مَاتَوَفَّقَ مَطْلَبٌ اَنْتَ طَالِبُهُ بِرَبِّكَ وَلاَ تَيَسَّرَ مَطْلَبٌ اَنْتَ طَالِبُهُ بِنَفْسِكَ٠
“Tidaklah sukar engkau bermohon kepada Tuhanmu, dan tidak pula mudah apa yang telah engkau minta kepada dirimu sendiri."
Hamba yang meminta dan ber-munajah kepada Allah, bertawakal dan mencukupkan Allah sebagai pemberi tentang masalah dunia dan akhirat, pasti diterima permohonannya. Syaratnya memang mudah. Ialah menyandarkan segala yang diinginkan hanya kepada Allah. Semuanya akan diperkenankan oleh-Nya. Segala yang jauh didekatkan dan segala yang sukar dimudahkan.
Akan tetapi apabila seorang hamba yang berharap sesuatu dari Allah karena mengandalkan ilmunya, daya pikir dan akalnya, kemampuan dan kekuatannya semata-mata, tidak mungkin permohonan itu dikabulkan karena telah bercampur dengan keangkuhan dan penonjolan diri. Cara seperti ini tidak dikehendaki oleh Allah swt. Sebab kemampuan manusia terbatas. Hanya Allah yang mengetahui apa yang diperlukan oleh seorang hamba. Karena hanya Allah swt sajalah yang berkuasa memberi apa yang diminta dan diharapkan seorang hamba.
Hal ini penting direnungkan bagi siapa saja yang sedang mencari kebahagiaan hidup di dunia dan hidup di akhirat.
Hal yang paling sulit dan tidak mudah untuk dijalankan adalah menempatkan diri sebagai peminta, dan menempatkan Allah sebagai tempat meminta. Di sini dari si peminta harus dimusnahkan, harus ditiadakan. Hamba harus sirna dan hina di hadapan Khalik. Hamba adalah sosok yang tidak berarti apa-apa di hadapan Allah swt.
Sebab kelak yang akan dilaksanakan adalah kehendak Alllah, bulan kehendak makhluk. Oleh karena itu, seorang hamba hendaklah menjudi peminta yang tahu diri, agar apa yang diminta dikabulkan oleh Allah swt. Segala sesuatu yang diharapkan dari Allah, tidak terlepas kaitannya dengan apa yang ada dalam diri seorang hamba. Kebersihan hati, ketaatan, ketekunan, kesabaran, rintihan yang disampaikan, ketiadaan dirinya sendiri, ketergantungannya yang dimulai dengan tekun dari awalnya, tentu permohonannya akan dipenuhi oleh Allah swt.
Oleh sebab itu, jangan sampai terjadi permohonan seorang hamba ditolak, karena kosongnya ruh kita dari kebersihannya. Barangsiapa yang menyangka bahwa apa yang ia harapkan akan dipenuhi oleh Allah, karena mengandalkan kemampuan akal dan hartanya, tentu ia akan putus asa dari perbuatannya itu. Demikian juga orang yang bergantung dengan dirinya sendiri dalam meminta kepada Allah, niscaya akan mengembalikan pada diri si pemohon sendiri supaya ia menolong dirinya sendiri.
Makrifat yang tinggi, ialah menyerahkan segala sesuatu hanya kepada Allah. Kemudian menunggu dengan sabar, rida dan tawakal Itulah jalan para salihin dan saddiqin.