Metode Pendidikan Seks dalam Islam

Pada kesempatan ini akan dipaparkan tentang pendidikan seks menurut ajaran Islam yang datangnya dari Allah SWT. Allah Subhaanahu Wa Ta'aala tidak membiarkan manusia tanpa petunjuk dalam berbagai urusan kehidupannya. Dalam masalah itu tidak ada perbedaan antara yang hina dan yang mulia, karena Dialah yang memberi perlindungan dengan perhatian dan penjagaan-Nya, sejak mulai dari air mani yang terdapat dalam rahim yang gelap sampai berpindah ke dalam kegelapan alam kubur.

"Dari setetes air mani, Allah menciptakannya lalu menentukanya, kemudian Dia memudahkan jalannya, kemudian Dia mematikannya dan memasukkannya ke dalam kubur" (Qs. 'Abasa (80): 19-21)

Dan yang sungguh aneh, kebanyakan kita membuat hal yang aneh. Dari kutipan beberapa buku tentang ilmu jiwa. Dalam buku itu terdapat meteri tentang pendidikan seks.  Yang harapannya adalah dari buku-buku itu mau mengarahkan kepada pembinaan Islam - yang ada hubungannya dengan seksualitas yang cukup, dengan pengetahuan yang bisa dipahami dan sistematis sesuai dengan fase-fase kehidupan manusia dari masa anak-anak sampai dewasa. Namun, hasilnya sangat menyesakkan dada, di mana perhatian para peneliti yang mengetahui bahwasannya Islam bukan saja merupakan nasihat-nasihat yang mendorong untuk berakhlak, namun merupakan jalan hidup yang sempurna itu sangat sedikit sekali.

Ada sebuah asumsi bahwa mereka tidak menyinggung ajaran Islam dalam masalah pendidikan seks ini, dikarenakan mereka belum membaca prinsip-prinsip dalam Islam, dan mereka tidak memiliki latar belakang Islam. Hal ini merupakan ketidaktahuan yang tidak bisa ditolelir.

Ajaran Islam tergambar dalam A1 Qur'an dan sunnah yang berbicara tentang asal-usul manusia dan perkembangan penciptaannya dalam perut ibunya. Allah Ta'ala berfirman,

“Dan sesunguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging, kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah Pencipta Yang Paling Baik " (A1 Mu'minun (23): 12-14)

Berkenaan dengan tempat memancarnya air mani Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, "Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada" (Ath-Thaariq (86): 5-7)

Islam juga berbicara tentang segala macam pengetahuan yang diperlukan manusia dalam masalah ini,

Di antara tata krama yang mulia sebagai pendidikan Allah bagi kaum muslimin agar mereka mendidik anak-anak mereka adalah firman Allah Subhaanahu wa Ta'aala,

"Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian luarmu di tengah hari dan sesudah sembahyang isya (itulah) tiga aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu itu). Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur balig maka hendaklah mereka meminta izin, seperti orang-orang sebelum mereka meminta izin. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. "(An-Nur (24): 58-59)

Dalam dua ayat ini Allah Azza wa Jalla mengajarkan kepada kaum muslimin tata krama yang mulia, di mana anak-anak yang mumayyiz (yang sudah mengerti) tapi belum dewasa harus minta izin kalau mau bertemu dengan keluarganya dalam waktu yang disebutkan tadi. Karena, pada waktu itu dia berpeluang untuk melihat aurat, karena waktu-waktu itu merupakan waktu istirahat, membuka pakaian, mengganti pakaian atau waktu suami istri memenuhi kebutuhannnya.

Dzat Yang Maha Tahu dan Maha Mengawasi rahasia-rahasia jiwa telah membuat larangan-larangan dan batasan-batasan, sehingga tidak mengotori pikiran anak-anak dan tidak menyibukkan mereka dengan pikiran-pikiran ini sebelum waktunya. Seorang anak dalam usia ini sangat cenderung untuk senang bertanya-tanya dan mengetahui apa-apa yang ada di sekelilingnya yang masih tertutup. Kita sudah mengetahui bahwa anak-anak yang dewasa sebelum waktunya merupakan hasil menyalahi tata krama Islam dalam pendidikan dan pengarahannya.

