Keteladanan Nabi Keteguhan Memegang Prinsip

Sedang teladan keteguhan memegang prinsip, ini merupakan sifat yang sangat menonjol pada diri Rasulullah saw., akhlak murni yang melekat pada jiwa Nabi Muhammad Rasulullah saw. Dalam kesempatan ini, cukup untuk kita sebutkan salah satu sikap luhur Rasulullah saw. ketika bersama pamannya Abu Thalib, ketika beliau menduga bahwa pamannya akan menyerahkan beliau kepada orang-orang musyrik Quraisy yang terus-menerus memintanya, mengira bahwa pamannya sudah tidak bersedia lagi menolongnya. Di sini, marilah kita berhenti sejenak untuk mendengar kata-kata hak, kata-kata iman dan keteguhan memegang prinsip yang dituturkan oleh lisan pembawa risalah Islam yang abadi untuk memproklamirkan kepada seluruh alam semesta bagaimana keyakinan dan keteguhan itu. Bagaimana pengurbanan dan penebusan itu, dan bagaimana seharusnya para da'i bersikap:

 وَاﷲِيَاعَمِّ ׃ لَوْوَضَعُوْا الشَّمْسَ فِيْ يَمِيْنِيْ ، وَالْقَمَرَ فِى يَسَارِيْ عَلَى أَنْ أَتْرُكَ هَذَا الأَمْرَمَا تَرَكْتُهُ حَتَّى يُظْهِرَهُ اﷲُ أَوْأَهْلِكَ دُوْنَهُ 

Demi Allah, wahai pamanku, jika mereka meletakkan matahari di tangan kanan dan bulan di tangan kiriku, agar aku meninggalkan kewajiban berdakwah ini, aku tidak akan meninggalkannya, hingga Allah menampakkannya atau aku binasa dalam membelanya. 

 Kemudian Rasulullah saw. berdiri dengan berlinang airmata. Ketika sang paman melihat keteguhan hati dan kejujurannya, ketegarannya menempuh jalan dakwah tanpa memperdulikan segala rintangan dari orang-orang yang membencinya, maka ia memanggil beliau dan berkata kepadanya:

 اِذْهَبْ يَاابْنَ أَخِيْ فَقُلْ مَاأَحْبَبْتَ ، فَوَاﷲِ لاَ أُسَلِّمُكَ لِشَيْءٍ أَبَدًا٠ 

Pergilah wahai keponakanku. Katakanlah apa yang hendak engkau katakan. Demi Allah aku tidak akan menyerahkanmu dengan imbalan apa pun. 

Kemudian sang paman bertutur sya'ir:

 وَاﷲِ لَنْ يَصِلُوْا اِلَيْكَ بِجَمْعِمْ 
حَتَّى أُوَسَّدَ فِي التُّرَابِ دَفِيْنًا 
فَاصْدَعْ بِأَمْرِكَ مَاعَلَيْكَ غَضَاضَةٌ 
وَأَبْشِرْبِذَاكَ وَقَرَّمِنْهُ عُيُوْنًا 
 وَدَعْوَتَنِيْ وَزَعَمْتُ أَنَّكَ نَاصِحِيْ 
وَلَقَدْ صَدَقْتَ وَكُنْتَ ثَمَّ أَمِيْنًا 
وَعَرَضْتَ دِيْنًا لاَمَحَالَةَ أَنَّهُ 
مِنْ خَيْرِ أَدْيَانِ الْبَرِيَّةِ دِيْنًا 
لَوْلاَ المَلاَمَةَ أَوْحَذَارَمَسَبَّةٍ 
لَوَجَدْتَنِي سَمْحًابِذَاكَ مُبِيْنًا 

Demi Allah, sama sekali 
mereka tidak akan sampai kepadamu (dengan adanya aku) 
meski mereka mengumpulkan segala kekuatan 
hingga diriku tertutup 
oleh tanah kubur (mati) 
jelaskan dengan tegas apa yang engkau bawa 
tanpa usah merendah diri 
sebarkan kabar gembira 
dan bersenang hatilah, dengan tugasmu 
engkau panggil aku 
sudah aku kira bahwa engkau adalah penasihatku 
dan benarlah dugaanku 
benar-benar engkau dapat dipercaya 
engkau tawarkan sebuah agama 
tidak ada keraguan, agama yang engkau bawa 
adalah sebaik-baik agama 
jika bukan karena ancaman kecaman 
dan cemoohan 
niscaya engkau dapatkan aku 
memeluk agama yang engkau bawa 

Adakah keteguhan memegang akidah dan prinsip yang lebih dari keteguhan ini? Ujian keimanan manakah yang lebih besar dari ujian ini? Generasi demi generasi akan terus mengingat keteguhan tersebut, keteguhan Rasulullah saw. dalam menyebarkan risalah samawi yang abadi. 

Bagaimana tidak, Rasulullah saw. mempunyai sifat yang menonjol dan deferentif ini, sedang Allah telah berfirman kepadanya: 

Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dan Rasul-rasul telah bersabar. (Q.S. 46:35) 

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang- orang yang beriman bersamanya, ".Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Q.S. 2:214)