Fase Awal Jamaah Jihad di Mesir setelah Gamal Abdul Naseer

Berikut ini adalah Perkembangan Islam Di Mesir Setelah Kematian Gamal Abdul Nasser pada Fase Awal Jamaah Jihad di Mesir setelah Kematian Gamal Abdul Naseer
 
 
Pada dekade 1980-an ini pula, di Mesir tumbuh jamaah dan gerakan lain yang bertekad untuk berjihad di jalan Allah. Salah satunya adalah Jamaah Jihad, jamaah ini muncul di bawah pimpinan Dr. Aiman Azh-Zhawahiri, sebagamana yang saya (Penulis) dengar sendiri darinya. Aiman dan rekan-rekannya mendirikan jamaah ini pada usia yang sangat muda. Waktu itu mereka masih bersekolah di Tsanawiyah (setingkat SMA di Indonesia, ed.) di daerah Ma’adi.
 
 
Mereka terkesan dan termotivasi untuk mendirikan jamaah itu setelah membaca tulisan Sayyid Quthub, yang membuatnya divonis mati pada 1966.3 Aiman sangat terkesan dan terpengaruh oleh konsep Sayyid Quthub mengenai realitas kehidupan manusia. Bagi Aiman, Sayyid Quthub adalah seorang dokter yang mampu mendiagnosis semua penyakit umat manusia secara rinci dan mendalam.
 
 
Ada hal lain yang mendorong Aiman mendirikan Jamaah Jihad. Ia pernah mempelajari koleksi buku yang ada di perpustakaan milik kakeknya. Kakek Aiman adalah Syaikh Al- Ahmadi Azh-Zhawahiri, mantan Syaikh (Rektor) Al-Azhar. Di perpustakaan itulah ia membaca banyak buku klasik tentang Islam. Hal itu membuat nilai-nilai Islam tertanam kuat dalam dirinya meskipun ia berasal dari sebuah keluarga yang kaya raya.
 
 
Lingkungan keluarga Aiman merupakan lingkungan yang penuh dengan wawasan. Ia mengagumi Dr. Abdul Wahab Azzam Basya, Duta Besar Mesir di Pakistan (sekaligus kakek dari pihak ibu, ed.), yang telah menerjemahkan syair-syair penyair besar Pakistan, Muhammad Iqbal, ke dalam bahasa Arab. Dr. Basya menguasai beberapa bahasa asing. Ia juga menulis parafrase syair Al-Mutanabbi yang sangat populer.
 
 
Ada versi lain yang menyebutkan bahwa pendiri Jamaah Jihad adalah Nabil Al- Bara’i. Ia dianggap mendirikan jamaah ini bersama Ismail Ath-Thanthawi, seorang insinyur, serta beberapa orang lain. Namun yang benar adalah Dr. Aiman Azh-Zhawahiri dan Dr. Sayyid Imam (pengarang kitab Al-Jami‘ fî Thalabil ‘Ilmi Asy-Syarîf, yang kemudian dikenal sebagai Dr. Abdul Qadir bin Abdul Aziz, ed.). Perkumpulan yang dibentuk di Al-Ma’adi ini menghimpun para pelajar Tsanawiyah umum yang biasa berjamaah di masjid. Jadi, mereka adalah kawan di sekolah. Ketika jamaah kecil ini didirikan, mereka menunjuk Aiman Azh-Zhawahiri sebagai pimpinannya.
 
 
Dalam perkumpulan kecil itu ada beberapa tokoh lain selain Aiman, yaitu Nabil Al-Bara’i, Ismail At-Thanthawi, dan Sayyid Imam. Sebagian besar mereka adalah penduduk daerah Al- Ma’adi yang masih bersekolah di tingkat Tsanawiyah. Perkumpulan ini berdiri pada 1968. Mereka berjamaah di salah satu masjid di kawasan Abidin, Kairo, yaitu Masjid Al-Kihkaya milik Jamaah Ansharus Sunnah Al-Muhammadiyyah. Jamaah ini adalah jamaah yang memfokuskan diri dalam masalah tauhid. Mereka sangat peduli dengan permasalahan akidah dan menentang segala bentuk bid’ah, seperti penyembahan terhadap kuburan dan thawaf (berkeliling untuk meminta keberkahan) di sekitarnya.
 
