Ujian dalam hidup yang ditimpakan oleh Allah swt. kepada hamba-hamba-Nya yang terbaik mengandung hikmah-hikmah yang akan mengantarkan hamba-Nya kepada tujuan dan ujung jalan yang paling mulia dan sempurna. Ujian yang ditimpakan Allah swt. melalui musibah dan cobaan yang dibaliknya mengandung rahmat dan nikmat yang besarnya tiada terkira.
Belajar dari cobaan ujian dan musibah yang menimpa Nabi Adam
Mari kita perhatikan dan renungkan, musibah dan cobaan yang ditimpakan Allah swt. kepada Nabi pertama Nabi Adam a.s. Nabi Adam a.s. mendapatkan cobaan dan godaan dari syaitan yang membuat beliau dikeluarkan dari surga. Oleh karena musibah dan ujian yang menimpanya dan beliau sanggup menjalaninya, akhirnya Nabi Adam dipilih Allah swt. dan mendapatkan taubat, hidayah serta kedudukan yang tinggi.
Belajar dari cobaan ujian dan musibah yang menimpa Nabi Nuh
Nabi Nuh as. dapat disebut sebagai bapak manusia yang kedua. Hal ini dikarenakan Allah swt. membinasakan umat manusia ketika itu dengan bencana air bah, kecuali manusia yang beriman yang naik ke perahu Nabi Nuh a.s. sehingga dari merekalah manusia tumbuh berkembang hingga sekarang ini.
Nabi Nuh mendapatkan ujian dan cobaan serta musibah yang ditimpakan oleh Allah swt. Beliau Nabi Nuh dengan kesabarannya dalam menghadapi kaumnya selama berabad-abad menghadapi ujian tersebut sehingga pada akhirnya Allah swt. memberikan rahmat dan nikmat serta menyenangkan hati beliau dan menenggelamkan semua penghuni bumi kecuali pengikutnya yang beriman dengan doanya.
Allah swt. menjadikan penghuni bumi ini terdiri dari anak cucunya, dan menjadikan salah satu dari Rasul Ulul Azmi yang merupakan Rasul-Rasul paling utama, memerintahkan Rasul-Nya, Nabi Muhammad saw. untuk bersabar sebagaimana sabarnya mereka. Juga Allah swt. memuji kesyukurannya dengan Firman Allah swt. di akhir ayat ketiga:
سُبۡحَٰنَ ٱلَّذِيٓ أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ لَيۡلٗا مِّنَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ إِلَى ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡأَقۡصَا ٱلَّذِي بَٰرَكۡنَا حَوۡلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنۡ ءَايَٰتِنَآۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ . وَءَاتَيۡنَا مُوسَى ٱلۡكِتَٰبَ وَجَعَلۡنَٰهُ هُدٗى لِّبَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ أَلَّا تَتَّخِذُواْ مِن دُونِي وَكِيلٗا . ذُرِّيَّةَ مَنۡ حَمَلۡنَا مَعَ نُوحٍۚ إِنَّهُۥ كَانَ عَبۡدٗا شَكُورٗا
Artinya: Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman): "Janganlah kamu mengambil penolong selain Aku. (yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur."(QS. al-lsraa: 1-3)
Belajar dari cobaan dan ujian yang menimpa Nabi Ibrahim a.s
Nabi Ibrahim a.s bapak ketiga umat manusia. Beliau adalah kakek para Nabi, imam agama yang hanif serta kekasih Allah swt. Nabi Ibrahim diberikan ujian dan cobaan yang paling besar adalah untuk mengorbankan jiwa anaknya disembelih untuk Allah swt.
Ketika Nabi Ibrahim a.s. diperintahkan oleh Allah swt. untuk menyembelih anaknya, dengan cepat Nabi Ibrahim melaksanakan perintah Allah swt. dan sang anak pun menyetujuinya dengan penuh kerelaan serta penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah swt. Allah swt. Maha mengetahui kesungguhan dan loyalitas dari Nabi Ibrahim dan anaknya, maka kemudian Allah swt. mengganti sembelihan itu dengan seekor kambing yang gemuk.
