Jihad Perang dalam Islam

Agama Islam berseru kepada umat manusia seluruhnya untuk bernaung di bawah panji-panjinya supaya memperoleh tuntunannya dan menikmati kebahagiaan hidup di bawah lingkungannya. 

Umat Islam, ialah umat yang diutus oleh Allah untuk menyebarkan agama-Nya dan menyampaikan wahyu-Nya kepada umat manusia sejagad ini di samping tugas membebaskan dunia dari kedzaliman dan penindasan. Dan karena tugas yang mulia itulah, maka umat Islam menjadi sebaik-baik umat di muka bumi ini, berkedudukan sebagai pemimpin dan guru bagi umat dan bangsa lain. 

Untuk mempertahankan kedudukan yang mulia yang telah diberikan oleh Allah kepadanya, maka wajiblah umat Islam menjaga dan mempertahankan pembawaan dan kepribadiaannya serta berjuang dan berusaha keras untuk memperoleh haknya penuh dalam pergolakan dunia ini, sehingga dengan demikian ia dapat tetap menduduki tempatnya dan melaksanakan amanat Allah yang dipikulkan atas bahunya. 

Tiap kelalian terhadap kewajiban itu, adalah merupakan dosa di antara dosa-dosa yang besar yang akan berakibat balasan Allah berupa kehinaan, keruntuhan dan kemusnahan. 

Islam melarang umatnya berlaku lemah selama ia belum mencapai tujuannya dan memnuhi tugasnya. Dalam keadaan demikian, maka seruan untuk berdamai hanyalah berarti takut dan kecut hati serta berserah kepada kehinaan dan perbudakan. Berfirmanlah Allah swt:

 “Janganlah kamu lemah dan minta damai Padahal kamulah yang di atas dan Allah pun bersamamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi pahala amal-amalmu.” (Muhammad 35). 

Maksudnya kamu orang adalah di atas tentang aqidah, ibadah, akhlak, peradaban, ilmu dan amal. Damai dalam Islam harus datang dari sisi kekuatan dan kekuasaan dan jangan dari sisi kelemahan dan ketidak sanggupan berperang. 

Karenanya Allah mengaitkan perdamaian dengan syarat bahwasanya musuh menghentikan permusuhannya, tidak berlakunya kedzaliman dan tidak seorangpun mendapat gangguan dalam melaksanakan agama dan ibadahnya. Maka jika terlanggar salah satu dari pada syarat-syarat itu, diizinkan oleh Allah untuk berperang dan bertempur, di mana darah dan nyawa dengan suka rela dikorbankan. 

Sesungguhnya tiada suatu agama yang berseru kepada para penganutnya untuk berperang dan mendorong mereka untuk menceburkan diri ke dalam medan pertempuran menyambungkan nyawa di jalan Allah dan untuk membela kebenaran serta melindungi kaum yang lemah yang tertindas dan untuk memperoleh kehidupan yang mulia dan terhormat selain agama Islam. 

Hal yang diuraikan di atas akan menjadi terang dan jelas bagi siapa saja yang sempat mempelajari ayat-ayat suci Al-Qur’an dan mengikuti sejarah hidup junjungan kita Nabi Muhammad saw. Allah swt. menghimbau umat Islam untuk sekuat tenaganya melaksanakan tugas dan kewajiban itu, sebagaimana difirmankan: 

“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan Jihad yang sebenar-benarnya.” (Al-Hajj 78). 

Ditegaskan selanjutnya oleh Allah swt bahwa jihad itu adalah bagian dari iman yang tiada sempurna agama melainkan dengannya: 

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Al-Ankabuut 2-3). 

Ditegaskan pula bahwa itulah sunnah Allah yang berlaku bagi para mukminin, dan bahwa tiada jalan lain ke syurga dan untuk mencapai kemenangan kecuali sunnah yang berlaku itu:

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat.” (Al-Baqarah 214). 

Allah swt memerintahkan umat Islam berjaga-jaga menyiapkan segala sesuatu untuk menghadapi musuh. Firmannya:

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya.” (Al-Anfaal 60). 

