اِحَالَتُكَ اَلأَعْمَالُ عَلَى وُجُوْدِ اَلْفَرَاغِ مِنْ رُعُوْنَاتِ النَّفْسِ ٠
“Penundaanmu untuk beramal karena menanti waktu senggang, adalah timbul dari hati yang bodoh."
Adapun sifat hamba yang dungu, adalah orang yang suka mempermainkan waktu dan bermain-main dengan waktu, dengan cara menunda amal, atau menomorduakan amal sehingga amal ibadahnya tertunda oleh waktu yang sempit. Atau menghabiskan waktu untuk kepentingan lain sehingga waktu untuk beramal tertinggal.
Orang yang beramal dengan menanti-nanti waktu senggang, sama li.ilnya dengan orang yang dipermainkan oleh waktu. Waktu berjalan terus, sedangkan waktu luang belum juga ada, sehingga amalpun belum dilaksanakan. Apalagi jika waktu beramal sangat kecil, sehingga peluang uiituk beramal sudah tidak mencukupi.
Menunda-nunda waktu beribadah disebabkan kesibukan pekerjaan yang bersifat duniawi, kadang-kadang membuat orang kehabisan waktu untuk beribadah. Hal ini akan membawa akibat yang kurang baik bagi si hamba dalam mengembangkan dan memelihara ibadahnya. Ibadah vang tertunda tidak hanya merugikan seorang hamba, akan tetapi juga merusak amal itu sendiri, karena tidak di amalkan tepat waktunya.
Waktu manusia dikejar usianya. Apabila banyak waktu yang terbuang untuk urusan dan kesibukan duniawi, sudah tentu usia kita telah dihabiskan untuk kepentingan yang bukan ukhrawi. Usia bertambah sedangkan amal berkurang.
Menghabiskan waktu untuk duniawi berarti mengurangi waktu untuk ukhrawi. Waktu bertambah dan usia manusia terus menyusul. Ketika usia manusia telah sampai kepada batas ketentuannya, maka waktu untuk beramalpun telah habis. Di saat maut telah datang menjemput seseorang hamba, sedang keinginan beramal masih dimilikinya. Tentu saja waktu yang sudah dibatasi itu sudah tidak dapal dipergunakan lagi untuk beramal, karena dibatasi oleh al maut.
Oleh karena waktu yang ada pada manusia itu berpacu dengan usia, sedangkan usia itu diakhiri dengan maut, maka janganlah sampai seorang hamba menunda-nunda waktu beramal. Karena kesibukan duniawi selalu menghabiskan waktu, sedangkan kehilangan waktu beramal ibadah berarti rugi dunia akhirat.
Ingin memperoleh kenikmatan di dunia ini memang tak pernah habis dan tak pernah puas. Kesibukan satu akan diikuti kesibukan lainnya. Waktu yang kejar mengejar itu akan habis, tidak terasa bagi manusia. Ketika telah sampai kepada batas barulah manusia itu sadar, sayang waktu beramal telah pudar.
Jangan terlalu mengejar dunia, jangan pula meninggalkan akhirat. Dunia dan akhirat sama-sama dikejar. Namun demikian yang harus dimenangkan dan dilebihkan adalah hidup akhirat. Sebab itulah tujuan manusia yang terakhir. Dunia yang dikejar, kelak akan ditinggalkan, sedang akhirat dikejar, karena sudah pasti kita akan menemuinya. Akhirat adalah tempat yang kekal bagi orang yang beriman. Di sana ia akan mendapatkan jerih payahnya selama hidup di dunia.
Perlu juga diingat bahwasanya kebahagiaan manusia di akhirat kelak bergantung pula dengan cara hidupnya di dunia. Bagusnya kehidupan dunia seseorang (secara Islami) menentukan pula hidup akhiratnya. Allah swt mengingatkan, "Akan tetapi kamu lebih banyak memilih kehidupan duniawi, padahal kehidupan akhirat lebih baik dan lebih kekal.” (Al A'la: 16-17)
Dalam mengatur waktu dalam kehidupan duniawi perlu diperhatikan hal - hal berikut:
- Utamakan kehidupan akhirat, dan jadikan hidup di dunia sebagai jembatan menuju akhirat, dan jangan menunda waktu beramal.
- Berpaculah dengan waktu, karena apabila salah menggunakan waktu, maka waktu itu akan memenggal kita. Artinya berputus seseorang dengan waktu terputus pula amal selanjutnya.
- Mengejar dunia tidak akan ada habisnya, lepas satu datang pula lainnya.
- Amal yang tertunda karena habisnya waktu akan melemahkan semangat untuk menjalankan ibadah. Akibatnya hilang pula wujud kita sebagai hamba Allah yang wajib beribadah.
- Pergiatlah waktu beramal sebelum tibanya waktu ajal.
- Perketat waktu ibadah sebelum datang waktu berserah.
- Jangan menunda amal bakti sebelum datang waktu mati.
- Aturlah waktu untuk beramal agar kelak tidak menyesal.