Keutamaan Ilmu Sebagai Penjaga dari Berbagai Keburukan

Termasuk keutamaan ilmu adalah dia sebagai penjaga – dengan izin Allah dari fitnah dan kejelekan, maka setiap berkurang ilmu akan bertambah fitnah. Dari sinilah Al Bukhaari menyebutkan di dalam Kitab Al Ilmu dari Shahihnya (Raf’ul Ilmi wa Dhuhuuril Jahl) (Terangkatnya ilmu dan munculnya kebodohan) di dalamnya terdapat hadits yang diriwayatkan dari Anas Ra bahwa Rasulullah Saw bersabda:

إِنَّ مِن أَشْراَطِ السَّاعَةِ أَن يُرْفَعَ العِلْمُ وَيَثْبُتُ الجَهْلُ وَيُشْرَبُ الخَمْرُ وَ يَظْهَرُ الزِناَ

Artinya: “Sesungguhnya termasuk dari tanda­tanda hari kiamat adalah diangakatnya ilmu, tetapnya (semakin kuatnya) kebodohan, khamer diminum, dan munculnya perzinahan

Diriwayatkan darinya juga bahwa Rasulullah Saw bersabda:

إِنَّ مِن أَشْراَطِ السَّاعَةِ أَن يَقِلَّ العِلْمَ وَيَظْهَرُ الجَهْلُ وَ يَظْهَرُ الزِناَ وَتَكْثُرُ النِّساَءَ وَيَقِلَّ الرِّجاَلَ حَتَّى يَكُونَ لِخَمْسِينَ امْرَأَةً القَيِّمُ الواَحِدُ

Artinya: “Sesungguhnya termasuk dari tanda hari kiamat adalah ilmu semakin sedikit, semakin nampak kebodohan, semakin nampak perzinahan, para wanita semakin banyak, dan para lelaki semakin sedikit sampai­sampai untuk lima puluh wanita dan laki­laki hanya satu” (HR. Al Bukhaari)

Pada bab yang sama juga dari Abu Hurairah Ra dari Nabi Saw beliau
bersabda:

يُقْبَضُ العِلْمُ وَ يَظْهَرُ الجَهْلُ وَالفِتَنُ وَ يَكْثُرُ الهَرَجُ

Artinya: “Ilmu dicabut, dan nampak kebodohan dan fitnah, serta banyak terjadi Al Haroj,… dikatakan: Ya Rasulullah! Apa itu Al Haraj? Beliau menjawab: begini dengan tangannya lalu menggerakkannya, seakan­akan yang beliau maksud adalah pembunuhan.”

Al Bukhaari juga telah menyebutkan hadits secara keseluruhan tentang hadits­-hadits kurangnya ilmu di dalam kitab Al Fitan dari Shahihnya, (Hadits no. 7062­7066 dan no. 7121).