Persiapan yang termaksud dalam ayat itu tentulah persiapan yang akan berubah-ubah menurut keadaan dan suasana serta tempat di mana perang terjadi. Sedang kata “kekuatan” ialah maksud segala sarana dan alat yang dapat melumpuhkan dan mengalahkan musuh. Dan termasuk dalam persiapan yang diperintahkan oleh Allah ialah wajib militer bagi tiap warga yang berkuasa, juga persiapan kekuatan darat, laut dan udara.

“Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah (ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama!.” (An-Nisaa’ 71). 

“Berangkatlah kamu baik dalam Keadaan merasa ringan maupun berat.” (At-Taubah 41). 

Islam dalam menghimbau umatnya untuk berjihad, lebih banyak menekankan segi moreel daripada segi spiriueel dan lebih mengandalkan semangat bertempur serta keberanian dan keteguhan hati dari pada kekuatan materieel dan perlengkapan senjata. 

“Karena itu hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah. Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan Maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar. Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: "Ya Tuhan Kami, keluarkanlah Kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah Kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah Kami penolong dari sisi Engkau!". (An-Nisaa 74-75). 

Para mukminin disuruh bersabar dan dibesarkan hatinya bahwa jika mereka menderita kesakitan atau kepayahan, maka musuh mereka demikian pula keadaannya, padahal sangat berbeda tujuan masing-masing dari peperangan dan begitu pula apa yang diharapkan oleh pihak mukminin tidak sama dengan apa yang diharapkan oleh pihak musyrikin. Firman Allah: 

Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). jika kamu menderita kesakitan, Maka Sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari pada Allah apa yang tidak mereka harapkan.” (An-Nisaa 104).

 “Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena Sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah.” (An-Nisaa 76). 

Artinya bahwasanya orang-orang Islam mempunyai tujuan yang agung dan berperang untuk mempertahankan dan menyebarkan risalah yang suci, yaitu risalah kebenaran dan kebajikan dan pengagungan kalimat Allah. Karenanya dilaranglah orang melarikan diri dan mundur dalam pertempuran kecuali jika hal itu dilakukan dalam rangka siasat perang. Berfirmanlah Allah swt: 

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, Maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (sisat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, Maka Sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. dan Amat buruklah tempat kembalinya.” (Al-Anfaal 15-16). 

Allah menyuruh orang hendaklah berteguh hati dalam medan perang bersatu padu dan jangan bertengkar atau berselisih agar menghindari kekalahan dan kegagalan sambil menyebut nama Allah yang sebanyak-banyaknya:

“Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), Maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Anfaal 45-46). 

Allah memuji dan menghargai para mukminin yang mati-matian membela dengan pengorbanan nyawa dan harta benda, sehingga mereka hanya mempunyai dua pilihan, tidak ada ketiganya, atau memperoleh kemenangan atau terbunuh dan mati syahid dengan syurga sebagai pahalanya.

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh.”(At-Taubah 111).

“Katakanlah: "tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi Kami, kecuali salah satu dari dua kebaikan (Yaitu mendapat kemenangan atau mati syahid.).” (At-Taubah 52). 

Sebagai pahala bagi mereka yang terbunuh dalam pertempuran dan mati syahid, Allah menjanjikan bahwa mati mereka bukanlah mati yang abadi, akan tetapi merupakan pemindahan dari alam yang fana’ ini ke alam yang lebih tinggi dan lebih kekal di mana mereka akan menikmati karunia Allah yang tidak terhingga:

 “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki. Mereka dalam Keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman.” (Ali-Imran 169-171). 

Allah swt memberi kepastian kepada para mujahidin bahwa Allah selalu menyertai mereka dan sekali-kali tidak akan meninggalkan mereka: 

 “(ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku bersama kamu, Maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman". kelak akan aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, Maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka.” (Al-Anfaal 12). 

Kemudian Allah swt berjanji kepada para mukminin yang berjihad pengorbanan nyawa dan harta benda, akan diperolehnya kemenangan di dunia dan syurga di akhirat. Allah berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.” (Ash-Shaff 10-13). 

Demikianlah sistem dan cara Islam mendidik para penganutnya dan menanamkan iman ke dalam jiwa dan hati mereka, sehingga dengan iman dan aqidah yang sudah mendarah-daging itu mereka dapat mencapai kemenangan, keunggulan, kedudukan yang teguh dan penguasaan di atas bumi Allah. Allah swt. berfirman:

“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Muhammad 7). 

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku.” (An-Nuur 55).