Kenyataan Allah SWT. itu ada di belakang hijab atau penghalang sehingga menjadi sebab dari semua ini menjadi terang atau jelas dan dapat melihat kepada Allah SWT..
Tentu tidak mungkin akan adanya penglihatan kepada Allah SWT. itu secara khusus, jika seandainya Allah SWT. itu telah nyata di dalam semua benda-benda yang berada di alam dunia ini, dan jika itu terjadi maka pasti benda-benda yang dihadapinya itu akan menjadi lenyap, seandainya Allah mendho-hirkan atau menampakkan akan sifat-sifat-Nya.
Sebagai contoh di sini adalah yang pernah dialami oleh Nabi Musa as. di saat bermunajat kepada Allah SWT. agar ditampakkan padanya mengenai diri Allah (Dzatnya) langsung dijawab oleh Allah SWT. supaya Musa melihat kepada benda yang ada di sekeliling gunung, oleh karena Musa memang tidak berkuasa untuk melihat-Nya. Berdasarkan pada firman Allah di dalam surat Al-A'raf ayat 143.
Ada yang mengartikan bahwa yang telah nampak oleh gunung tersebut itu adalah kebesaran Allah serta kekuasaan Allah SWT., pendapat dari para ahli Mufassirin.
Di samping itu pula ada yang berpendapat bahwa yang telah nampak itu adalah cahaya Allah SWT., biar bagaimana pun nampaknya Tuhan itu adalah bukan seperti nampaknya makhluk akan tetapi hanyalah nampak yang sesuai dengan sifat- sifat Allah yang mana tidak dapat diukur dengan ukuran manusia.
Rasulullah saw. pernah bersabda : "Hijab itu adalah berupa cahaya, seandainya hijab itu dibuka dari segala yang wujud ini, maka terbukalah segala sesuatu yang menghalanginya".Bahwa sesungguhnya di sini perlu untuk diketahui yaitu mengenai sifat-sifat Allah SWT. itu ada yang Salbiyah, Tsubu- tiyah, Dzat serta Af'al.
Menarik atau meniadakan diri Allah SWT. akan sifat yang tidak sesuai, tidak layak serta tidak cocok dengan kesempurnaan Dzatnya, itulah yang dimaksud dengan Salbiyah. Sedangkan sifat Tsubutiyah itu adalah merupakan sebagai ketetapan akan keadaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Di samping itu yang termasuk di dalam golongan sifat-sifat Salbiyah itu ialah Allah SWT. itu bersifat Awwal dan juga Akhir.