Setelah musyarathah, engkau harus beralih ke fase muraqabah. Caranya adalah kamu mencermati perbuatanmu selama masa musyarathah itu sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan. Lalu, engkau pastikan bahwa nafs-mu telah melakukan perbuatan yang sesuai dengan apa yang telah kamu syaratkan." Para ulama besar kita menetapkan syarat (musyarathah) dan menjalin janji dengan Allah SWT untuk mengerjakan suatu perbuatan atau meninggalkan perbuatan lain, dan mereka bernazar akan berpuasa selama dua tahun—misalnya—kalau mereka menyimpang dari syarat tersebut. Dengan demikian, nazar seperti ini menjadi pencegah bagi mereka dari melakukan penyimpangan.
Kebanyakan dari kita meninggalkan perbuatan-perbuatan yang diwajibkan ketentuan syariat dan kita mengerjakan keharaman-keharaman lain, misalnya pergunjingan, padahal hal itu lebih besar daripada sebelumnya, kecuali disebabkan ketentuan syariat yang mewajibkannya dan tidak diberlakukannya hukuman atau balasan langsung atas pergunjingan tersebut. Berdasarkan hal tersebut, kalau suatu perbuatan haram luput dari balasan langsung, maka berikanlah balasan langsung kepada dirimu agar ia menjadi gemetar karena perbuatan haram tersebut.
"Apabila dihasilkan—semoga Allah tidak memperkenankan—niat dalam dirimu untuk melakukan perbuatan yang menyimpang dari perintah Allah, maka ketahuilah bahwa hal itu termasuk perbuatan- perbuatan setan dan bala tentaranya. Mereka menginginkanmu meninggalkan apa yang telah disyaratkan atas dirimu. Oleh karena itu, laknatlah mereka dan memohonlah perlindungan kepada Allah dari kejahatan mereka dan keluarkanlah waswas batil tersebut dari hatimu. Katakanlah pada setan, 'Aku telah menetapkan syarat kepada diriku bahwa pada hari ini—yaitu dalam satu hari—aku tidak akan melakukan perbuatan apa pun yang menyimpang dari perintah Allah SWT. Dialah Pemberi kenikmatan kepadaku sepanjang umurku. Dia telah memberikan kenikmatan dan karunia kepadaku berupa kesehatan, keselamatan, ketenangan, dan karunia-karunia yang lain."
Kemudian, katakanlah kepada setan: "Kalau aku tetap berkhidmat kepadamu hingga waktu tak terhingga, tentu aku tidak melaksanakan satu hak pun. Oleh karena itu, tidak sepantasnya kalau aku tidak memenuhi syarat seperti ini."
"Aku berharap—insya Allah—setan pergi dan menjauh darimu, serta bala tentara ar-Rahman meraih kemenangan."
“Muraqabah tidak bertentangan dengan perbuatanmu yang manapun, seperti pekerjaan, perjalanan, dan pembelajaran. Jadilah dalam keadaan seperti ini hingga malam ketika waktu untuk muhasabah tiba." Sebab, jika seseorang mampu mengubah perangai baik dan perbuatan-perbuatan salih menjadi pembawaan (malakah), maka setelah itu ia akan terbiasa dengannya tanpa berbenturan dengan pekerjaan atau perjalanannya, walaupun membiasakan hal tersebut pada mulanya, sebelum berubah menjadi pembawaan, akan terasa berat.
Posting Komentar untuk "Muraqabah Mencapai Keteguhan Hati ke Jalan Allah"