اَلرَّجَاءُ مَا قَارَنَهُ عَمَلٌ وَاِلاَّ فَهُوَ اُمْنِيَّةٌ
“Harapan (raja') adalah kehendak yang harus diikuti dengan amal perbuatan, kalau tidak demikian maka hanya angan-angan."
Sifat raja 'adalah sifat hamba yang menempatkan kepada maqam yang mulia, dan termasuk sifat orang-orang yakin, tumbuh atas kesungguhan si hamba yang suka melaksaakan amal seperti zikir dan ibadah lainnya, yang memerlukan kesungguhannya. Untuk memperoleh harapan dalam bentuk ibadah diperlukan kesungguhan untuk mencapainya.
Raja’ akan memberikan daya hidup bagi si hamba dengan keinginan positif untuk melaksanakan suatu ibadah khusus atau ibadah umum. Hamba yang menempatkan raja' sebagai daya dorong dalam pengkhidmatannya kepada Allah, sebab dengan raja' ia sangat berkeinginan untuk mencapai derajat muttaqin. Kehendak yang kuat mentaati Allah telah mendorongnya agar rajin dan tekun mengamalkan seluruh ibadah yang mampu ia laksanakan.
Raja’ itu sendiri adalah sifat yang menghiasi hamba Allah ketika melakukan ibadah. Ia berharap agar mampu melaksanakan sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad saw, dan berharap agar amal ibadahnya diterima oleh Allah swt. Mengharap ibadah diterima oleh Allah harus dibuktikan dengan usaha dan amal. Berusaha agar ibad yang diterima sesuai benar dengan sunah Nabi saw, dalam niat dan dalam Praktek. Berusaha pula agar hambatan yang sering mengjm orang beribadah agar terhindar dari hamba yang sedang beribadah.
Dua hal ini diperlukan bagi si hamba yang berkeingini mengamalkan ajaran-ajaran Islam. Rajin dan disiplin mengerjakan n serta sesuai dengan sunah Nabi saw. Apabila suatu amalan dan ibadah bertolak belakang, atau sama sekali bertentangan dengan sunah Nabi saw (berdasarkan Al Qur'an dan hadis sahih), maka amal ibadah seperti ini selain tidak memenuhi harapan, lebih dari itu tertolak sama sekali.
Ma'ruf Al Karakhy berkata: "Menuntut surga tidak dengan amal sama dengan berbuat dosa, mengharapkan syafaat tanpa sebab adalah sangat tertipu, demikian juga mengharapkan rahmat dari yang Maha Memberi rahmat, tetapi tidak kamu taati adalah suatu kebodohan Memang benar, bahwasanya apa pun yang kita harapkan dari kebaikan dan ketaatan dalam agama, tidak akan tercapai, apabila ibadah dan amal agama itu tidak dituangkan dalam amal dan perbuatan.
Nabi Muhammad saw bersabda: "Orang pandai adalah orang yang mengoreksi dirinya, dan beramal untuk menunggu mati. Sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang suka mengikuti hawa nafsunya dan mengharapkan bermacam angan-angan kepada Allah." Al Hasan berkata: Ada orang yang tertipu oleh angan-angan menginginkan, ampunan sehingga mereka keluar dari dunia sedangkan mereka belum membawa kebaikan. Mereka berseru, bahwa mereka telah berbaik sangka kepada Allah, akan tetapi mereka berdusta dalam pengakuan tersebut. Kalau benar mereka telah berbaik sangka kepada Allah, tertentu perbuatan merekapun lebih baik lagi, lalu Al Hasan membaca ayat 23 surat Fusshilat: "Demikian itu termasuk prasangka yang kami sangkakan kepada Tuhanmu. Dia (Allah) telah membinasakanm maka termasuklah kamu ke dalam orang yang sangat rugi, Selanjutnya Al Hasan berpesan: "Wahai hamba Allah, waspadalah kamu dari angan-angan palsumu, karena akan menjadi jurang kebinasaan bagimu, karena suka berlaku tidak sopan. Sesungguhya Allah tidak pernah memberikan seseorang suatu kebaikan, hanya karena angan- angan saja, untuk kehidupan dunia maupun akhirat."
Demikian telah dijelaskan berkali-kali semua masalah yang berkaitan amal ibadah hamba Allah. Ia akan mendapatkan dari apa yang diamalkan. Suatu kehendak baik tidak akan memperoleh apa pun juga, apabila si hamba tidak merealisasikan dalam perbuatan atau amal yang ia kehendaki.