Mensucikan Niat dan Tujuan Berolahraga

Menyambung pada bahasan tentang Tujuan & Maksud Olahraga dalam Islam, Pendidik yang mengajarkan pendidikan anak dan memben­tuknya dari segi kesehatan jasmani/tubuh/raga dan rohani/jiwa, agar membisikkan di telinga anaknya, bahwa apa yang dilakukan, latihan olahraga jasmani, latihan kemiliteran dan perang ini, adalah dengan niat dan tujuan untuk menguat­kan kesehatan jasmani dan rohaninya, untuk persiapan perang dan jihad dalam arti yang sangat luas. Jihad melawan hawa nafsu, jihad perang, jihad dakwah islamiyah, jihad berbakti kepada orang tua dan berbagai macam jihad lainnya. 

Sehingga, jika telah mencapai usia yang sesuai untuk menanggung tugas sehari-hari, dan memenuhi panggilan kewajiban dalam upaya merealisasikan kejayaan Islam dengan jihad, ia akan menunaikan tanggung jawab dan kewajiban secara sempurna penuh semangat.

Dalam kaitannya dengan pendidikan anak, tidak syak lagi bahwa bisikan yang dilakukan terus menerus, dan pengarahan yang tak henti-hentinya, insya Allah akan men­jadikan anak mempunyai niat yang suci dan memperhitungkan diri, bahwa apa yang ia lakukan berupa latihan-latihan olahraga dan latihan fisik lainnya adalah untuk merealisasikan dalil sabda Ra­sulullah saw.:

اَلْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اﷲِ مِنَ اَلْمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ٠

"Orang Mukmin yang kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang Mu'min yang lemah".

Dan sabdanya:

رَحِمَ اللَّهُ اِمْرَءًا أَرَاهُمْ مِنْ نَفْسِهِ قُوَّةً ٠

"Semoga Allah melimpahkan rahmatnya kepada orang yang memperlihatkan kepada mereka bahwa dirinya kuat".

Dan apa yang ia lakukan berupa latihan militer dan persiapar jihad, itu adalah untuk melaksanakan perintah Allah dalam Al-Qur'an:

Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggetarkan musuh Allah dan musuhmu. (Q.S. 8: 60)

Masih berhubungan dengan pendidikan olahraga pada anak, dengan niat yang suci ini dalam pendidikan jasmani untuk mencapai semangat jihad, berarti kita telah menghubungkan anak dengan Islam secara akidah dan pikiran, menghubungkannya dengan jihad, berani membela dan berkorban di jalan Allah, menghubungkannya dengan kewajiban sehari-hari dengan memberikar semangat. Dalam kesempatan itu pula, kita telah mempersiapkannya untuk menjadi salah seorang tentara Islam yang bekerja untuk dunia dan berjihad untuk agama. Dalam jiwanya yang tulus terdapat makna-makna mulia dari iman, akhlak, kemuliaan optimisme dan kejayaan Islam yang agung.

Dengan niat yang suci ini juga, sang anak dapat merasakan dari kedalaman perasaannya bahwa yang ia lakukan, latihan latihan itu, bukan termasuk permainan yang melalaikan dan sia-sia. Tetapi termasuk golongan pembentukan dan persiapan. Dengan perasaan yang jujur ini, ia maju berlatih dengan ketulusan niat, kejujuran kehendak, keterbukaan pikiran, semangat jiwa memanfaatkan waktu dan mengisi kekosongan.

Demikianlah sang anak akan berubah dengan perubahan yang baru ketika dibisikkan ke telinganya niat suci ini, ketika ia diberi pengarahan, ditanamkan dalam jiwanya kesadaran yang matang dan lurus.

Para pendidik dan orang tua, hendaknya mengerti bahwa pensucian niat anak tidak­lah khusus dalam latihan olahraga dan jihad saja. Tetapi mencakup semua kegiatan kehidupan lainnya, dan kenikmatan fisik yang termasuk dalam kelompok halal. Makan, minum, tidur, rekreasi dan bersenang-senang dengan segala kebaikan lainnya, yang dilakukan anak atau seorang Muslim dengan niat menjalankan perintah Allah dan menjauhi perbuatan haram, untuk menguat­kan jasmani agar lebih mampu menanggung tanggung jawab dan kewajiban.

Maka, semua pekerjaan dengan niat yang suci ini akan menjadi ibadah, yang dapat mendekatkan dirinya kepada Allah Ta'ala. Oleh .karena itu, Rasulullah saw. memberitahukan bahwa seseorang akan mendapat pahala jika ia menyuapkan makanan ke mulut istrinya dengan niat untuk menghibur dan menyenangkannya. Beliau pun mengabarkan bahwa melepaskan syahwatnya melalui cara yang halal dengan niat menjauhkan diri dari dosa zina, dan untuk mendapatkan keturunan yang saleh, ia akan mendapat pahala. Berdasarkan ini, para ahli fiqh mengambil kesimpulan dari hadits-hadits tersebut di atas, dengan mengeluarkan ketentuan seperti ini: "Sesungguhnya niat yang suci merubah adat kebiasaan menjadi ibadah".

Karenanya, niat yang suci ini meninggalkan bekas yang besar dalam mendapatkan pahala, hendaknya kita menanamkan dalam jiwa anak pengertian niat suci ini, agar pekerjaannya semata-mata untuk mendapatkan keridhaan Allah, sehingga selamanya ia mendapatkan pahala.

Demikianlah fenomena ikatan yang terpenting dalam meme­lihara akidah anak, tingkah laku dan keseimbangannya, menyem­purnakan spiritualnya dan serta memperkuat jasmaninya. Bahkan ini termasuk faktor terpenting dalam pendidikan anak sejak pertumbuhannya di atas iman yang kokoh, akhlak yang mulia, akal pikiran yang matang, spiritual yang berimbang, pikirannya yang penuh kesadaran, pamor sosial yang bersih dan suci.

Hendaknya kita senantiasa berusaha melaksanakan hubungan-hubungan ini secara cermat, dengan perasaan amanah, ikhlas, diterapkan dengan keteguhan kemauan, iman dan intensitas yang tinggi.

Jika kita dapat melaksanakan ini, maka kita akan melihat buah hati kita bagai purnama yang menyinari alam semesta, bagai matahari yang bersinar cemerlang, bagai bunga yang ber­kembang, bagai "malaikat" yang berjalan di atas permukaan bumi.

Dan katakanlah, ".Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang Mukmin akan melihat pekerjaanmu". (Q.S. 9: 105)

Posting Komentar untuk "Mensucikan Niat dan Tujuan Berolahraga"