Orang yang Tidak punya Pendirian

لاَتَكُوْنُوْا إِمَّعَةٌ ، تَقُوْلُوْنَ ׃ إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَحْسَنَّا ، وَ إِنْ ظَلَمُوا أَنْفُسَكُمْ إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَنْ تُحْسِنُوا وَ إِنْ أَسَآءُ واأَنْ لاَتَظْلِمُوا ٠ وَفِي رِوَايَةِ ׃ إِنْ أَسَآءُ واأَنْ تَجْتَنِبُوا إِسَائَتَهُمْ٠ 

 "Janganlah kalian menjadi kelompok oportunis. Kalian punya pendirian; jika bangsa dan masyarakat baik, kami ikut baik. Tapi jika mereka berbuat aniaya, kami pun berbuat serupa ...Akan tetapi, milikilah kalian prinsip; apabila bangsa dan masyarakat baik, engkau juga berbuat kebaikan. Namun jika mereka berbuat aniaya, jangan sekali-kali kalian berbuat serupa." Dalam riwayat lain disebutkan: Jika mereka rusak (kotor), jauhilah olehmu sekalian keburukannya." (HR. Turmudzi). 

Dan beliau menghasankannya. Ustadz kita, Muhammad Al-Ghazali mengatakan: 

Oportunis, menurut etimologi Arab, adalah Imma'ah. Adapun definisi terminologinya adalah: Orang yang tak punya pendirian. Ia hanya mengikuti prinsip dan pendirian orang yang berpengaruh. Sehingga ia selalu berpendirian: Saya akan ikut-ikutan saja (kelompok) yang menguntungkan. Entah mereka baik, atau buruk. Kelompok Imma'ah ini, biasanya mengail di air keruh, tidak mempedulikan nasib bangsa. Orang lemah ialah: 

Orang yang dieksploitasi oleh dominasi adat, amalan- amalannya terdominasi oleh tradisi-tradisi yang menguasai. Sekalipun arah tradisi tersebut memakan korban kerugian-kerugian dunia maupun akhirat. 

Sekarang ini telah terjadi secara besar-besaran dalam masyarakat kita pada perayaan-perayaan kegembiraan atau kesedihan bid'ah (ajaran baru) yang beraneka ragam bentuknya. Sementara masyarakatnya, justru memegang teguh bid'ah ini melebihi keteguhan mereka terhadap prinsip- prinsip religius. 

Akan tetapi seorang mukmin sejati ia tak akan rela, ajaran dari selain Dienullah sebagai pedoman (sanad). Dia dengan keberanian dan kegigihannya menantang tradisi dan adat tentu akan menjumpai tribulasi. Lebih-lebih ia menyadari dengan sepenuh kesadaran, untuk tidak takut terhadap celaan para pelakunya. Ia akan tetap gigih berjuang hingga: finishing goal (tujuan akhir). Ia tak akan mundur karena kritikan pedas atau sesumbar lawan. 

Berapa banyak kebatilan yang "laris" sewaktu-waktu, lantas ia dikalahkan oleh segelintir orang-orang yang teguh, lantas melengserkan kedudukannya. Kebatilan,tidaklah eksis sepanjang zaman sekalipun ditopang mayoritas kelompok. 

Betapa banyak musuh bebuyutan pembela kebatilan hari ini, ia akan kompromi dengan sendirinya. Dan lusa, ia bahkan menjadi pembela mantan musuhnya. Setuju dengan prinsip yang kita bawa. Ia menjadi sponsor, setelah sebelumnya terjadi sengketa. 

Dari Ibnu Abbas ra. mengatakan: Bersabda Rasulullah saw:

 مَنْ أَسْخَطَ اﷲَ فِي رِضَى النَّاسِ سَخَطَ اﷲُ عَلَيْهِ ، وَ أَسْخَطَ عَلَيْهِ مَنْ أَرْضَاهُ فِي سُخْطِهِ ، وَمَنْ أَرْضَى اﷲَ فِي سُخْطِ النَّاس رَضِيَ اﷲُ عَنْهُ ، وَ أَرْضَى عَنْهُ مَنْ أَسْخَطَهُ فِي رِضَاهُ ، حَتَّى يُزِيَنَهُ وَ يُزِيَنَ قَوْلَهُ وَعَمَلَهُ فِي عَيْنَيْهِ٠ 

"Barang siapa menjadikan Allah murka karena mencari ridha manusia, maka Allah murka kepadanya, dan orang yang ia cari ridhanya akan dijadikan murka kepadanya dalam kemurkaan-Nya. Dan barang siapa mencari ridha Allah, sekalipun terkena murka manusia, Allah akan meridhainya, dan orang yang murka kepadanya akan dijadikan ridha kepadanya dalam ridha-Nya, hingga Allah senantiasa akan membaguskannya dan membaguskan ucapan dan amalannya, dalam penglihatan-Nya." (HR. At-Tabrani). 

Maka hendaklah seorang muslim tetap tegar dengan keyakinannya. Hendaklah ia anggap no problem atas segala cemoohan, sindiran, dan gelar-gelar buruk yang menimpanya, saat ia dianggap orang sinting dan nyleneh menurut opini orang-orang bodoh. Canangkan sebuah pedoman, tanamkan sebuah ketegasan prinsip, dalam rangka menuai ganjaran Allah Azza Wa Jalla. 

Apabila prinsip yang mengandung keragu-raguan pun bisa menarik dengan cara memperolok-olok dan mengejek, apalagi kita yang memegang prinsip Islam, harus diperjuangkan dengan gigih dan militan bagi pemeluk-pemeluknya:

 "Apabila mereka (orang-orang kafir) melihatmu (Muhammad), tidaklah mereka menjadikanmu, terkecuali bahan ejekan. Mereka ka-takan; Inikah orang yang Allah utus sebagai seorang Rasul. Nyaris dia (Muhammad) menyesatkan kami dari tuhan-tuhan kami, seandainya kami tidak sabar. Niscaya (orang- orang kafir) tersebut akan tahu tatkala mereka merasakan siksa, siapakah orang yang lebih sesat jalannya." (QS, al-Furqan: 41, 42.) Wahai pemuda pemudi Islam ... 

Wajib bagi seorang muslim menampakkan kekuatan dalam pribadinya, merasakan kelezatan iman dalam mentalnya. Jika tak mungkin, jadilah seperti gunung menjulang, tak digenangi banjir yang mengitari, tak hanyut, dan tidak pula tergulung badai. 

Harapan apalagi yang diidam-idamkan musuh terhadap seseorang yang bangga dengan keimanannya, dan merasakan kenikmatan interaksi dengan Rabb-Nya, serta istiqamah dalam dien-Nya ...?! Sekalipun toh mereka mengerubungi serentak, niscaya mereka kembali dengan tangan hampa!