menuntut ilmu

Ibnu Hajar berkata: (Dan seakan­akan lima perkara ini khusus untuk disebutkan karena keberadaannya dirasakan dengan menghilangkan perkara­perkara tersebut menjadikan terjaga kebaikan dunia dan akherat yaitu: Agama, karena dengan diangkatnya ilmu akan menjadikan agama jelek, juga akal akan rusak dengan meminum khamer, dan zina akan merusak keturunan, jiwa akan merusak harta disebabkan banyaknya fitnah. Al Kirmaani berkata: Dengan rusaknya lima perkara ini adalah sebuah pertanda akan hancurnya seorang alim karena manusia tidak akan meninggalkan begitu saja, dan karena tidak ada nabi setelah nabi kita Saw, maka menjadi jelaslah hal itu. Al Qurthubi berkata di dalam : (Di dalam hadits ini telah diketahui bahwa termasuk pengajaran nubuwah (kenabian) adalah mengkabarkan tentang perkara­ perkara yang akan terjadi maka terjadilah, khususnya pada zaman ini) (Fat­hul Baari I/179). Lihatlah bagaimana Al Qurthubi mensifati zamannya! Dan yang lebih keras dari pada hal itu apa yang telah disebutkan oleh Al Baihaqi (Meninggal tahun 458 H) dia telah menyebutkan di dalam kitabnya (Dalaa­ilu An Nubuwwah) hadits Anas (Sesungguhnya termasuk dari tanda­tanda hari kiamat adalah diangkatnya ilmu….) di dalam bab tentang (Apa­apa yang dibawa tentang kabar Nabi Saw dengan hilangnya ilmu dan munculnya kebodohan, hal itu telah hilang pada zaman kita di berbagai kebanyakan negeri, dan penduduknya dikuasai oleh orang­ orang bodoh, dan muncul seluruh apa yang diriwayatkan tentang kabar itu) lihat (Dalaa­ilu An Nubuwwah VI/543) karangan Al Baihaqi, cet. Daarul Kutub Al Ilmiyah 1405 H. jika ini yang disifati oleh Al Baihaqi pada zamannya, artinya hampir kira­kira seribu tahun yang lalu, lalu bagaimana dengan zaman kita hari ini dan penduduknya? Dan sungguh keadaan penduduk pada zaman kita inilah salah satu yang mendorong saya untuk mengarang buku ini sebagaimana yang telah kami sebutkan di dalam Al Muqaddimah (kata pengantar).

(Tambahan) kurangnya ilmu itu terjadi dengan meninggalnya para ulama’ sebagaimana yang terdapat pada hadits pencabutan ilmu (Akan tetapi mencabut ilmu itu dengan mencabut nyawa ulama’) hadits tersebut diatas, Ibnu Hajar berkata: (Setiap seorang alim yang meninggal disuatu negeri dan tidak ada yang menggantikannya maka berkuranglah ilmu pada negeri tersebut) (Fat­hul Baari XIII/17). Dan Abu Sulaiman Al Khithaabi menyebutkan hadits pencabutan ilmu di dalam kitabnya (Al Uzlah) dan dia berkata di dalamnya: (Rasulullah Saw telah mengajarkan bahwa celanya ilmu adalah dengan hilangnya orang­orang yang berilmu dan penyelewengan orang­ orang bodoh serta kepemimpinan mereka terhadap manusia dengan nama ilmu dan mengingatkan manusia untuk mengikuti orang­orang yang memiliki sifat­sifat ini, dan beliau juga mengkhabarkan bahwa mereka adalah sesat dan menyesatkan – kemudian Al Khithaabi meriwayatkan dengan sanadnya – dari Anas dari Nabi Saw:

إِنَّ مِن أَشْراَطِ السَّاعَةِ أَن يُرْفَعَ العِلْمُ وَيَظْهَرُ الجَهْلُ

Artinya: “Sesungguhnya termasuk tanda­tanda hari kiamat adalah diangkatnya ilmu dan munculnya kebodohan” dan telah diriwayatkan oleh Al Bukhaari ­­­ Al Khithaabi berkata: yang dia maksud Wallahu A’lam munculnya kebodohan yang menyelewengkan ilmu dan menjadi pemimpin bagi manusia sebelum mereka memahami agama dan sebelum mendalam ilmunya) (Kitaabul Uzlah, hal. 96), cet. As Salafiyah.

