Pada dasanya Allah tidak memerlukan umat manusia bebuat taat kepada-Nya. Sebab, apabila umat manusia melakukan perbuatan maksiat dan melanggar perintah-Nya, hal ini tidak akan membahayakan Tuhan. Tetapi Allah melarang umat manusia agar tidak berbuat maksiat lantaran terdapat suatu masalah yang justru akan membahayakan bagi pelakunya sendiri. Begitu pula akan membahayakan masyarakat di sekitrnya. Dan Allah memerintahkan kepada umat manusia agar berlaku taat kepada-Nya lantaran terkandung nilai-nilai positif bagi pelakunya disamping bagi masyarakat pada umumnya.
Allah telah menetapkan kenyataan ini di dalam salah satu firman-Nya:
“Barang siapa yng mengerjakan amal saleh, maka (pahala-nya) untuk dirinya sendiri, dan barang siapa yang berbuat jahat, maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah tuhan-Nya menganiaya hamba-hamba-Nya”. (Q.S. 41 : 46)
Allah berfirman pula :
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri.” (Q.S 17 : 7)
Allah juga berfirman di dalam surat An-Naml:
“Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”. (Q.S 27 : 40)
Perbuatan dosa adalah merupakan sebab utama kesengsaran manusia. Dan perbuatan dosa dilarang di dalam agama karena mengandung bahaya bagi pelakunya, baik kesehatannya, akalnya atau pekerjaanya. Di samping bahaya yang menimpa pelakunya sendiri, perbuatan dosa juga membahayakan masyarakat yang mengakibatkan hilangnya nilai persatuan dan melahirkan keguncangan serta keributan.Al-Qur’an telah meberitahukan kepada kita mengenai pengaruh-pengaruh yang menimpa umat manusia akibat merajalelanya perbuatan dosa; di antaranya :
“Katakanlah : ‘Dia-lah yang bekuasa untuk mengirimkan adzab kepadamu dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain.” (Q.S 6 : 65). 18
18. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Turmudzi, bahwa Nabi saw ditanyai mengenai Ayat ini, lalu beliau menjawab; “Ramalan dari ayat ini memang ada, tetapi belum terjadi”. Dan ternyata pengertian ayat ini benar-benar terjadi di zaman sekarang ketika meletusnya perang dunia pertama dan kedua, dan kelak pada perang dunia ketiga. Apa yang dijatuhkan oleh pesawat-pesawat terbang berupa bom-bom dan roket-roket, dan apa yang diledakkan dari bawah tanah berupa bom-bom waktu atau bom yang meledak jika sudah sampai di bawah tanah, dan apa yang dikirimkan oleh kapal-kapal selam berupa roket-roket yang dapat menghancurkan segalanya. Semuanya itu adalah merupakan azab Allah tehadap umat yang berbuat maksiat dan melanggar perintah-perintah Allah. Hal tersebut sebagaimana yang terjadi di Lebanon akhir-akhir ini.
Hal ini merupakan sunnatullah yang berlaku bagi makhluk-Nya dan tak dapat berubah. Dan bagi setiap individu yang pernah membaca sejarah bangsa-bangsa terdahulu, tentu akan mengetahui sebab-sebab runtuhnya kebudayaan yang perah mereka bangun.
Sebagai sekedar contoh, ialah runtuhnya dua kerajaan besar, Romawi dan Yunani. Sebagai faktor utama yang menyebabkan runtuhnya dua kerajaan tersebut adalah merajalelanya perbuatan dosa di kedua negara tersebut. Begitu pula dengan Prancis ketika menderita kekalahan didalam menghadapi serbuan bangsa Jerman. Menanggapi persoalan tersebut, seorang penulis tekenal bernama Andree Mourou mengupas di dalam bukunya yang berjudul “Sebab-sebab Kekalahan Prancis” (di dalam perang unia kedua): “Faktor utama yang menyebabkan kekalahan Prancis ialah merajalelanya perbuatan mesum yang menimpa putra-putrinya.”
Posting Komentar untuk "Akibat Dari Perbuatan Dosa Terhadap Kehancuran Manusia"