 
Aiman Azh-Zhawahiri dan kawan-kawan sering datang ke masjid Ansharus Sunnah ini. Di sana mereka berkumpul, mendengarkan pelajaran agama, dan kajian Al-Qur‘an. Tadinya kajian itu hanyalah majelis tilawah Al-Qur‘an dan ilmu tajwid di bawah bimbingan seorang syaikh, namun kemudian berkembang menjadi kajian kitab-kitab tafsir. Setelah itu, dilanjutkan dengan mengkaji kitab-kitab salafiyah, seperti kitab karangan Ibnu Taimiyah, yang fatwa-fatwanya sangat mengesankan dan mempengaruhi mereka.
 
 
Pada awalnya jamaah yang dipimpin Aiman ini masih sangat sederhana. Kegiatannya hanyalah mengkaji agama. Namun hal itu berubah sejak Mesir dikalahkan secara telak oleh Israel pada Perang 5 Juni 1967.4 Peristiwa itu semakin mengarahkan mereka pada sebuah ide besar. Intinya, mereka harus menciptakan perubahan di Mesir.
 
 
Mesir menderita kekalahan melawan Israel yang dibantu oleh Amerika, Inggris dan Barat. Kerugian yang diderita Mesir sangat besar, para pengamat menganggap bahwa kesalahan utama kebijakan Presiden Gamal Abdul Nasser adalah ia tidak mau turun langsung ke medan pertempuran.
 
 
Meskipun mereka masih sangat muda, para anggota jamaah ini sadar betapa menyakitkannya kekalahan tersebut. Mereka menganggap bahwa penyebab utama kekalahan itu adalah ditinggalkannya syariat Islam dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
 
 
Semua faktor di atas berpengaruh terhadap pembentukan konsep dan ideologi Jamaah Jihad. Mereka menginginkan pelaksanaan syariat Islam secara total dalam kehidupan. Namun mereka menghadapi tantangan besar: negara mereka justru berasaskan sekularisme. Ideologi sekuler ini dikawal oleh kekuasaan, militer, dan sistem yang established (mapan).
 
 
Selanjutnya, kelompok Aiman Azh-Zhawahiri memperluas kegiatannya dari sekadar kajian agama menjadi rekrutmen dan tarbiyah serta pelatihan militer bagi setiap anggotanya. Mereka memfokuskan rekrutmen di kalangan militer, karena mereka mengetahui bahwa tentara adalah unsur yang paling mungkin menciptakan perubahan.
 
 
Di antara para tentara yang bisa direkrut adalah Isham Al- Qamari—Semoga Allah merahmatinya. Aiman merekrutnya melalui sebuah proses perkenalan. Dari rekrutmen itu, banyak prajurit dan tentara muslim yang berubah pola hidupnya menjadi islami.
 
 
jamaah jihad

 
Isham Al-Qamari adalah sosok yang istimewa. Ia lulus dari Tsanawiyah umum dengan nilai rata-rata yang sangat tinggi. Bukannya berebut kuliah di universitas seperti pemuda Mesir lainnya, Isham malah ingin masuk ke Akademi Militer. Ia berkata kepada ayahnya bahwa ia ingin masuk ke Akademi Militer agar bisa membunuh Presiden Anwar Sadat dan melakukan kudeta.
 
 
Isham Al-Qamari masuk ke dalam barisan militer untuk misi tersebut. Ia bertekad untuk meniti karier militer dan menghindar dari menikah. Menurutnya, beristri itu akan menyusahkan bagi seorang pejuang, karena ia akan menjadi perangkat musuh untuk menekan.
 
 
Ketika berencana kabur dari penjara—setelah ditangkap pada 1980-an—seorang teman berkata kepadanya, “Saya mau kabur bersamamu, katakan kepadaku kapan kamu akan kabur?” Isham menjawab, “Kalau kamu mau kabur bersamaku, ceraikan dulu istrimu ketika ia membesuk. Ini supaya mereka tidak memperalat istrimu untuk menekanmu….” Isham Al-Qamari— Semoga Allah merahmatinya—akhirnya meninggal dunia dalam keadaan tetap membujang.

Posting Komentar untuk "Fase Awal Jamaah Jihad di Mesir setelah Gamal Abdul Naseer"