Jujur adalah suatu perangai dari antara berbagai perangai yang dapat mengangkat insan dari sifat kehewanan kepada derajat kemanusiaan dan memberinya bakat untuk mencapai tingkatan para "Malaikat Ar Rahmah".
Telah berkata para ulama tentang Al Akhlak (perangai):
"Sesungguhnya berkata benar adalah salah satu tiang dari tiang-tiang alam semesta. Sehingga andaikan ada seorang mengkhayalkan sirnanya kebenaran itu dan kehidupan ini, niscaya takkan dapat di sahkan lagi segala peraturan (tata tertib) alam semesta ini. Karena sesungguhnya itulah hasil ketakwaan dan dasar pokok amal kebaikan. Al Qur'an banyak memuat berita yang mengabarkan tentang tingginya derajat jujur.
Allah SWT. berfirman :
"Dan sebutlah di dalam Al Qur'an akan kisah Ibrahim. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat benar lagi seorang Nabi.”(Maryam 41)
Dan firman-Nya yang lain :
“Dan ceritakan (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Qur'an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya dan seorang Nabi serta Rasul." (Maryam 56)
Juga firman Allah SWT.:
“Dan ceritakan (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Qur'an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya dan seorang Nabi serta Rasul." (Maryam 56)
Dan firman-Nya SWT.:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan hendaklah berada bersama orang-orang yang benar." (At Taubah 119)
Junjungan kita Nabi Muhammad saw., bersabda:
"Sesungguhnya berlaku jujur itu memberi petunjuk kepada kebaikan. Sedang kebaikan itu memberi petunjuk kepada taman surga. Seorang yang gemar pada kebenaran akan dicatat pada sisi Allah sebagai seorang shiddiq (seorang yang membenarkan agama dengan penuh keyakinan)."
Inilah suatu hadis dari Ibnu Abbas ra., bahwasanya junjungan kita Nabi Muhammad saw., ketika ditanyakan kepada beliau tentang kesempurnaan, beliau menjawab :
"Al Haq dari beramal dengan penuh Kebenaran (tidak dusta) itulah kesempurnaan.”
Ibnu Abbas berkata, bahwa empat perkara yang barangsiapa ada padanya, niscaya sesungguhnya, yaitu: “Jujur, memiliki rasa malu, berakhlak mulia dan senantiasa bersyukur.”
Abu Sulaiman Ad Darani telah berkata: "Hendaklah engkau menjadikan jujur sebagai kendaraan bagimu dan Al Haq sebagai pedang untukmu serta Allah SWT. sebagai kesudahan tuntutanmu."
Namun Muhammad bin Ali Al Kattani berkata: "Kami telah mendapat agama Allah berada di atas tiga sandaran, yaitu al haq, jujur dan keadilan. Namun al haq berlaku atas anggota badan dan keadilan berlaku atas hati sanubari manusia. Sedang jujur berlaku atas akal budi."
Allah SWT., telah memberi wahyu kepada nabi Daud as.:
"Wahai Daud, barangsiapa yang mempercayai Aku dalam rahasia hatinya, niscaya Aku akan membenarkan ia di sisi para mahluk pada lahirnya."
Sebagian daripada mereka (para sufi) berkata: "Telah sepakat para fuqaha dan para ulama atas tiga sifat. Sesungguhnya kalau ketiga-tiganya (sifat itu) telah sah dan benar, niscaya akan terwujud padanya kebebasan dan tak akan menjadi sempurnalah sebagiannya melainkan dengan sebagian yang lain. Yaitu, ke-Islaman yang murni dari bid'ah serta nafsu dengan berlaku jujur demi untuk Allah SWT. dalam amal perbuatan lahir dan batin serta makanan yang baik dalam usaha (kasab) pencarian.
Wahab bin Munabbih berkata: Aku telah mendapatkan simbol – simbol yang tertulis di tepi Kitab Taurat sebanyak dua puluh dua huruf, dimana orang-orang yang salih dari Bani Israil berhimpun untuk mengkajinya secara bergiliran. Diantaranya adalah :
- Tiada harta terpendam yang lebih bermanfaat dari pada llmu pengetahuan.
- Tiada kekayaan yang lebih menguntungkan dari lapang dada.
- Tiada nasab (berasal mulia) yang lebih rendah dari sifat marah.
- Tiada kawan yang lebih indah dari berkata jujur.
- Tiada teman yang lebih buruk dari dusta.
- Tiada kemuliaan yang lebih jaya dari takwa.
- Tiada kedermawanan yang lebih memenuhi dari menepati janji.
- Tiada amal perbuatan yang lebih utama dari tafakur.
- Tiada kebaikan yang lebih tinggi dari kesabaran.
- Tiada kejahatan yang lebih memalukan dari kesombongan.
- Tiada obat yang lebih lunak dari ramah-tamah.
- Tiada penyakit yang lebih parah dari kebodohan.
- Tiada utusan yang lebih adil dari penegak kebenaran.
- Tiada dalil yang lebih memberi nasihat dari pengajaran.
- Tiada kefakiran yang lebih hina dari serakah.
- Tiada kekayaan yang lebih melarat dari penimbunan.
- Tiada kehidupan yang lebih baik dari kesehatan.
- Tiada pencarian nafkah yang lebih membahagiakan dari kesucian.
- Tiada ibarat yang lebih indah dari khusyu.
- Tiada zuhud yang lebih baik dari qanaah.
- Tiada pengawas yang lebih dapat memelihara diri dari diam.
- Tiada gaib yang lebih dekat dari maut
Kesemuanya itu merupakan kalimat-kalimat yang timbul atas sifat jujur
melalui ucapan, amal perbuatan, pemikiran dan keniatan.
Posting Komentar untuk "Kejujuran: Berkata Jujur dan Tingginya Derajat Jujur"