Ketika seorang anak menginjak dewasa, Islam tidak membiarkan mereka tanpa petunjuk dalam urusan yang berhubungan dengan seks. Hal-hal yang perlu dikuasai oleh mereka dalam realitas kehidupan di mana mereka hidup. Seorang anak sebelum balig (dewasa) harus mempelajari hal-hal yang membatalkan wudhu, dan harus belajar untuk kesiapan masa dewasa, bahwa kedewasaan adalah masa taklif (pembebanan kewajiban agama) dengan ancaman hukuman dari Allah. Pada saat itu dia harus mempertanggung jawabkan segala amalnya. Tanggung jawab seseorang di hadapan dirinya dan dihadapan masyarakatnya. Dia juga harus belajar bahwa mimpi bersetubuh itu merupakan hal-hal yang mengharuskan dirinya melakukan mandi besar. Selain itu, dia juga harus mengetahui bahwa mimpi bersetubuh itu merupakan gejala alami yang terjadi pada laki-laki dan perempuan, dan itu bukan merupakan suatu kesalahan atau kejahatan yang menimbulkan hukuman bagi para pemuda dan pemudi. Dan seorang gadis juga harus belajar bahwa berakhirnya haidh merupakan hal yang mengharuskan dirinya melakukan mandi besar dan merupakan tanda kesempurnaan sebagai seorang perempuan serta tandanya dia mulai memikul tanggung jawab. Hal itu bukan merupakan sebab mulai terbentuknya keterikatan jiwa atau lahirnya berbagai kecemasan, sebagaimana dipropagandakan oleh orang-orang yang menganjurkan pendidikan seks.

Kita tahu bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam selalu mengajarkan pengetahuan-pengetahuan ini yang harus diketahui untuk keselamatan dunia dan akhirat -mengajarkannya tanpa mempersulit dan berbelit-belit.

Abu Dawud meriwayatkan bahwa Ummu Sulaim dari perempuan Ansor yakni ibunya Anas bin Malik berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu menyampaikan kebenaran, bagaimana menurutmu jika seorang perempuan mimpi seperti mimpinya laki-laki, apakah dia harus mandi besar?" Siti Aisyah berkata, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Hendaklah dia mandi besar jika ada air." Siti Aisyah berkata, "Saya menghadapkan muka kepada perempuan itu dan berkata, "Bagaimana engkau ini, apakah perempuan suka mimpi hal itu?" Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menghadapkan mukanya kepada saya seraya bersabda, "Semoga engkau beruntung wahai Aisyah, dari mana adanya kesamaran?"

Begitulah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ditanya dan menjawab dengan tanpa beban, baik dari Rasul sendiri atau dari penanyanya, baik laki-laki maupun perempuan dalam masalah-masalah ini, bahkan Siti Aisyah radhiyallaahu 'anha menceritakan Asma binti Yazid ketika dia bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tentang mandi besar dan menyelidiki bekas darah haidh untuk dibersihkan, "Perempuan yang paling bagus adalah perempuan Anshar, di mana mereka tidak dihalangi oleh rasa malu untuk mendalami agama."

Jika kita merujuk kepada buku-buku fiqih Islam, kita menemukan bahwa para ulama Islam berbicara mengenai tata krama pergaulan biologis antara suami istri dan mereka membahas petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam masalah ini. Dan pembahasan para ulama dalam bidang ini telah banyak sekali terdapat di berbagai buku. Sebagai contoh Ibnu Qudamah berkata dalam ringkasan buku "Minhaajul Qaasidin" milik Jamaluddin bin Aljauzi dalam pembahasan mengenai tata krama bergaul dengan istri:

"Hendaklah seorang suami bermain dan bersenda-gurau dengan istrinya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam terkadang lomba berjalan dengan Siti 'Aisyah radhiyallaabu anha dan beliau juga senantiasa bersenda gurau dengan istri-istrinya. Beliau berkata kepada Jabir, "Hendaklah engkau menikah dengan perawan agar engkau bisa saling bercumbu rayu." Dan yang jelas bahwa hal itu dilakukan dalam batas-batas tertentu, jangan sampai berlebihan dalam bermain, karena bisa menjatuhkan wibawa suami di hadapan istrinya, namun hendaklah mengambil jalan tengah.

