Sikap Tawadhu’ yang Diajarkan Rasulullah dan Al-Qur’an

Pengertian Sikap atau sifat tawadhu’ atau rendah hati adalah merupakan sikap rendah hati, sayang terhadap hamba-Nya serta tunduk kepada Allah. Allah swt juga menjelaskan pengertian tentang sifat seorang hamba yang rendah hati dalam kitabullah al-Qur’an Al-karim yang berbunyi :

وَعِبَادُ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلَّذِينَ يَمۡشُونَ عَلَى ٱلۡأَرۡضِ هَوۡنٗا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ ٱلۡجَٰهِلُونَ قَالُواْ سَلَٰمٗا

Artinya : Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan

Sungguh mulia Islam mengajarkan tentang sifat atau sikap mulia tawadhu’. Berdasarkan penjelasan Allah dalam Al-Qur’an di atas, mengajarkan bahwa seorang hamba Allah yang mempunyai sikap tawadhu’ adalah sikap seorang hamba Allah yang berjalan di atas bumi ini dengan rendah hati.

Orang yang memiliki sikap tawadhu’ adalah orang yang tidak pernah sombong dan bersikap angkuh dan tidak pernah menyombongkan diri. Karena orang yang sombong akan ditempatkan Allah dalam di neraka yaitu neraka Jahannam yang terdapat tujuh pintu di dalamnya. Dan Allah tidak menyukai serta memurkai orang-orang yang sombong, sebagaimana dijelaskan dalam firman-firmannya berikut ini:

وَلَا تُصَعِّرۡ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمۡشِ فِي ٱلۡأَرۡضِ مَرَحًاۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخۡتَالٖ فَخُورٖ

Artinya : Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS. Luqman : 18)

Sikap rendah hati ajaran Rasulullah dan Para sahabatnya

Berikut ini adalah sebuah kisah cerita yang mengisahkan anjuran ajaran Islam untuk bersikap tawadhu’ yang artinya rendah hati sebagaimana yang sudah di ajarkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya berikut ini :

Seorang Raja dari kerajaan Gassanah bernama Jablah bin Aiham, ketika itu sang raja melakukan perjalanan menuju ke kota Madinah. Menurut para ahli sejarah, raja bersama dengan para rombongannya melakukan perjalanan ke kota madinah adalah untuk masuk agama Islam. Ketika sampai di kota suci kedua bagi umat Islam, raja dan rombongannya diterima oleh Khalifah Umar bin Khatthab dengan suka cita.

Ketika musim haji tiba, bersama-sama dengan Umar bin Khattab Jablah bin Aiham menunaikan ibadah haji. Pada saat mengerjakan tawaf, sarung Raja Jablah terinjak seseorang hingga terlepas. Kemudian dia marah dan memukul laki-laki yang menginjak sarungnya sampai berdarah. Kemudian pria yang dipukul tersebut mengadu kepada Khalifah Umar bin Khattab.

Kemudian Umar bertanya kepada Jablah : Kenapa kamu memukul laki-laki ini?. Jablah menjawab : dia menginjak sarungku sampai terlepas!.

Umar pun berkata kepada Jablah : bukankah kamu telah menyatakan masuk agama Islam? Sebagai konsekuensinya, kamu harus merelakannya untuk melakukan tindakan serupa yang telah kamu lakukan kepadanya. Dengan sombong atau kesombongannya, jablah bin Aiham berkata : apakah hal ini pantas aku lakukan?! Aku adalah seorang raja, sedangkan laki-laki itu adalah rakyat biasa.

Khalifah Umar bin Khattab dengan tegas berkata : Islam memandang sama antara engkau (raja) dengan dirinya (rakyat biasa). Tidak ada hal yang membuatmu mempunyai derajat yang lebih tinggi daripada dia, selain amal kebaikan.

Jablah berkata : demi Allah, aku masuk Islam dan berharap agar dapat menjadi lebih mulia daripada masa jahiliyah. Umar pun berkata : anda akan seperti itu. Jablah pun berkata : tangguhkanlah aku hingga besok supaya aku dapat berpikir tentang hal ini, wahai Umar. Umar menjawab : silahkan!

Akan tetapi, pada malam harinya, Jablah bin Aiham beserta rombongannya melarikan diri menuju ke konstanstinopel dan bertemu dengan Heraklius. Jablah tidak bersedia bersikap tawadhu’ dan keluar dari agama Islam yang mengajarkan tentang tawadhu dan persamaan derajat.

Dari kisah cerita raja Gassanah di atas, memberikan pesan kepada kita, bahwa Agama Islam mengajarkan sifat atau sikap tawadhu’ seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Rasulullah saw.

Oleh sebab itu, mari kita selalu berusaha dan berdoa selalu sehingga dapat selalu mengimplementasikan sikap atau sikap tawadhu’ atau rendah hati dalam kehidupan sehari-hari baik dalam lingkungan yang kecil seperti keluarga, dalam kehidupan kelompok bermasyarakat hingga kehidupan bernegara, sehingga dapat tumbuh menjadi pribadi dan bangsa yang kuat yang didukung oleh budaya kebersamaan serta saling menghormati.

Posting Komentar untuk "Sikap Tawadhu’ yang Diajarkan Rasulullah dan Al-Qur’an"