Hakikat Dzat Allah

Hakikat dzat Allah yang sebenarnya tidak dapat diketahui dan tidak dapat dijangkau oleh akal dan fikiran manusia dan tidak dapat diraba-raba oleh imaginasi, karena manusia tidak dapat memiliki sarana yang memungkinkannya menembus alam gaib itu. Manusia harus puas dengan apa yang disifatkan oleh Allah tentang dzat-Nya sendiri. Dia adalah Maha Esa, tidak beranak dan tidak diperanakkan, tidak sesuatu yang menyamai-Nya atau setara dengan Dia. 


“Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha mengetahui”. (Al-An’aam 10). 


“Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, Maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". tatkala Tuhannya Menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, Dia berkata: "Maha suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman". (Al-A’araaf 143).

 وعن ابن عبّاس انّ قوما تفكّروا فى الله عزّ وجلّ، فقال النّبيّ صلّى الله عليه وسلّم: تفكّروا فى خلق الله ولا تفكّروا فى الله فإنّكم لن تقدّروا قدره. 

Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa ada beberapa orang berfikir-fikir ingin mengetahui tentang dzat Allah, maka bersabdalah Rasulullah saw., “Berfikir-fikirlah kamu mengenai makhluk Tuhan dan janganlah memikirkan hakikat dzat-Nya, karena kamu tidak akan menjajakinya”.