Akan tetapi ilmu itu tidak diangkat secara keseluruhan dari bumi selama masih ada At Thaaifah Al Manshuurah dan itu akan selalu ada hingga datangnya tiupan angin yang mencabut nyawa orang­orang mukmin. Itu akan terjadi setelah dimulai tanda­tanda hari kiamat yang besar seperti keluarnya dan terbunuhnya dajjal, turunnya Isa Alihis Salaam dan meninggalnya, keluarnya Ya’juj dan Ma’juj serta kehacurannya, keluarnya matahari dari arah barat, keluarnya binatang melata dengan kedua peristiwa itu ditutuplah setiap apa yang ada di dalam hati, kemudian bertiup angin lalu mencabut seluruh ruh orang­orang mukmin, sehingga tinggal manusia yang paling jelek akhlaknya, dengan adanya mereka terjadinya kiamat, sebagaimana yang ditunjukkan oleh beberapa hadits­hadits tentang hari kiamat. Dan seakan­akan ilmu dan iman itu sebuah keharusan untuk tetapnya dunia, dan jika ilmu dan iman sudah dicabut maka terjadilah hari kiamat. Kami memohon kepada Allah untuk kami dan untuk seluruh kaum muslimin supaya meneguhkan kami diatas agamanya dan mengakhiri hidup kami dengan amal shalih dan menjadikan jannah sebagai tempat kembali kami tanpa dengan perdebatan dihari hisab dan tidak didahului dengan azab bersama orang­orang yang mendapatkan kenikmatan dari Allah dari para Nabi dan Shiddiiqiin (orang­orang yang jujur), Syuhada’ (orang­orang yang mati syahid), dan orang­orang yang shalih dan merekalah sebaik­baik teman, itulah keutamaan Allah, sesungguhnya Allah maha Mampu atas segala sesuatu, Aamin…

Inilah, kurangnya ilmu dan munculnya kebodohan saling bergandengan dalam menyebarkan fitnah dan kejahatan, karena Allah Swt telah mengkaitkan ­­­ di dalam KitabNya ­­­ setiap kejahatan dengan kebodohan:

Allah mengkaitkan perbuatan maksiat dengan kebodohan di dalam firmanNya:

إِنَّمَا ٱلتَّوۡبَةُ عَلَى ٱللَّهِ لِلَّذِينَ يَعۡمَلُونَ ٱلسُّوٓءَ بِجَهَٰلَةٖ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِن قَرِيبٖ فَأُوْلَٰٓئِكَ يَتُوبُ ٱللَّهُ عَلَيۡهِمۡۗ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمٗا  

Artinya: Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. An Nisaa’ : 17).

Dan firman Allah Swt:

قَالَ رَبِّ ٱلسِّجۡنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدۡعُونَنِيٓ إِلَيۡهِۖ وَإِلَّا تَصۡرِفۡ عَنِّي كَيۡدَهُنَّ أَصۡبُ إِلَيۡهِنَّ وَأَكُن مِّنَ ٱلۡجَٰهِلِينَ  

Artinya: Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh". (QS. Yusuf : 33).

Juga firman Allah Swt:

قَالَ هَلۡ عَلِمۡتُم مَّا فَعَلۡتُم بِيُوسُفَ وَأَخِيهِ إِذۡ أَنتُمۡ جَٰهِلُونَ  

Artinya: Yusuf berkata: "Apakah kamu mengetahui (kejelekan) apa yang telah kamu lakukan terhadap Yusuf dan saudaranya ketika kamu tidak mengetahui (akibat) perbuatanmu itu?". (QS. Yusuf : 89).

Beberapa  ulama’  salaf  mengatakan:  setiap  orang  yang  berbuat  maksiat kepada Allah maka dia adalah orang yang bodoh.

Allah  juga  mengkaitkan  kedhaliman  dengan  kebodohan  di  dalam firmanNya:

إِنَّا عَرَضۡنَا ٱلۡأَمَانَةَ عَلَى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱلۡجِبَالِ فَأَبَيۡنَ أَن يَحۡمِلۡنَهَا وَأَشۡفَقۡنَ مِنۡهَا وَحَمَلَهَا ٱلۡإِنسَٰنُۖ إِنَّهُۥ كَانَ ظَلُومٗا جَهُولٗا  

Artinya: Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, (QS. Al Ahzaab : 72).

