." Beliau Saw. lantas menjawab, "Apakah engkau hendak menjadikan aku sebagai sekutu bagi Allah?! 

Ucapkan saja, "Seperti yang Allah kehendaki!." Ucapan seperti di atas dinilai syirik, meski Allah menetapkan adanya kehendak manusia. Ini sebagaimana dalam firman-Nya:

"(Yaitu) bagi siapa saja di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus.( At-Takwiir [81] : 28)" 

Maka, bagaimanakah dengari ucapan seseorang yang mengatakan, "Aku berpasrah kepada Allah dan kepadamu, cukuplah bagiku, Allah dan kamu, bagiku, hanya Allah dan kamu, ini adalah pemberian dari Allah dan darimu, ini adalah keberkahan dari Allah dan darimu, demi Allah, bagiku, Allah yang berada di langit dan engkau yang berada di bumi, atau demi Allah dan demi kehidupan si fulan, atau ucapan berupa nadzar demi Allah dan demi si fulan, aku bertaubat karena Allah dan karena si fulan, aku berharap kepada Allah dan kepada si fulan, dan yang semisalnya?!" 

Bandingkanlah ucapan-ucapan itu dengan ucapan seperti, "Seperti yang Allah kehendaki dan yang engkau kehendaki."! Lalu, perhatikanlah mana yang lebih buruk hingga lebih layak mendapat jawaban dari Nabi Saw. seperti telah disebutkan di atas. 

Apabila dengan ucapan tersebut orang pertama telah menjadikan sekutu bagi Allah, lalu bagaimana halnya dengan orang kedua yang menjadikan orang yang sama sekali tidak sebanding dengan Nabi Saw. sebagai sekutu bagi Allah, atau bahkan mungkin saja ia termasuk di antara musuh Allah, Tuhan semesta alam?! 

Sujud, beribadah, pasrah, takwa, takut, merasa cukup, taubat, nadzar, sumpah, tasbih, takbir, tahlil, tahmid, istighfar, mencukur rambut karena ibadah dan tunduk, thawaf di Baitullah, dan berdoa, kesemuanya itu murni adalah hak Allah yang tidak layak ditujukan kepada selain-Nya, baik kepada malaikat yang dekat dengan-Nya maupun nabi dan rasul-Nya. 

Diriwayatkan dalam Musnad Imam Ahmad bahwasanya ada seseorang yang dihadapkan kepada Nabi Saw, sementara orang mi telah melakukan dosa. Ketika telah berada di hadapan beliau, orang itu berkata, "Ya Allah, sesungguhnya, aku bertaubat kepada-Mu, dan aku tidak bertaubat kepada Muhammad.” Nabi Saw. lalu bersabda: "Orang ini telah mengetahui siapa yang berhak atas taubat."