Pengaruh dan Nilai Harta dalam Islam

Pengaruh harta 

Pengaruh harta kekayaan terhadap jiwa seseorang nyata sekali besarnya. Karena memang manusia dari dasar tabiatnya sangat sangat menyintai harta benda, yang dianggapnya sarana satu-satunya untuk mencapai kenikmatan dan kesenangan duniawi. Bahkan cinta kepada harta yang berlebih-lebihan itu sering menjadikan ia buta dan tuli terhadap ketentuan-ketentuan agama dan batas-batas moral yang harus ditaatinya dalam membelanjakan harta kekayaan guna mencapai kesenangan duniawi dan melampiaskan hawa nafsu. Allah berfirman:
“Dan Sesungguhnya Dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.”( Al-Aadiaat 8).

“Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.” ( Al-Fajr 20)

“Dan Jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran.” (AsySyura 27). 

“Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena Dia melihat dirinya serba cukup.” (Al-Alaq 6-7). 

Dan jika harta itu adalah juga jalan dan sarana bagi perbuatan-perbuatan dan tingkah laku yang melampaui batas-batas perintah Allah maupun batas-batas moral dan akhlak, maka hendaklah tiap orang mu’min mencegah dirinya agar tidak terbawa oleh cinta harta yang berlebihan ke jalan yang tersesat di mana batas-batas perintah Allah dilampaui. 

Dan hendaklah ia tidak terlalu bersuka ria dengan apa yang telah dikaruniakan oleh Allah kepadanya dan tidak pula menyesal atau berduka cita terhadap apa yang hilang atau tidak dapat dijangkaunya. Dengan mental yang demikian maka sang kaya tidak akan menjadi bakhil dan si miskin tidak akan berkecil hati dan merendah diri. 

Nilainya harta 

Walaupun harta kekayaan mempunyai nilai materiilnya, namun ia tidak menduduki tempat yang teratas. Amal yang baik, akhlak yang tinggi, budi pekerti yang luhur dan perilaku yang sopan santun bernilai jauh lebih tinggi dari nilai harta benda. Harta benda bukanlah satu-satunya yang mendatangkan kebahagiaan dan kemuliaan dan juga tidak mendekatkan orang kepada Allah kecuali jika dibelanjakannya sesuai dengan perintah dan tuntunan-Nya. ada hal-hal lain, selain harta benda, yang dapat membahagiakan manusia serta meninggikan derajatnya, yaitu amal yang saleh, taqwa kepada Allah dan mu’amalah yang bersih dan jujur terhadap sesama manusia. Allah swt. berfirman: 

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (Al-Kahfi 46). 

Maka amalan-amalan yang kekal dan saleh, itulah yang harus dicari dan dilaksanakan, dan itu adalah dalam jangkauan orang-orang yang kaya maupun miskin. Pintu-pintunya terbuka bagi tiap orang yang hendak memasukinya dan jalan-jalannya pun dapat dilalui oleh tiap orang yang ingin menempuhnya, tiada halangan atau rintangan untuk mencapainya. 

Maka jika orang-orang kaya dapat mengumpulkan harta-harta dan menghimpun kekayaan materiil, orang-orang yang tidak punya dapat pula menghimpun kekayaan-kekayaan moril yang sangat tinggi nilainya, luas pengaruhnya di dunia dan besar pahalanya di hari kemudian.

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). Katakanlah: "Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?". untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. dan Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya. (yaitu) orang-orang yang berdoa: Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami telah beriman, Maka ampunilah segala dosa Kami dan peliharalah Kami dari siksa neraka," (yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur.” (Ali-Imran 14-17).

“Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal (saleh, mereka Itulah yang memperoleh Balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang Tinggi (dalam syurga).” (Saba’ 37). 

Terbukanya kesempatan bagi orang-orang, yang kaya maupun yang miskin untuk berprestasi dalam bidang taqwa dan amal saleh memberi kepuasan jiwa dengan apa yang diperolehnya sebagai ganti daripada kebendaan yang luput dan tidak terkena olehnya. Dan dengan demikian tercapailah kekayaan yang sebenarnya, yaitu kekayaan hati dan jiwa yang dikehendaki oleh agama Islam, sebagaimana sabda Rasulullah saw.: 

ليس الغنى عن كثرة العرض ولكنّ الغنى غنى النّفس

“Bukankah kekayaan itu apa yang berupa benda yang banyak, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah di dalam jiwa dan hati.”