Tarikan Nafas dan Ketentuan Allah

, مَامِنْ نَفْسٍ تُبْدِيْهِ اِلاَّ وَلَهُ قَدَرٌ فِيْكَ يُمْضِيْهِ لاَ تَتَرَقَّبْ فُرُوْغَ الأَغْيَارِ فَإِنَّ ذَلِكَ يَقْطَعُكَ عَنْ وُجُوْدِ الْمُرَاقَبَةِ لَهُ فِيْمَا هُوَ مُقِيْمُكَ فِيْهِ ٠ لاَ تَسْتَغْرِبْ وَقُوْعَ الأَكْدَارِمَا دُمْتَ فِى هَذِهِ الدَّرِ فَإِنَّهَا مَا اَبْرَزَتْ اِلاَّ مَا هُوَ مُسْتَحِقُّ وَصْفِهَا وَوَاجِبُ نَعْتِهَا٠ 

“Setiap tarikan nafas yang dihembuskan, di dalamnya ada ketentuan Allah. Jangan kosongkan hati dari mengingat Allah, sebab akan dapat memutuskan muraqabah anda dari hadirat-Nya. janganlah keheranan karena terjadinya hal-hal yang mengeruhkan jiwa, karena itu sudah menjadi sifat dunia selama anda berada di dalamnya." 

Di dalam perjalanan hidup anak Adam di permukaan bumi ini, tidaklah seorang hamba terlepas dari problema yang berlaku pula bagi manusia lainnya. Setiap tarikan nafas anak Adam, menjadi pertanda bahwasanya persoalan-persoalan yang sama selalu berulang. Karena segala yang belum terjadi, sudah terjadi dan akan terjadi berjalan di atas rencana Allah jua. Dan semua ketetapan dan rencana Allah berlaku untuk setiap orang, dimana anda berada di dalamnya. Tugas hamba Allah dalam mengikuti rencana-Nya, tidak lain mentaati hukum-Nya, mengikuti takdir-Nya dengan hati rida dan sabar. 

Di samping itu berikhtiar penuh waspada dan tawakal. Terus menerus taqarrub kepada Allah dengan mujahadah yang teratur, dan jangan membiarkan hati kita kosong dari zikrullah agar hubungan dengan-Nya selalu hidup serta menempatkan diri benar-benai sebagai hamba yang patuh. Membiarkan hati kosong dari Allah, akan memudahkan setan mendapat peluang menggerogoti keyakinan iman yang sedang tumbuh merekah. Lakukan ibadah salat dengan penuli kesadaran dalam muraqabah, karena itulah jalan menguatkan iman dan mengisi sepenuhnya hati kita. 

Jangan sampai seorang hamba terpengaruh oleh keajaiban dunia yang hiruk pikuk sehingga jiwa kita tergoda dan keruh, karena memang demikian irama hidup dan ragam dunia. Sudah dimaklumi bahwasanya hidup dunia ini ibarat panggung sandiwara. Apabila seorang hamlta memikirkan hidup dunia semata-mata dalam rangka hidup saja, tentn ia akan berkeluh kesah, jiwanya akan terganggu dan hatinya menjadi keruh. Akan hamba yang menjadikan hidup dunia ini semata-mata hanya salah satu dari bagian perjalanan yang masih jauh ditempuh, pasi i ia tidak akan meratapi hidup ini dengan penuh keluhan tanpa ujung. 


Si hamba akan mengembalikan melalui ikhtiar-ikhtiarnya, segala sesuatu kepada-Nya. Tidak perlu keluh kesah, tidak perlu hati menjadi keruh, karena segala sesuatu telah diatur oleh Allah swt sendiri serta menempatkan setiap orang pada bagian dan proporsinya masing masing. Yang penting dipahami bahwa Allah swt akan menguji kebenaran iman hambanya, dan tidak membiarkan hamba-Nya jatuh kepada perbuatan yang kotor dan sengsara, selama si hamba masih tetap berada dalam hukum-hukum Allah. 

Hidup dunia itu penuh fitnah, karena selama anak Adam berada di dalamnya, berarti selama itu pula sifat tamak anak Adam, tetap menjadi pakaian manusia. Adapun tamak itu akan menumbuhkan fitnah, dan fitnah akan membawa kehancuran. Allah swt menjelaskan hal ini dalam Al-Qur'an surat Al-Anbiya ayat 35: "Dan Kami menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (fitnah), dan kepada Kami niscaya kamu akan dikembalikan." 

Dikatakan hal ini juga oleh Imam Al Jundi, bahwasanya dunia seisinya adalah tempat bersusah payah, tempat fitnah dan bencana. Sedang Syekh Abu Turah membagi kecintaan manusia kepada dunia sebagai berikut: 
  • Orang mencintai dirinya, tetapi ia lupa dirinya itu adalah milik ketamakan dan hawa nafsu. 
  • Ada orang mencintai ruhnya, padahal ia tahu bahwa ruh itu bukanlah miliknya, akan tetapi milik Allah. 
  • Manusia mencintai harta benda, padahal harta benda itu bukan miliknya, akan tetapi milik para ahli waris. Ada lagi orang yang itu mencari dua hal. Akan tetapi kamu tidak mendapatkannya di dunia ini, itu adalah kesenangan dan kebahagiaan, dua hal ini hanya berada di surga. 
Wajib bagi si hamba dalam urusan dunia, tidak menjadikan dunia ini sebagai tempat diam untuk bersenang-senang, walaupun hanya satu tarikan nafas. 

Si hamba pun tidak condong kepada sesuatu yang akan menarik dirinya kepada kesenangan dunia. Sebaliknya ia merenungkan ungkapan yang mengatakan dunia itu penjara bagi orang beriman (sebagai ibarat keadaan dunia yang penuh tipu daya yang merusak iman orang beriman). Menghadapi itu diperlukan kemampuan untuk menangkal yaitu ketabahan yang luar biasa. Itulah sabar sebagai jembatan yang ampuh. Hanya yang memiliki penangkal sabar inilah yang akan menang. Sabar dalam pengertian lahir dan batin, yaitu ketabahan menghindari dan menolak semua godaan dan cobaan. Allah berfirman: "Kami jadikan diantaramu pemimpin yang mengikuti petunjuk Allah dalam hal kesabaran." (QS. As Sajdah: 24). 

"Karena hanya kepada orang- orang sabar saja dianugerahkan pahala tanpa hitungan." (QS. Az Zuman: 10). 

Rasulullah saw mewasiatkan melalui sahabat Ibnu Abbas: "Apabila kalian sanggup berbuat kebaikan karena Allah, rida dan yakin kerjakanlah. Apabila belum mampu, sabarlah. Ketahuilah bahwasany dalam bersabar terhadap apa yang kamu tidak suka, banyak seka kebaikan di dalamnya. Ketahuilah pula, bahwasanya pertolongan dari Allah itu seiring dengan sabar, keadaan mudah seiring denga keadaan sukar." Seperti diingatkan oleh sahabat Umar bin Khattabb "Sesungguhnya engkau bersabar atas semua perintah Allah, maka engkau telah menjalankan perintah-perintah-Nya." Demikian juga sahabat Ali menjelaskan tentang hal yang sama berkenaan dengan kebaikan amal orang yang bersabar karena taat. Ibnu Abbas juga berkata: "Seutama-utama hamba adalah ia berlaku sabar ketika berati dalam keadaan sulit."