Berbagai Kemuliaan dan Kebaikan Bagi Penuntut Ilmu

Banyak sekali keutamaan-keutamaan dan kebaikan yang dapat diperoleh bagi para penuntut dan pengamal ilmu. Salah satunya adalah janji dari Allah swt bahwa mereka akan mendapatkan kebaikan dan kemuliaan sebagaimana yang diterangkan dalam hadits Nabi Muhammad saw dan keterangan-keterangan dalam Firman Allah swt.

kemuliaan ilmu
Untuk lebih jelasnya mengenai keutamaan kebaikan bagi para penuntut dan pengamal ilmu, silahkan baca keterangan lengkapnya dalam AL-Quran dan Hadits Nabi saw. berikut ini.

Rosululloh Saw bersabda:

مَن يُرِدِاللهُ خَيْراً يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ وَإِنَّماَ أَناَ قاَسِمٌ وَ اللهُ يُعْطِي , وَلَن تَزاَلُ هَذِهِ الأُمَّةِ عَلَى أَمْرِاللهِ لاَ يَضُرُّهُمْ مَن خاَلَفَهُمْ حَتَّى يَاْتِيَ أَمْرُاللهِ

“Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah kebaikan maka akan dipahamkan tentang agama dan sesungguhnya saya hanya Qasim (yang mendapat bagian) dan Allah yang memberi, umat ini akan selalu ada tegak diatas perintah Allah yang tidak akan membahayakan orang­orang yang menyelisihinya hingga datang rusan Allah) (HR. Al Bukhaari dari Mu’aawiyah).

Dan diriwayatkan oleh Muslim secara marfu’ dengan lafadznya:

مَن يُرِدِاللهُ خَيْراً يُفَقِّهْهُ فِي ال دِّيْنِ وَلاَ تَزاَلُ عِصاَبَةٌ مِن المُسْلِمِينَ يُقاَتِلُونَ عَلَى الحَقِّ ظاَهِرِيْنَ عَلَى مَن ناَوَأَهُم إِلَى يَوْمِ القِياَمَةِ

“Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah dengan kebaikan maka akan dipahamkan dengan agama dan akan selalu ada suatu kelompok dari kaum muslimin yang selalu berperang diatas kebenaran yang menampakkan (menang) terhadap orang­orang yang memusuhinya hingga hari kiamat).

Faedah dari hadits ini adalah:

Hadits ini menunjukkan akan keutamaan ilmu dan keutamaan orang yang berilmu: dan bahwa pemahaman seorang hamba akan agamanya termasuk tanda­tanda keinginan Allah akan kebaikan baginya, artinya dengan memahami agamanya akan menjadikan baik amalnya sebagaimana yang telah lalu kami sebutkan tentang kewajiban mengikuti syareat untuk keabsahan suatu amal, dan dengan memahami agamanya akan membimbing yang lainnya kepada kebenaran dan kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang dibimbingnya, ini semua menerangkan besarnya keutamaan ilmu dan besarnya pahala orang­orang yang berilmu yang mengamalkan ilmunya.

Hadits ini juga menunjukkan makna secara implisit bahwa orang yang tidak memahami agamanya maka dia telah terhalang dari kebaikan, Ibnu Hajar berkata: namun secara makna benar, karena sesungguhnya orang yang tidak mengerti tentang perkara agamanya maka dia tidak akan menjadi seorang yang faqih dan bukan orang yang mencari fiqh (pemahaman), maka benarlah bahwa dia tidak menginginkan kebaikan, di dalam hadits itu juga menerangkan secara jelas akan keutamaan para ulama’ terhadap seluruh manusia, dan keutamaan bertafaquh tentang agamanya dari seluruh ilmu­ilmu yang ada) (Fat­hul Baari I/165).

Berkata Abu Darda’ Ra: (Allah memberi ilmu kepada orang­orang yang bahagia dan mengharamkannya bagi orang­orang yang celaka) diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Barr (Jaami’u Bayaanil Ilmi I/57).

Bahwa ilmu tidak di dapatkan hanya dengan usaha saja (menuntut ilmu dan belajar) akan tetapi juga bagi orang yang dibukakan pintu oleh Allah untuk itu, dalil akan hal itu adalah:

Sabda Rosul Saw:

مَن يُرِدِاللهُ خَيْراً يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ

“Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah dengan kebaikan maka akan dipahamkan” dan beliau tidak bersabda “Maka dia belajar” sehingga menyandarkan pemahaman kepada Allah bukan kepada usaha seorang hamba, walaupun usaha seorang hamba (dengan belajar) adalah sebab untuk menjadi seorang yang faqih.

