Bersabda Rasulullah saw:
لاَتَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلُ عَنْ أَرْبَعٍ ׃عَنْ عُمْرِهِ فِيْمَ أَفْنَاهُ ؟ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيْمَ أَبْلاَهُ ؟ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَ أَنْفَقَهُ ؟ وَعَنْ عِلْمِهِ مَاذَا عَمِلَ فِيْهِ ؟
"Tidaklah bergerak kedua kaki seorang hamba di hari kiamat hingga ditanya 4 (empat) perkara: Tentang umurnya untuk apa ia pergunakan? Waktu mudanya untuk apa ia habiskan? Hartanya dari mana ia dapatkan dan ke mana ia belanjakan? Dan tentang ilmunya untuk apa ia kerjakan? (HR. Turmudzi)
Wahai pemuda pemudi ..., inilah keempat ringkasan kehidupan:
- 1. dan 2. Umur di antara pemuda dan kedewasaan
- Mata pencaharian dan cara mencari penghasilan
- Ilmu, keahlian dan profesionalitas.
Pesan hadis tadi adalah peringatan sebelum hilangnya kesempatan. Hari ini dalam kehidupan dunia adalah kesempatan beramal dan tidak ada perhitungan. Dan esok di akhirat yang ada sebaliknya: Perhitungan dan tidak ada kesempatan beramal!
Karenanya siapa di antara kalian mengerti makna dan tujuan peringatan tersebut, lantas ia mengatur kehidupan dan aktivitasnya, ia akan beruntung di dunia dan akhirat. Sebaliknya siapa di antara kalian tidak peduli terhadap nasihat Nabi ini dan tidak mau mengambilnya sebagai nasihat, ia akan rugi kedua-duanya. Sebab dunia akan musnah dan usia akan habis, dan yang kekal hanyalah apa yang di sisi Allah. Berkata Nabi saw: "Tidak bergerak kaki seorang hamba di hari kiamat hingga ditanya tentang 4 (empat) perkara." Tidak bergerak, maksudnya tidak bergerak ke kanan atau ke kiri, sebab ia dalam posisi perhitungan.
Pertama: Seseorang ditanya tentang umurnya untuk apa ia habiskan? Tentang catatan kehidupannya dan lembaran hari demi harinya, sehingga Allah mengatakan:
"Kemarilah, bacalah buku catatanmu ini."
(QS. al-Haaqqah: 19)
"Bacalah bukumu. Cukuplah bagi dirimu
hari ini, sebagai perhitungan." (QS. al-Israa' 14)
Maka dengan segeralah seseorang berbicara dengan lisannya, ingat akan aktivitas- aktivitas dan perbuatan-perbuatan sepanjang hidupnya. Apabila lisannya malas dan terlambat membongkar rahasia atau aibnya, kedua tangan dan kakinya akan berbicara sendiri, lantas mencelanya sendiri, heran akan ucapan dan merasa aneh akan pembicaraannya. Allah berfirman:
"Kulit tangan dan kaki berbicara: Allahlah yang mengajari kami bisa berbicara, sebagaimana Ia mengajari berbicara segala sesuatu." (QS. Fussilat: 21).
Kenapa ditanya?
Sebab kehidupan adalah karunia dan anugerah dari Allah Ta'ala. Sekian di antara nikmatnya yang tak terhitung. Sehingga tidak ada hak sepersen pun bagi seseorang untuk mempergunakan amanat ini sesuai selera hawa nafsu dan keinginannya.
Kemudian fokus pertanyaan pada bahagian umur. Sebab ia adalah puncak kehidupan, kekuatan, dan kegigihan, yang pada dasarnya adalah tak disangsikan lagi masa-masa produktif dan menghasilkan.
Terkadang seorang remaja tidak mengerjakan yang haram atau perbuatan keji karena ia tidak tahu. Atau fasilitas ke arah itu tidak ada. Dan juga terkadang ia berhenti daripadanya namun di masa-masa sudah mulai tua, di saat badan mulai lemah atau harta sudah mulai krisis, atau ia sudah mulai khawatir dekatnya dia dengan kematian. Tobat semacam ini, dinamakan tobat-nya orang yang lemah.
Adapun seorang pemuda, yang di masa antara anak-anak dan ketuaannya dinamis dengan kehidupan (yang baik), mampu mengendalikan diri, inilah pemuda teladan. Sebab pemuda adalah puncak kehidupan, sehingga siapa pun yang menjaga masa mudanya ia akan beruntung di dunia maupun di akhirat. Akhirat seperti apa?
Adalah kenikmatan yang tiada lagi kenikmatan sesudahnya, yaitu kenikmatan di bawah naungan 'Arsy. Hafallah berulang- ulang pesan untuk kalian dari Nabi saw yang berbunyi:
إِنَّ اﷲَ تَعَالَى يُظِلُّ سَبْعَةَ أَنْوَاعٍ مِنْ عِبَادِهِ الْمُحْلَصِيْنَ فِي ظِلِّ عَرْشِهِ ،يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ ، مِنْهُم ׃ الشَّابُّ النَاشِيءُ فِي طَاعَةِ اﷲِ٠
"Allah akan melindungi tujuh golongan dari hamba-hamba-Nya yang ikhlas pada naungan Arsy-Nya di hari tiada naungan selain naungan-Nya, di antaranya: Seorang pemuda yang tumbuh dengan penuh ketaatan kepada Allah."
