Penghidupan yang Baik di Dunia dan Akhirat

Penghidupan yang baik Allah memberikannya kepada hamba-hamba-Nya yang mu’min di dunia sebelum mereka memperolehnya di akhirat. 

Penghidupan yang baik itu tercermin di dalam kecintaan Tuhan kepadanya, hidayah yang diperolehnya, pertolongan Allah kepadanya atas musuh-musuhnya, dan terjaganya dari segala perbuatan makar di samping apa yang dikaruniakan oleh Allah kepadanya berupa kenikmatan duniawi yang dapat menjadi bekalnya dalam melewatkan masa hidupnya dengan mudah dan bahagia. 

Firman Allah Surat Annahl ayat 97 

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik[839] dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (Annahl 97). 

Firman Allah dalam surat Annahl ayat 30 

"Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: "Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?" mereka menjawab: "(Allah telah menurunkan) kebaikan". orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. dan Sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan Itulah Sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa.” (Annahl 30) 

Firman allah dalam surat annur ayat 55 yang artinya; 

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa.”. (Annur 55). 

Firman allah dalam Surat Almu’min 51 

“Sesungguhnya Kami menolong Rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat)”. (Almu’min 51) 

Firman Allah dalam Surat Al-A’raaf ayat 96 

“Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi”. (Ala’raaf 96). 

Firman Allah dalam surat Yunus ayat 98 

“Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? tatkala mereka (kaum Yunus itu), beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu”. (Yunus 98) 

Kebenaran dari teori-teori mengenai pengaruh iman terhadap sikap dan jalan hidup manusia sebagaimana diterangkan di atas telah diakui dan dibenarkan oleh ilmu, sebagaimana dinyatakan oleh para ulama besar yang telah melakukan penyelidikan dan survei dalam bidang itu. 

Sayang bahwa ruangan kitab ini tidak cukup luas untuk mensitir semua pengakuan para ulama dan kesaksian mereka akan kebenaran teori tersebut di atas. Maka sebagai contoh cukuplah kiranya kami nukilkan di sini apa yang ditulis oleh surat kabar “Aldjamhuriah” pada terbitan tanggal 29-11-1962 di bawah judul: “Para ulama berlari ke agama untuk mengobatai orang-orang yang menderita penyakit syaraf”: 

“Patut bergembiralah orang-orang yang berpegang teguh kepada agamanya dan yang tidak pernah goyah imannya oleh teori-teori Darwin dan Julian Haksly serta lain-lain teoritikus yang meremehkan agama dan memandangnya tidak berguna dan tidak menjadi kebutuhan manusia dalam hidupnya di alam luas ini. 

Para ahli penyakit jiwa/syaraf hari ini tidak mendapat obat yang lebih mujarab dan senjata yang lebih ampuh untuk mengobati para penderita penyakit syaraf selain dengan pengajaran agama dan iman kepada Allah mengharapkan rahmat-Nya dan kekuasaan-Nya dikala segala usaha dan daya upaya gagal memenuhi harapan. 

Percobaan dimulia di rumah sakit “Ma Heawar” di daerah New York sebuah rumah sakit yang khusus untuk para kriminal yang sakit jiwa. 

Percobaan dimulai dengan menggunakan agama sebagai sarana pengobatan di samping cara-cara biasa dan obat-obata penenang. Dan ternyata dengan cara tersebut, mereka yang dirasa sudah tidak ada harapan sembuh dari penyakitnya, kembali menjadi manusia-manusia normal dan sembuh dari penyakit jiwanya. Mereka yang dahulunya melakukan tindakan-tindakan kriminal tanpa sadar dan karena didorong oleh penyakit jiwanya kembali bertaubat dengan dapat menguasai kehendaknya, fikirannya, tindak tanduknya dan bahkan memperlihatkan sesalan terhadap apa yang telah dilakukannya. 

Maka menyerahlah para ulama, mengangkat tangan ke langit seraya mengakui kelemahan manusiawi dan menyadari bahwa ilmu itu mengundang agama dan sekali-kali bertentangan dengan kekafiran dan kemurtadan.