Allah  juga   mengkaitkan   kesesatan   dengan   kebodohan   di  dalam firmanNya:

وَمَا لَكُمۡ أَلَّا تَأۡكُلُواْ مِمَّا ذُكِرَ ٱسۡمُ ٱللَّهِ عَلَيۡهِ وَقَدۡ فَصَّلَ لَكُم مَّا حَرَّمَ عَلَيۡكُمۡ إِلَّا مَا ٱضۡطُرِرۡتُمۡ إِلَيۡهِۗ وَإِنَّ كَثِيرٗا لَّيُضِلُّونَ بِأَهۡوَآئِهِم بِغَيۡرِ عِلۡمٍۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُعۡتَدِينَ  

Artinya: Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya. Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas. (QS. Al An’aam : 119).

Allah  juga  mengkaitkan  kemunafikan  dengan  kebodohan  di  dalam firmanNya:

يَقُولُونَ لَئِن رَّجَعۡنَآ إِلَى ٱلۡمَدِينَةِ لَيُخۡرِجَنَّ ٱلۡأَعَزُّ مِنۡهَا ٱلۡأَذَلَّۚ وَلِلَّهِ ٱلۡعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِۦ وَلِلۡمُؤۡمِنِينَ وَلَٰكِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ لَا يَعۡلَمُونَ  

Artinya: Mereka berkata: "Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya". Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui. (QS. Al Munaafiquun : 8).

Begitu   juga   Allah   mengkaitkan   kekafiran   dan   kesyirikan   serta berpaling dari kebenaran dengan kebodohan, di dalam firmanNya:

قُلۡ أَفَغَيۡرَ ٱللَّهِ تَأۡمُرُوٓنِّيٓ أَعۡبُدُ أَيُّهَا ٱلۡجَٰهِلُونَ  

Artinya: Katakanlah: "Maka apakah kamu menyuruh aku menyembah selain Allah, hai orang-orang yang tidak berpengetahuan?" (QS. Az Zumar : 64).

Juga firman Allah Swt:

وَإِنۡ أَحَدٞ مِّنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ ٱسۡتَجَارَكَ فَأَجِرۡهُ حَتَّىٰ يَسۡمَعَ كَلَٰمَ ٱللَّهِ ثُمَّ أَبۡلِغۡهُ مَأۡمَنَهُۥۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمۡ قَوۡمٞ لَّا يَعۡلَمُونَ  

Artinya: Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui. (QS. At Taubah : 6)

Serta firman Allah Swt:

أَمِ ٱتَّخَذُواْ مِن دُونِهِۦٓ ءَالِهَةٗۖ قُلۡ هَاتُواْ بُرۡهَٰنَكُمۡۖ هَٰذَا ذِكۡرُ مَن مَّعِيَ وَذِكۡرُ مَن قَبۡلِيۚ بَلۡ أَكۡثَرُهُمۡ لَا يَعۡلَمُونَ ٱلۡحَقَّۖ فَهُم مُّعۡرِضُونَ  

Artinya: Apakah mereka mengambil tuhan-tuhan selain-Nya? Katakanlah: "Unjukkanlah hujjahmu! (Al Quran) ini adalah peringatan bagi orang-orang yang bersamaku, dan peringatan bagi orang-orang yang sebelumku". Sebenarnya kebanyakan mereka tiada mengetahui yang hak, karena itu mereka berpaling. (QS. Al Anbiyaa’ : 24).

Ini semua menunjukkan akan bahaya kebodohan, dan menunjukkan pemahaman secara implisit akan keutamaan ilmu dan keutamaan orang yang berilmu serta pentingnya untuk menyebarluaskan dan mengajarkannya. Karena kebalikan dari itu akan menampakkan kebaikan kebalikannya.

Dengan ini kami akhiri pembahasan di dalam menyebutkan dalil­dalil dari As Sunnah tentang keutamaan ilmu dan keutamaan orang yang berilmu.

Posting Komentar untuk "Keutamaan Ilmu Sebagai Penjaga dari Berbagai Keburukan"