Termasuk dampak buruk kemaksiatan adalah hamba tersebut terus-menerus melakukan dosa hingga dosa ia anggap sebagai sesuatu yang remeh. Itu adalah tanda kehancuran. Ketika dosa telah dianggap remeh oleh seorang hamba, dosa itu menjadi besar dalam pandangan Allah.
Al-Bukhari meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya, dari Ibnu Mas'ud Ra. mengatakan, "Sesungguhnya, orang yang beriman memandang dosa-dosanya laksana gunung yang akan menimpa¬nya. Adapun ahli maksiat menganggap dosa-dosanya bagaikan lalat yang hinggap di batang hidungnya, lalu ia usir dan lalat itu pun terbang."
Di antara dampak buruk maksiat adalah kesialan yang menimpa si pelaku, manusia lainnya, dan kendaraannya. Si pelaku dan makhluk lainnya bisa tertimpa sial akibat dari keburukan dan kegelapan dosa. Abu Hurairah Ra. berkata, "Burung mati di kandangnya sebab perbuatan aniaya orang yang zhalim."
Mujahid mengatakan: "Hewan-hewan melaknat para ahli maksiat tatkala musim kering dan hujan tidak turun seraya berucap, Ini akibat keburukan maksiat yang dilakukan oleh manusia."
Ikrimah berkata, "Hewan-hewan melata di bumi dan memimpin mereka, seperti singa dan kalajengking sama mengeluh, Hujan tidak diturunkan kepada kita akibat dosa-dosa manusia." Hukuman atas dosa-dosa manusia tidaklah cukup hingga makhluk yang tidak berdosa pun melaknatnya.
Termasuk dampak buruk maksiat juga ialah kehinaan. Kemuliaan hanyalah ada dalam ketaatan kepada Allah Swt. Allah Swt. berfirman:
Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, hanya bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya.(Q.S. Fathir [35] : 10)"
Maksud ayat di atas ialah hendaknya seorang hamba mencari kemuliaan dengan taat kepada Allah. Tanpa ketaatan kepada Allah, seseorang tidak akan mendapat kemuliaan. Di antara doa sebagian ulama salaf:
اَللَّهُمَّ أَعِزْنِيْ بِطَاعَتِكَ وَلاَ تَذَلنِي بِمَعْصِيَتِكَ
"Ya Allah, muliakan aku dengan ketaatan kepada-Mu dan janganlah Engkau hinakan aku dengan kemaksiatan kepadamu."
Al-Hasan al-Bashri berkata, "Meskipun mereka mengendarai bagal yang meligas, kehinaan maksiat tidaklah terlepas dari hati mereka. Allah tetap menghinakan orang yang durhaka kepada-Nya."
Abdullah bin al-Mubarak mengungkapkan dalam senandung syairnya:
Ku saksikan dosa-dosa itu mematikan hati Jika diteruskan maka lahirlah kehinaan Meninggalkan dosa lebih baik bagi dirimu Bukankah yang merusak agama adalah para raja, tokoh agama yang jahat, dan para rahibnya?!