Di antara hikmah Tuhan pada diri manusia adalah ditanamkannya dua kekuatan yaitu syahwat dan ghadhab (amarah). Kedua kekuatan ini pada diri manusia mempunyai kedudukan yang sama dengan sifat-sifat pribadinya yang tidak terpisah.
Baca juga
Dengan dua kekuatan itu, manusia mendapat ujian dan musibah. Dengan keduanya, manusia mendapat derajat tinggi di sisi Tuhan, tapi juga karena keduanya pula manusia dapat turun ke derajat yang paling rendah. Kedua kekuatan itu tidak akan meninggalkan seorang hamba sampai mengantarkannya menggapai kedudukan orang-orang mulia atau meletakkannya di bawah telapak kaki orang-orang durjana.
Tentu saja Allah SWT tidak akan menjadikan syahwat itu tertuju kepada apa yang disiapkan untuk para hamba di surga, dan yang ghadhab-nya untuk membela Allah SWT, kitab-Nya, Rasul-Nya, dan agama-Nya. Ini tidak sama dengan orang yang menjadikan syahwatnya tertuju ke hawa nafsu dan angan-angan sesaat yang menjadikan ghadhab-nya terbatas untuk membela kepentingan pribadi meskipun dia melihat larangan Allah SWT dilanggar dan syariat-Nya tidak diberlakukan selama dirinya dihormati, dimuliakan dan kata-katanya didengar orang. Inilah kondisi kebanyakan pemimpin. Semoga Allah SWT melindungi kita dari sifat-sifat mereka.
Tentu saja Allah SWT tidak akan menempatkan kedua jenis manusia ini di satu tempat di akhirat kelak. Karena, orang pertama—dengan syahwat dan ghadhab-nya—menanjak ke derajat tertinggi, sedang yang kedua anjlok ke derajat terendah.
Yang ingin dikemukakan di sini adalah, adanya kepastian hikmah dari efek masing-masing kekuatan tersebut. Maka, mau tidak mau pasti terjadi dosa, penyelewengan, dan maksiat. Dan, dampak yang timbul dari adanya dua kekuatan ini menjadi suatu keharusan. Seandainya kedua kekuatan ini tidak diciptakan pada diri manusia, tentu dia bukan manusia tapi malaikat.
Kesimpulannya adalah bahwa timbulnya dampak dari dua kekuatan itu (yang berupa kesalahan dan dosa) merupakan konsekuensi dari sifat kemanusiaan, seperti sabda Rasulullah saw, yang artinya:
"Semua anak Adam itu berbuat salah. Dan sebaik-baik yang berbuat salah adalah orang yang bertobat."(HR Ahmad)
Tentu saja Allah SWT tidak akan menjadikan syahwat itu tertuju kepada apa yang disiapkan untuk para hamba di surga, dan yang ghadhab-nya untuk membela Allah SWT, kitab-Nya, Rasul-Nya, dan agama-Nya. Ini tidak sama dengan orang yang menjadikan syahwatnya tertuju ke hawa nafsu dan angan-angan sesaat yang menjadikan ghadhab-nya terbatas untuk membela kepentingan pribadi meskipun dia melihat larangan Allah SWT dilanggar dan syariat-Nya tidak diberlakukan selama dirinya dihormati, dimuliakan dan kata-katanya didengar orang. Inilah kondisi kebanyakan pemimpin. Semoga Allah SWT melindungi kita dari sifat-sifat mereka.
Tentu saja Allah SWT tidak akan menempatkan kedua jenis manusia ini di satu tempat di akhirat kelak. Karena, orang pertama—dengan syahwat dan ghadhab-nya—menanjak ke derajat tertinggi, sedang yang kedua anjlok ke derajat terendah.
Yang ingin dikemukakan di sini adalah, adanya kepastian hikmah dari efek masing-masing kekuatan tersebut. Maka, mau tidak mau pasti terjadi dosa, penyelewengan, dan maksiat. Dan, dampak yang timbul dari adanya dua kekuatan ini menjadi suatu keharusan. Seandainya kedua kekuatan ini tidak diciptakan pada diri manusia, tentu dia bukan manusia tapi malaikat.
Kesimpulannya adalah bahwa timbulnya dampak dari dua kekuatan itu (yang berupa kesalahan dan dosa) merupakan konsekuensi dari sifat kemanusiaan, seperti sabda Rasulullah saw, yang artinya:
"Semua anak Adam itu berbuat salah. Dan sebaik-baik yang berbuat salah adalah orang yang bertobat."(HR Ahmad)
Baca juga
Pengertian taubat yang sebenar-benarnya dan syarat-syarat taubat
Cara sholat taubat dan doanya
Adapun orang yang punya 'ishmah dan dirinya dipagari oleh benteng penjagaan sehingga tidak berdosa, mereka tergolong jenis yang paling sedikit. dan mereka adalah intisari jenis manusia. Mereka hanyalah para nabi dan rasul.
Posting Komentar untuk "Kekuatan Syahwat & Amarah pada Manusia"