Dan Islam juga berbicara tentang tata krama jima' (koitus) yang bersandar pada A1 Qur'an dan Sunnah, Ibnu Qudamah berkata:

"Dianjurkan memulai jima'/bersetubuh/berhubungan intim suami istri dengan membaca bismillah, berpaling dari arah qiblat, hendaklah dia dan istrinya ditutupi dengan kain, jangan telanjang. Selain itu, mulailah dengan bercumbu rayu baik dengan pelukan dan ciuman. Sebagian ulama ada yang menganjurkan bahwa berjima' afdhal dilakukan pada hari jumat. Kemudian jika suami telah memenuhi hajatnya (ejakulasi) maka hendaklah ia menunggu istrinya untuk memenuhi hajatnya, karena biasanya istri terlambat dalam ejakulasinya."

Di antara tata krama yang lain, hendaklah perempuan yang sedang haidh menutup dengan kain (sejenis sarung) dari pinggang sampai lututnya, jika suami ingin "menikmati" istrinya. Selain itu tidak diperbolehkan berjima' dengan istri ketika dia sedang haidh dan juga dilarang berjima' (koitus) lewat dubur (lubang belakang).

Pada saat yang bersamaan, ketika Islam secara bertahap mengembangkan pengetahuan-pengetahuan seksualitas ini bagi kaum muslimin, Islam juga mendidik kepada mereka untuk memelihara dan memiliki rasa malu serta mengajak selalu untuk menjaga kemaluan dari berbagai penyimpangan. Dan hendaklah tidak membuat hati kita aneh, bahwa Islam juga memberi haluan bagi masyarakatnya untuk membersihkan dan melenyapkan berbagai gejolak dan kekacauan dalam jiwa.

Dari hal itu kita simpulkan bahwa pendidikan agama merupakan satu-satunya lingkungan yang paling aman. Sebab, di dalamnya dipelajari pengetahuan-pengatahuan ini secara bertahap disesuaikan dengan tingkatan akal dan waktu bagi para pemuda Islam. Dan dalam masalah ini Islam tidak menghalangi masuknya ilmu-ilmu lain seperti faktor-faktor pendukung dalam penjelasan ayat atau memberi penjelasan tentang penyakit-penyakit seksual yang disebabkan oleh penyimpangan seks. Namun, hal ini masih tetap harus menjaga batasan-batasannya.

Morris Bouky, seorang dokter Perancis berkata dalam bukunya "kajian kitab-kitab suci dalam pengetahuan-pengetahuan kontemporer":

"Zaman kita sekarang meyakini bahwa mereka telah melakukan banyak penemuan-penemuan dalam berbagai bidang, dan mereka juga yakin bahwa sekarang mereka telah maju dalam masalah yang berkaitan dengan pendidikan seks. Sedangkan masa-masa yang telah lampau itu dianggap masa yang sangat teralienasi dalam kegelapan, terutama dalam masalah seksualitas ini.

Banyak orang yang mengatakan bahwa agama-agamalah yang bertangung jawab dalam masalah ini, kecuali apa yang kita sampaikan-merujuk kepada masalah keturunan manusia dalam A1 Qur'an dan perbandingannya dengan ilmu modern- ini suatu bukti bahwa sejak kurang lebih empat belas abad yang lalu Islam telah terlebih dahulu memberi pengetahuan masalah seksualitas ini kepada manusia secara teoritis, karena Islam memperbolehkan berbicara mengenai keturunan manusia, tentunya sebatas kemampuannya. Sebab, pada waktu itu belum terdapat pengetahuan-pengetahuan yang menjelasan secara psikologis. Di samping itu, penggunaan bahasanya pun masih sangat sederhana dan mudah dipahami oleh para pendengar secara spontan, sehingga mereka bisa paham apa yang disampaikan."

Morris juga berkata, "Tulisannya juga tidak mengabaikan nilai-nilai ilmiah, bahkan kita menemukan bahwa di dalam A1 Qur'an terdapat perincian-perincian tentang kehidupan keilmuan terutama tentang etika yang harus diikuti manusia dalam berbagai segi kehidupannya. Dan Al Qur'an juga tidak meninggalkan masalah kehidupan seks. Ada dua ayat al-Qur’an yang khusus berhubungan dengan seksualitas. Dan dalam masalah ini al-Qur'an menggunakan kata-kata yang menghubungkan antara kejelasan dan keharusan menjauhi kata-kata yang vulgar (terang-terangan dan terbuka).