Kemudian tibalah pertanyaan tentang harta, nafas kehidupan dan obyek persaingan. Saya mengupas masalah ini bukan berarti saya meminimalisasi urgensi harta atau menghilangkan status keberadaannya. Bahkan saya katakan, mencari harta dan penghasilan adalah media untuk menutup keperluan, menambah suasana lebih tenang, makmur dan harmonis dalam sendi-sendi kehidupan manusia sesudah peras keringat, banting tulang dan kepayahan.
Mencari penghasilan atau gaji pasti melewati di antara dua jalan. Pintu yang halal dengan jalan bekerja atau berniaga, atau yang terlarang seperti merampas, mencuri, atau dari suap. Sebaik-baik penghasilan adalah penghasilan seseorang dari kreativitas tangannya.
Bahtera kehidupan di alam bisnis terkadang tak bisa memenuhi kebutuhan, terkadang sekedar cukup, dan terkadang berlipat ganda sesuai kondisi pasar dan tak jarang pelaku bisnis hartanya melimpah ruah. Kesemuanya ini terpuji dan bisa diterima, selama tidak mengandung unsur kezhaliman atau penyerobotan.
Sesudah berpenghasilan tentunya membelanjakan. Di sinilah letak peranan kedua dari pertanyaan ketiga: (... ke mana ia belanjakan...). Sebab konsisten lewat pintu halal dalam mencari rezki, diwajibkan pula konsisten di saat membelanjakan secara halal. Sebagaimana dianjurkan dermawan kepada orang-orang fakir, miskin, fi sabiilillah, kaum proletar, dan sebagainya dalam rangka mencari kebajikan dan rahmat Allah Ta'ala.
Diriwayatkan bahwasanya Rasulullah suatu hari memerlukan banyak harta untuk berjuang dan sebagai kas dakwah Islam. Sementara Abu Bakar dan Umar menyertai beliau. Keduanya pun akhirnya meminta ijin mengambil harta di rumah masing- masing. Kemudian kembalilah Umar dan menyerahkan kepada Nabi saw beberapa dinar. Nabi lantas bertanya: Apa ini wahai Umar? Umar menjawab: Itulah separoh hartaku. Maka Nabi pun memburu bertanya: Lantas apa yang kau tinggalkan untuk keluargamu? Saya tinggalkan separohnya yang lain untuk mereka, jawab Umar. Nabi pun berdoa kebaikan untuknya. Lantas datanglah Abu Bakar ra. dan menyerahkan beberapa dinar miliknya kepada Nabi saw. Maka Nabi saw bertanya: Apa ini wahai Abu Bakar? Itulah semua hartaku, Jawab Abu Bakar. Nabi saw memburu bertanya: "Lantas apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu?" Abu Bakar menjawab: "Saya tinggalkan bagi mereka Allah dan Rasul- Nya." Nabi saw lantas tersenyum dan kedua matanya mencucurkan air mata seraya berdoa kebaikan bagi sahabat terdekatnya.
Wahai pemuda pemudi Islam ...
"(Untuk mengejar surga), hendaklah mereka saling berlomba-lomba." (QS. al-Mutaffifin: 26)
Adapun membelanjakan untuk pribadi dan keluarga, hendaklah sesuai prinsip ayat ini:
"Dan orang-orang yang jika membelanjakan, mereka tidak berlebih-lebihan juga tidak terlalu kikir, namun bersikap pertengahan di antara keduanya." (QS. al-Furqan: 67)
Dermawan dengan tidak berlebihan, dan hemat dengan tidak berlaku kikir. Sebab Nabi saw juga telah berpesan kepada kita dalam hadis lain:
إِنَّ اﷲَ تَعَالَى يُحِبُّ أَنْ يُرَى أثْرُنِعْمَتِهِ عَلَى عَبْدِهِ٠
"Sesungguhnya Allah merasa senang jika nikmat-Nya atas hamba-Nya diperlihatkan."
Selanjutnya tibalah giliran soal keempat sebelum kaki seorang hamba beranjak dari empat pertanyaan di hari kiamat, yaitu: tentang ilmunya. Untuk apa ia amalkan?
Adakah untuk merampas orang? Adakah ia justru menyembunyikan?
Adakah ia menginjak-injak prinsip-prinsip ilmunya sendiri? Ataukah ia dengan ilmunya memperolok-olok orang bodoh dan mendemonstrasikan perdebatan agar ia populer dengan sebutan orang alim?
Kalian sekarang di bangku sekolah dan kuliah. Dalam iklim keilmuan dan kampus yang suci, maka antusiaslah mencari ilmu demi tujuan mulia dan maksud luhur. Juga demi kebaikan, ketinggian, dan istiqamah pribadimu. Dan demi kemajuan dan pembangunan peradaban umatmu.
Terakhir wahai pemuda pemudi ... Siapakah yang bertanya keempat pertanyaan pokok ini? Siapakah yang menghitung? Ketahuilah, yang bertanya adalah Sang Tuan dari segala tuan, Dzat Yang Maha Besar kebesaran-Nya, Maha Perkasa kekuasaan-Nya, Maha Suci nama-nama dan sifat-sifat-Nya, Yang Maha Pemberi dan Maha Pengkarunia! Adalah hak-Nya untuk bertanya, dan kewajiban kita untuk menjawab. Maka hitunglah diri kalian sebelum dihitung. Bertanyalah berkali-kali pada diri sendiri, sebelum ditanya!
Berjalanlah di atas jalan yang lurus dalam kehidupan dunia sebelum kaki tergelincir di akhirat dan terjatuh di neraka. Semoga Allah melindungi saya dan kalian daripadanya dan menyelamatkan daripadanya. Sesungguhnya Ia sebaik-baik tuan dan penolong.