Dua kalimat syahadat adalah dasar dari ajaran Islam, bagi yang menolak mengucapkannya, maka dia diharamkan dari rahmat Allah. Allah swt berfirman:
إِنَّهُۥ مَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدۡ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِ ٱلۡجَنَّةَ وَمَأۡوَىٰهُ ٱلنَّارُۖ وَمَا لِلظَّٰلِمِينَ مِنۡ أَنصَارٖ
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga. Dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang – orang dzalim itu seorang penolongpun.”(al-Ma’idah [5]:72)
Makna kalimat “Lailahaillallah.” (tidak ada tuhan selain Allah) adalah meniadakan sifat ulubbiyah (sifat Tuhan) selain kepada Allah dan meyakini akan keesaanNya. Uluhiyyah adalah memiliki sifat-sifat sempurna.
Tidak ada yang disembah kecuali Allah, tidak ada yang Maha Pencipta dan Maha Pemberi Rejeki kecuali Allah, tidak ada Yang Maha Pemberi dan Maha Menolak kecuali Allah, tidak ada Yang Maha Pemberi Bahaya dan Maha Pemberi Manfaat kecuali Allah, demikianlah seterusnya. Tidak ada satupun makhluk di langit dan di bumi memiliki sesuatu walaupun sebesar biji zarrah, kecuali milik Allah. Mereka tidak dapat memberikan manfaat dan tidak pula madhorrat (bahaya) kecuali atas izin Allah. Mereka tidak dapat menentukan kematiannya dan kehidupan kecuali atas izinNya.
Sekiranya Allah memiliki sekutu, maka sekutuNya memiliki sifat uluhiyah, seperti maha berkuasa, maha mengetahui atau maha berkehendak. Ketika salah satu dari keduanya menginginkan adanya sesuatu tetapi yang satunya lagi tidak menginginkannya. Tidaklah mungkin keduanya dapat terwujud dalam waktu bersamaan. Karena suatu hal yang mustahil menyatukan dua hal yang berlawanan dan mustahil pula terwujud salah satunya (sebab keduanya memiliki sifat berkuasa (qudrah) dan berkehendak (iradah). Maka pada saat itu dunia akan hancur, atau salah satu tuhan dikalahkan dengan keinginan tuhan yang lain. Dan, ini menyalahkan konsep qudrah dan iradrah. Dengan demikian apabila Allah memiliki sekutu secara logika sangat mustahil
لَوۡ كَانَ فِيهِمَآ ءَالِهَةٌ إِلَّا ٱللَّهُ لَفَسَدَتَاۚ فَسُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ رَبِّ ٱلۡعَرۡشِ عَمَّا يَصِفُونَ
Allah berfirman: “Sekiranya ada dilangit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai ‘Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.” (al-Anbiyaa [21]:22)
“Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan besertaNya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu.” (al-Mukminuun [23]: 19)
Adapun arti “Muhammad Rasulullah” adalah menyakini bahwa Allah telah mengutus seorang nabi yang ummi (tidak dapat membaca dan menulis) dari bangsa Quraisy dan keturunan Bani hasyim, yaitu nabi Muhammad saw., untuk seluruh jin dan manusia. Allah juga mmberinya mukjizat dan mewajibkan kepada makhluk untuk taat atas perintah dan larangannya, serta mempercayai apa yang dia bawa. Sehingga tidaklah sempurna kalimat tauhid “Lailahaillallah” tanpa adanya “Muhammad Rasulullah”.
Posting Komentar untuk "Melaksanakan Arti Dua Kalimat Syahadat"