Permohonan Orang Arif Kepada Allah

 مَطْلَبُ الْعَارِفِيْنَ مِنَ اﷲِ تَعَالَى الصِّدْقُ فِى الْعُبُوْْدِِيَّةِ وَالْقِيَامُ بِحُقُوْقِ الرُّبُوْبِيَّةِ ٠ 

 “Permohonan orang-orang arif, yang diharapkan dari Allah swt agar mendapat kekuatan dalam kesungguhan beribadah dan tetap teguh manunaikan hak-hak dan kewajibannya kepada Allah swt." Harapan yang diminta oleh para arifin dari Allah swt sama seperti para ahli ibadah lainnya, atau para ahli zuhud, ulama , dan lainnya, tiada lain hanyalah agar sungguh – sungguh beribadah dan teguh kokoh menegakkan kewajiban terhadap Allah swt belaka. 

Amal ibadah yang tidak berpengharapan seperti itu, selain hanya mendapat kepayahan belaka, juga akan sia-sia, karena kehendak yang dicari bukannya keridaan Allah semata. Permohonan hamba agar ibadahnya terjaga dari sifat-sifat insaniyah yang kurang bersih, adalah sifat hamba yang terlepas dari keinginan mendapatkan surga dan seluruh kesenangannya. 

Padahal kenikmatan beribadah itu, adalah bagaimana seorang hamba mendapat inayah dari Allah dalam kesungguhannya beribadah, sehingga ibadah itu sendiri akan memberinya kebahagiaan, karena Allah rida Kepadanya, sebelum mendapat anugerah surga Jannatun Na'im. Seperti yang diulang-ulang oleh Syekh Ataillah: "Sebaik - baik harapan yang engkau inginkan dari Allah, adalah melaksanakan apa yang diwajibkan Allah kepadamu." Syekh Abu Madain mengingatkan: "Perbedaan antara hamba yang beribadah dengan mengharapkan surga dan bidadaririya, daripada hamba yang hanya mengharapkan rida Allah serta selalu hadir di hadapan Tuhan Rabbul Izza, adalah pada fananya diri si hamba dalam beribadah semata-mata limardatillah (untuk memperoleh keridaan Allah)." 

Sesungguhnya tidak ada imbalan yang paling tinggi dan mulia bagi seorang 'abid, melebihi rida Allah. Apabila seorang 'abid telah mendapat rida dari ma'bud-nya, maka berarti seluruh hidup dunia dan akhiratnya'telah merupakan surga baginya. Ke mana saja ia pergi, di mana saja ia berada, selalu bersama keridaan Allah swt. Tidak ada lagi pemberian Allah melebihi rida-Nya. Untuk mencapai maqam makrifatnya para arifin itulah yang memerlukan latihan rohani yang cukup lama dan kesabaran istiqamah yang tangguh. Melalui tahapan tahapan tertentu seorang hamba akan mencapai martabat yang mengantarkannya mendapatkan rahmat dan rida Allah swt. 

Mardatillah adalah jaminan dari Allah bagi si hamba di dunia dan akhirat. Kefanaan seorang hamba di hadapan Allah akan mampu meniadakan segala keinginan duniawi maupun ukhrawi dari si hamba yang kadang-kadang menjadi hambatan baginya untuk hadir di hadapan Allah swt melalui basirahnya, keyakinan yang bersinar mata imannya. Untuk itu kesungguhan dan kemantapan dalam ibadah sangat diperlukan.