Tingkatan Ma’rifat kepada Allah SWT

Ada tingkatan Ma’rifat kepada Allah SWT. Antara lain adalah: 
  1. Ma’rifat dengan Allah 
  2. Ma’rifat dengan dalil 
  3. Ma’rifat ikut-ikutan 
Sedangkan dari ketiga-tiganya itu, maka yang paling tinggi tingkatannya itu adalah “Ma’rifat kepada Allah SWT . dengan Allah”.

Telah terdapat perbedaan-perbedaan menurut ukuran apa yang telah terbuka buat mereka, yang telah mencapai tingkatan Ma’rifat dengan Allah SWT, dan golongan semacam inilah yang telah mencapai tingkat Waliyullah (AULIYA). 

Sesuai dengan tingkatan mereka di sisi Allah maka bermacam-macam Karomah yang mereka dapatkan, akan tetapi yang dapat mengetahui hanyalah Allah mengenai derajat kewalian, atau hanyalah orang yang memang telah diberitahu oleh Allah SWT. 

Adapun diantara para Auliya itu ada yang berkata sebagai berikut:

 وَمَنْ قَالَ اَنَّهُ وَلِىٌّ فَاِنَّهُ كَذَّابٌ عَلَى الْكَذَّابِ 

Artinya: “Siapa yang berkata bahwa dirinya sendiri adalah seorang Waliyullah, maka orang itu adalah pendusta dari segala pendusta.” 

Tentang kewalian seseorang yang berada di tingkat kewalian yang pertama, maka seseorang yang hanya berada di tingkat kedua yakni “Ma’rifat dengan dalil” belum tentu mengerti atau mengetahuinya, kecuali dia telah mendapatkan ilham dari Allah SWT. 

Sedangkan bagi orang golongan awam, dia tahu dan mengerti kedudukan seseorang pada tingkatan yang pertama itu karena dia telah diberitahu dari tingkat yang lebih tinggi darinya. 

Bahwa terdapat dua golongan Aulia Allah, yaitu: 

(1) Wali Istiqamah : Seseorang ‘Arif Billah yang sikap dan peribadinya sehari-hari seperti orang biasa, namun kegigihannya di dalam menjalankan Agama, keberaniannya, kepribadiannya, wibawanya, juga di samping itu Allah telah melimpahkan Karomah kepadanya, sesuai dengan firman-Nya: 

Artinya : "Sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak pernah merasa takut dan gentar". (QS. Yunus : 62). 

(2) Wali Majdzub : Pada umumnya prilaku mereka berbeda dengan orang-orang biasa, akan tetapi bukan berarti maksiat, karena Allah telah memelihara mereka dari perbuatan maksiat. 

Sedangkan yang dimaksud dengan Majdzub adalah ditarik, yaitu mengenai kewaliannya itu merupakan anugerah langsung dari Allah SWT. untuk dirinya sendiri. 

Adapun Wali Istiqomah itu mampu untuk memimpin ummat dan juga menyebarkan ajaran-ajaran, lain halnya dengan Wali Majdzub. 

Bahwa yang dimaksud dengan "Lam yaj'al lil khalqi sabilan ila ma'rifatihi", adalah tidak pernah menciptakan jalan apapun bagi makhluk-Nya untuk ma'rifat kepada-Nya- itulah khutbah dari Sayidina Abu Bakar ra. yang telah disampai¬kan oleh Imam Al-Junaid. 

Adapun pengertian dari maksud di atas adalah bukannya i ulak ada seorang makhluk pun yang bisa mengenal Allah, akan tetapi tujuan dari kalimat tersebut adalah haruslah dilihat adanya perkataan "ILLA" yakni (Harful Isttisna atau huruf pengecualian). 

Seperti pada uraian kalimat bahwa tidak ada jalan apapun untuk mengenal Allah, kecuali dengan Nur Ma'rifat yang telah Allah SWT. karuniakan kepada hamba-Nya yang telah Allah kehendaki, dan hamba yang telah mengakui kefanaan dan juga kelemahan tentang dirinya.