Sabda Rosululloh Saw – di dalam riwayat Al Bukhaari

وَإِنَّماَ أَناَ قاَسِمٌ

“Dan sesungguhnya aku hanya yang membagikan”… artinya adalam (membagikan) ilmu yang disampaikan kepadanya (Dan Allah yang memberi) artinya memberi rizki pemahaman kepada orang yang Dia kehendaki, dan bukanlah setiap orang yang disampaikan bagian dari ilmu Nabi itu menjadi seorang Faqih.

Termasuk yang menguatkan hal ini adalah firman Allah:

يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَن يَشَآءُ وَمَن يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا

artinya: “Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki­Nya. Dan barangsiapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak” (QS. Al Baqarah : 269).

Allah telah menetapkan bahwa hikmah itu adalah pemberian dan karunia dari Allah Swt. Diriwayatkan dari Ibnu Abdil Barr dari Malik Rh bahwa dia berkata: (Hikmah adalah pemahaman tentang agama Allah) (Jaami’u Bayaanil Ilmi I/17).

Dan diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Barr dari Imam Malik Rh dia berkata: (Hikmah dan ilmu adalah cahaya yang Allah memberi petunjuk dengannya kepada orang­orang yang dia kehendaki dan bukannya banyaknya pertanyaan­pertanyaan yang dia jawab), diriwayatkan darinya juga dia berkata: (Sesungguhnya ilmu itu bukan banyaknya meriwayatkan akan tetapi hikmah itu adalah cahaya yang Allah letakkan di dalam hati) (Jaami’u Bayaanil Ilmi II/25).

Hadits itu juga menunjukkan bahwa seseorang tidak  dikatakan seorang yang faqih kecuali dia mengamalkan apa­apa yang dia ketahui, inilah yang paling berhak untuk dikatakan (Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah akan kebaikan baginya), sedangkan orang yang berilmu namun tidak mengamalkan ilmunya maka dia akan menghadapi celaan dan ancaman sebagaimana firman Allah Swt:

أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al­Kitab urat) Maka tidakkah kamu berpikir” (QS. Al Baqarah : 44).

Juga firman Allah Swt:

َٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفۡعَلُونَ كَبُرَ مَقۡتًا عِندَ ٱللَّهِ أَن تَقُولُواْ مَا لَا تَفۡعَلُونَ

“Hai orang­orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat () Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa­apa yang tiada kamu kerjakan” (QS. Ash Shaf : 2­3).

Dan tidak akan berkumpul kebencian Allah dan keinginan yang baik, maka diketahui bahwa tafaquh (memahami) tentang agama adalah ilmu dan amal semuanya. Ibnul Qayyim Rh berkata: (Barang siapa yang tafaquh (memahami) agamanya dan dia dikehendaki dengan kebaikan jika dia menginginkan di dalam memahami ilmu itu harus diamalkan, sedangkan jika hanya diinginkan hanya untuk berilmu saja maka tidak menunjukkan bahwa dia adalah orang yang bertafaquh tentang agamanya yang dikehendaki untuk mendapatkan kebaikan) (Miftaahu Daarus Sa’aadah I/60).

Hadits itu juga menunjukkan bahwa para fuqaha’ yang mengemban ilmu dan mengamalkannya akan selalu ada pada umat ini sehingga datang urusan Allah, karena sabda Rosululloh Saw – di dalam riwayat Al Bukhaari – (Akan selalu ada pada umat ini yang menegakkan perintah Allah) (hadits). Dan menegakkan perintah Allah tidak akan terjadi kecuali dengan memegang teguh kebenaran dan tetap adanya hujjah Allah Swt, ini mengharuskan tetap adanya para ulama yang mengamalkan ilmunya dan yang shalih, dari sinilah Ali Bin Abi Thalib Ra berkata: (Bumi ini tidak akan kosong dari orang yang menegakkan hujjah untuk Allah Swt) (I’laamul Muwaaqi’iin IV/150) dan (Al Faqiih Wal Mutafaqqih I/50).

Beberapa para ulama’ menggunakan dalil hadits ini bahwa setiap zaman itu tidak pernah kosong dari seorang mujtahid, dan bahwa ijtihad di dalam agama tidak akan terputus hingga datang urusan Allah. (Fat­hul Baari I/164). (Dan urusan Allah) yang disebutkan di dalam riwayat Al Bukhaari adalah tiupan angin yang dapat mencabut ruh setiap orang yang di dalam hatinya ada sedikit iman dan menetapnya manusia yang paling jelek akhlaknya, dengan adanya merekalah terjadi hari kiamat, sebagaimana di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abdur Rahman Bin Syamaamah Al Mahri dia berkata: Ketika itu aku berada di rumah Maslamah Bin Mukhallad dan disitu ada Abdullah Bin Amru Bin Al Ash, maka berkata Abdullah: (Tidak akan terjadi hari kiamat kecuali ketika terdapat sejelek­jelek manusia, mereka adalah lebih jelek dari pada orang­orang jahiliyah, tidaklah mereka berdoa kepada Allah kecuali pasti akan ditolak), ketika mereka sedang seperti itu datanglah Uqbah Bin Amir   lalu   Maslamah    berkata   kepadanya:    Wahai    Uqbah dengarkanlah  apa  yang  dikatakan  oleh  Abdullah,  maka  berkatalah