firman Allah Ta'ala,

"Dia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada" (Ath-Thaariq (86): 6-7)

Redaksi ini lebih halus dari redaksi-redaksi yang berbahasa Perancis dan Inggris ketika ingin mencapai makna ini. Kemudian dia berbicara tentang haidh dan maksud-maksudnya yang berhubungan dengan seksual dalam firman Allah Ta'ala,

"Mereka bertanya kepadamu tentang haidh, katakanlah haidh itu adalah kotoran. " (Qs. A1 Baqarah (2): 222)

Setelah dipaparkan tentang segi-segi yang agung dalam ajaran Islam mengenai pendidikan seks, maka akhirnya sampai pada kesimpulan:

"Berdasarkan semua ini, maka pembicaraan teoritis yang khusus mengenai keturunan dan arahan-arahan ilmiah yang disampaikan A1 Qur an: terutama yang berkenaan dengan kehidupan seksualitas suami istri, maka kita dapat melihat bahwa tidak ada satu ayatpun yang telah kita sampaikan itu bertentangan dengan ilmu pengetahuan kontemporer atau keluar dari pembicaraan-pembicaraan secara ilmiah.

Doktor Samuel Migoris berkata dalam bukunya "A1 Muraahiq A1 Mishri", dia menyampaikan pembicaraannya mengenai sumber-sumber pengetahuan seks bagi pemuda-berdasarkan penelitian, seraya berkata:

Murid-murid sekolah agama menyatakan bahwa mereka menemukan jawaban dari berbagai macam pertanyaan seputar materi seksualitas dalam mata pelajaran yang harus mereka pelajari. Selain itu, mereka juga dapat menemukan jawaban dalam buku-buku fiqh yang menjelaskan materi tentang keluarnya air mani dan jima', kapan mereka harus mandi besar dan juga mengetahui masalah-masalah pokok-pokok dan prinsip-prinsip yang sedang berkembang.

Jadi, ajaran islam memberikan jawaban secara komprehensif dalam masalah ini kepada kita dan seperti apa yang diberikan Allah Azza wa Jalla kepada kita, Dialah Tuhan Yang memberi bentuk kepada segala sesuatu kemudian memberinya petunjuk.

Sebelum pada akhir dari pokok materi pendidikan seks yang penting ini, mari kita bersama-sama untuk menyebarkan peradaban seks sesuai dengan ajaran islam, "Di samping itu diharapkan kepada pemerintah-pemerintah yang muslim untuk membersihkan sarana-sarana pengetahuan tentang itu, karena kita yakin mereka juga lebih tahu hal itu akan mebiarkan faktor-faktor perusak generasi muda dan akan membunuh semua arti kesesuaian jiwa dan keselarasan sosial.

Semua paparan dan anuuran di atas tidak akan mengobati penyimpangan-penyimpangan seksual, namun hendaklah kita mendatangi rumah dari pintunya (memulai lewat jalurnya), dan sebelum menuntut untuk menyebarkan kebudayaan seks, maka kita menuntut untuk meninggikan kedudukan seks ini dan mensucikan genangan airnya yang mengalirkan berbagai kerusakan untuk membunuh ruh harga diri dan ruh kemuliaan.

Masalahnya bukan membutuhkan penenang sementara, sebab penenang itu sangat lama untuk mengobati orang yang sakit. Dengan demikian, maka penenang itu akan membiarkan penyakit terus merusak darah dan akhirnya melahirkan berbagai macam kerusakan.

Obatilah penyakit-penyakit yang telah menimpa kita, baik yang besar maupun yang kecil. Keraskanlah suaramu di hadapan para penguasa muslim, agar mengembalikan masyarakatnya kepada fithrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fithrah itu dan mengajak kepada Islam untuk mengikuti syari'at Allah dan hidup dalam lindungannya. Hal ini dilakukan karena masyarakat-masyarakat yang membenci jalan Allah itulah yang menyebarkan bau busuk seksual. Adapun masyarakat yang mukmin, dialah yang menyebarkan harumnya kesucian dalam semua seginya. Allah selalu mengatakan yang benar dan menunjukkan jalan yang lurus.

1 komentar untuk "Metode Pendidikan Seks dalam Islam"

  1. Subhaanallah. Sangat tinggi nilai Islam dalam pembelajaran pendidikan seks bagi anak dan remaja.

    BalasHapus