Salah satu keistimewaan yang diberikan Allah swt. kepada beliau Nabi Ibrahim a.s. setelah beliau diuji untuk menyembelih anaknya sendiri untuk melaksanakan perintah Allah swt., yaitu Allah swt. memberkahi keturunannya dan memperbanyaknya hingga tersebar ke seluruh dunia dan memenuhi bumi, memberikan kenabian dan kitab khusus untuk anak cucunya, dan dari mereka, Allah mengutus Nabi Muhammad saw.
Sebab, yang diinginkan dari seorang anak adalah untuk memperbanyak keturunan, oleh karena itulah Nabi Ibrahim a.s. berkata dalam doanya:
رَبِّ هَبۡ لِي مِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ
Artinya: Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. (Qs. ash-Shaaffaat: 100)
Dan juga doa beliau Nabi Ibrahim a.s:
رَبِّ ٱجۡعَلۡنِي مُقِيمَ ٱلصَّلَوٰةِ وَمِن ذُرِّيَّتِيۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلۡ دُعَآءِ
Artinya: Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. (Qs. Ibrahim: 40)
Lihatlah hasil akhir yang didapatkan oleh Nabi Ibrahim a.s Karena membela agama Allah, karena kesabaran dan ketaatannya kepada Allah pada perintah-Nya, karena beliau mengorbankan jiwa anaknya untuk Allah swt. Allah menjadikannya sebagai kekasih dan memerintahkan Rasul-Nya, Muhammad saw. untuk mengikuti agamanya.
Sesungguhnya Allah swt. adalah Maha pemberi karunia – akramul Akramiin, Allah swt tidak membutuhkan pemberian atau karunia dari siapapun. Oleh sebab itu, barangsiapa yang mengerjakan sesuatu perbuatan atau meninggalkan suatu pekerjaan karena mengharapkan Ridha Allah semata, maka Allah akan memberinya ganjaran yang berlipat ganda, yang jauh lebih banyak dari apa yang mereka kerjakan atau tinggalkan tersebut.
Keturunan dari Nabi Ibrahim a.s. terdiri dari dua umat besar yang tidak terhitung jumlahnya kecuali oleh Allah swt. yaitu Bani Israil dan Bani Ismail. Ini masih ditambah dengan yang disebutkan dan dipuji oleh seluruh bangsa, juga di langit oleh para malaikat. Ini sebagian dari buah perbuatannya. Celakalah orang yang sudah tahu hal ini lalu enggan melakukannya. Sungguh rugi dia.
Dikisahkan bahwa Daud a.s. pernah ingin tahu jumlah Bani Israel yaitu salah satu keturunan dari Nabi Ibrahim a.s.
Nabi Daud a.s menyuruh para pembantunya untuk menghitung jumlah keturunan Bani Israel, akan tetapi usaha mereka tidak berhasil. Dan kemudian Allah swt. berfirman kepada Nabi Daud a.s
"Kamu sudah tahu bahwa Aku telah menjanjikan kakekmu, Ibrahim, ketika aku perintah dia untuk menyembelih anaknya dan dia cepat menaati perintah-Ku, aku janjikan dia untuk memberkahi anak keturunannya sampai jadi banyak seperti bintang dan Aku jadikan mereka amat banyak sampai tidak terhitung jumlahnya."
Demikianlah hikmah yang dapat kita ambil dari ujian, cobaan dan musibah yang menimpa para Nabi bahwasanya setiap ujian, cobaan dan musibah mengandung nikmat, hikmah-hikmah yang akan mengantarkan hamba-Nya kepada tujuan dan ujung jalan yang paling mulia dan sempurna. Sebagaimana yang dicontohkan oleh para Nabi dalam menghadapi ujian, adalah dengan kesabaran dan ketaatan, tawakkal, usaha keras dan hanya mengharapkan ridha Allah swt.
Posting Komentar untuk "Dibalik Cobaan, Musibah, Ujian terkandung Hikmah Mulia dan Sempurna"