Hijab antara Allah SWT dan Hamba

Untuk mengawali mengenai uraian Hijab. Antara Allah SWT dan hamba ialah kita perhatikan lebih dahulu sebagai awal pembahasan yaitu keterangan yang berbunyi sebagai berikut 

Artinya : "Yang menjadi hijab Allah SWT. dari engkau adalah karena sangat dekatnya Dia kepadamu, karena sesungguhnya terhijabnya Allah SWT. dari penglihatan, karena sangat terang sinar-Nya. Tidak nampaknya Allah dari pandangan karena begitu besarnya gemerlapan cahaya-Nya". 

Keterbatasan manusia itu banyak sekali, di antaranya adalah sebagai : 
  • Keterbatasan karena panca indera. 
  • Keterbatasan karena rasa. 
  • Keterbatasan karena akal dan juga amal perbuatan. 
Adapun ketiga keterbatasan tersebut di atas adalah termasuk keterbatasan hubungan antara manusia dengan Allah SWT Al-Khaliq Maha Pencipta. 

Ternyata antara Allah SWT. dan hamba itu terdapat hijab, bukan karena jauh juga bukan karena sangat dekatnya. 

 Keberadaan Allah SWT. dengan manusia sebenarnya adalah sangat dekat, lebih dekat dari urat nadi sendiri, sebagaimana di dalam surat Qaf ayat 16. Allah SWT. telah mengingatkan kepada kita di dalam firman-Nya yang artinya adalah: 

"Dan Kami (Allah) lebih dekat padanya daripada urat nadinya sendiri". (QS. Qaf: 16). 

Meskipun begitu eratnya atau dekatnya antara Allah SWT. dan hamba-Nya, namun masih ada halangan yang menjadi hijab di antara Allah SWT. dan hamba-Nya, yang mana hijab tersebut bukanlah karena Allah Ta'alah tidak berkehendak, akan tetapi si hamba sendirilah yang masih belum mampu untuk mendekati kepada Allah Rabbul 'Alamin. 

Karena begitu gemerlapnya cahaya, sebab hijab itu adalah hijab batin, hijab nurani insani yang tidak mampu untuk menembus cakrawala Ilahiyah tersebut. Sebab mata kepala manusia tidak mampu dan juga sangat lemah di dalam menerima Nur Ilahi yang telah datang guna untuk menembus dadanya. 

Relung-relung jiwanya bashirah belum terbuka disaat Nur Ilahi itu akan memasukinya, atau barangkali juga sangat silau menatap Nur Ilahi yang akan memasuki dirinya, ibarat mata kepala manusia tidak mampu untuk menembus sinar matahari, ketika hendak menatap matahari. 

Bagi hamba Allah SWT. yang ingin erat Taqarrubnya dengan Allah SWT., seperti yang telah diisyaratkan di dalam surat Qaf yang mana sudah dijelaskan di atas, maka gambaran di dalam ilmu Tauhid itu sebenarnya sudah memberikan sebuah peluang. 

Akan tetapi yang menjadi penghalang utama itu adalah hijab yang telah menutupi nurani manusia. Dan Hijab itu akan bertambah menjadi tebal jika hijab itu telah bercampur dengan riya' dan juga 'ujub yang bertahta di dalam hati manusia, bagaikan tebalnya sang awan yang tengah menutupi dan menghalangi sinar matahari yang jatuh ke bumi. 

Para ahli ma'rifat selalu mempergunakan mata hati (bashirah) untuk melihat Allah Rabbul Izzah, sebab Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak dapat dilihat dengan mata kepala manusia, namun Allah SWT. selalu membimbing dan melindungi serta selalu mendekati kepada manusia meskipun manusia itu mata lahirnya tidak dapat digunakan untuk melihat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. 

Berdasarkan pada firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala di dalam surat Al-An'am ayat 103 

Artinya: "Dia (Allah) tidak dicapai dengan penglihatan biasa, sedangkan Allah SWT. dapat mencapai segala penglihatan, sebab Allah SWT. Maha Halus lagi Maha Mengetahui". 

Hanya dengan Hidayah dan Taufiq Allah SWT. manusia(para hamba Allah yang sholeh) mampu untuk mengeratkan hubungan dirinya dengan Allah Sang Maha Pencipta alam semesta, sebab Dia (Allah) itu menjadi tidak nampak meskipun sangat dekat dengan manusia, namun nurani manusia dapat melihat kepada Allah SWT. dengan jelas dan terang. Untuk itu dekatlah kepada Allah SWT. pasti Allah SWT. akan mendekatimu.