Uqbah,   dia   yang   lebih   tahu   sedangkan   aku   mengdengar   dari Rosululloh Saw bersabda:

وَلاَ تَزاَلُ عِصاَبَةٌ مِن أُمَّتِي يُقاَتِلُونَ عَلَى أَمْرِ اللهِ قاَهِرِيْنَ لِعَدُوِّهِم لاَ يَضُرُّهُم مَن خاَلَفَهُم حَتَّى تَأْتِيهِم الساَعَةِ وَهُم عَلَى ذَلِكَ

“Akan selalu ada suatu kelompok dari umatku yang berperang diatas perintah Allah yang memaksa musuh mereka yang tidak terpengaruh orang­orang yang menyelisihi mereka sehingga datang hari  kiamat dan mereka seperti itu”,

Abdulloh berkata: Ya! kemudian Allah mengirimkan angin seperti angin misk (wangi misk) yang sangat lembut, maka tidaklah orang yang masih memiliki nyawa yang di dalam hatinya terdapat sebiji sawi dari iman kecuali akan dimatikan dengannya, kemudian tinggallah sejelek­jelek manusia yang dengan merekalah terjadi hari kiamat. Sampai di sini perkataannya. Ini mengikat lafadz (hingga hari kiamat) yang terdapat di dalam riwayat Muslim tentang hadits Ath Thaifah Al Manshurah yang disebutkan diatasnya.

Riwayat­riwayat diatas tentang hadits Ath Thaifah Al Manshurah menunjukkan bahwa menampakkan kebenaran dan istiqamah (lurus)nya umat ini adalah tergantung pada dua kelompok dari kaum mukminin: yaitu Ahlul ilmi (orang­orang yang berilmu) sebagaimana yang telah kami sebutkan dan ahlul jihad (orang­orang yang berjihad) karena sabda Nabi Saw ­­­ di dalam riwayat Muslim ­­­ :

وَلاَ تَزاَلُ عِصاَبَةٌ مِن المُسْلِمِينَ يُقاَتِلُونَ عَلَى الحَقِّ ظاَهِرِيْنَ عَلَى مَن ناَوَأَهُم إِلَى يَوْمِ القِياَمَةِ

“Akan selalu ada suatu kelompok dari kaum muslimin yang berperang diatas kebenaran yang menang terhadap orang­orang yang memusuhi mereka hingga hari kiamat”.

Dua kelompok inilah: Para ulama’ dan para mujahidin mereka itu adalah Ahlul kitab dan Ahlul hadid (orang­orang yang memegang buku dan orang­orang yang memegang besi) yang telah disebutkan di dalam firman Allah Swt:

لَقَدۡ أَرۡسَلۡنَا رُسُلَنَا بِٱلۡبَيِّنَٰتِ وَأَنزَلۡنَا مَعَهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡمِيزَانَ لِيَقُومَ ٱلنَّاسُ بِٱلۡقِسۡطِۖ وَأَنزَلۡنَا ٱلۡحَدِيدَ فِيهِ بَأۡسٞ شَدِيدٞ وَمَنَٰفِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعۡلَمَ ٱللَّهُ مَن يَنصُرُهُۥ وَرُسُلَهُۥ بِٱلۡغَيۡبِۚ إِنَّ ٱللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٞ

“Sesungguhnya Kami telah mengutus Rosul­Rosul Kami dengan membawa bukti­bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al­Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)­Nya dan Rosul­Rosul­Nya padahal Allah tidak dilihatnya.Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa” (QS. Al Hadiid : 25).

Inilah yang telah disebutkan oleh Ibnu Taimiyyah tentang dua kelompok ini. (Majmu’ Al Fataawa : X/354). Al Khatiib Al Baghdaadi Rh meriwayatkan dengan sanadnya dari Ishaq Bin Abdullah dia berkata: (Orang yang paling dekat dengan derajat kenabian adalah Ahlul ilmi dan ahlul jihad, lalu dia berkata: Untuk ahlul ilmi karena mereka telah menunjukkan manusia dengan apa yang dibawa oleh para Rosul, sedangkan ahlul jihad mereka telah berjihad diatas apa yang dibawa oleh Rosul) (Al Faqiih Wal Mutafaqqih I/35).

Posting Komentar untuk "Berbagai Kemuliaan dan Kebaikan Bagi Penuntut Ilmu"