NIkmat Berdoa dan Dzikir

"Sungguh Allah SWT. telah mewahyukan kepada Nabi Dawud as. Hai Dawud, katakanlah kepada orang-orang yang jujur, hendaklah dengan Aku mereka bergembira, dan dengan berdzikir kepada-Ku mereka merasakan nikmat". 

Telah memiliki suatu kenikmatan dan juga kelezatan tersendiri, itulah nikmat berdzikir kepada Allah. Dzikir itu akan menghidupkan jiwa yang mati, dan juga semangat untuk beribadah, maka akan lahir dari jiwa orang yang berdzikir suatu ketenangan hati dan juga kedamaian. 

Berdo'a itu adalah menyampaikan seluruh pengharapan dengan cara munajat atas segala kesalahan, supaya mendapat ridlo Allah SWT., setelah sang hamba menjalani dzikir, maka hati akan menjadi suci dan bersih. 

Dzikir ialah pakaian harian setiap muslim, sebenarnya dzikir itu menjadi sesuatu yang tak terpisahkan, ibarat orang yang mengunyah makanan, maka dzikirullah itu selalu menghiasi bibir orang yang beriman. 

Yang selalu menghiasi bibir orang mukmin itu adalah dzikir, namun janganlah disalah artikan atau disamakan dengan mantra. Dzikir itu bukanlah mantra dan mantra juga bukan dzikir. Dzikir itu lain dengan yang diucapkan oleh semua manusia, adapun syarat orang yang berdzikir itu antara lain : 
  • Karena menyatakan ibadah kepada Allah SWT., maka ia memulai dengan niat yang suci. Jadi dzikrullah itu adalah ibadah untuk mensucikan jiwa. 
  • Dzikrullah dengan lisan, seperti : bukanlah bacaan yang dianggap mempunyai kekuatan untuk mencapai maksud atau menghilangkan bahaya, sedangkan bacaan itu sendiri tidak berarti apa-apa, atau kalimat yang diucapkan dari suatu dzikir, tidak berarti apa-apa, apabila semata-mata dibaca atau diucapkan seperti mantra. Ucapan yang diwiridkan oleh seorang hamba, kalau tidak mendapatkan izin dari Allah SWT. atau tidak mendapatkan ridlo seseorang yang telah mengucapkan dzikir, maka berapa kali pun dzikir itu diucapkan, ia akan tetap menjadi kalimat yang tidak berarti apa-apa. Dan dzikir itu diucapkan karena Allah, bukan karena dzikir itu sendiri. Kekuatan menolong dan menolak bahaya ada pada Allah SWT., bukan pada kalimat dzikir. Oleh karena itu apabila kita salah menempatkan dzikir, maka akan berubah menjadi syirik, sebab kita masih lebih percaya pada kekuatan dzikir, bukan kepada Allah SWT.. 
  • Dzikir itu dapat dikerjakan setiap saat dan di waktu apa pun, tidak hanya dengan lisan, akan tetapi bisa dengan pikiran, dengan hati, dengan tulisan, dan gerakan-gerakan tertentu asalkan tidak menyalahi tuntunan dan sunnah Nabi Muhammad saw. 
  • Dzikrullah artinya mengingat Allah SWT., maka hendaklah dilakukan dengan sesuai kehendak dan juga keagungan nama Allah SWT.. Dengan hati yang khusyu', suara yang rendah dan lembut, yang dihidupkan dengan rasa mahabbah kepada Allah SWT, sebagai seorang hamba yang benar-benar membutuhkan keridlaan, kasih sayang dan juga pertolongan Allah. Sesuai dengan firman Allah SWT. di dalam surat Al-A'raf ayat 205, yang artinya adalah : "Ingatlah Tuhanmu (Dzikrullah) dalam dirimu dengan rasa rendah hati (tadzarru'), dengan suara yang halus, dan tidak dikeraskan dari ucapan-ucapan, di waktu pagi dan sore hari, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang suka lupa". 
  • Mengucapkan dengan konsentrasi penuh, dengan mengatur jalannya nafas dan juga jalannya darah. Sehingga jiwa kita akan menjadi tenang, tentram, dan mendorong kekuatan tenaga fisik kita dalam mengabdikan diri kepada Allah SWT. dan kekuatan beribadah dalam arti yang luas. 
  • Dzikir yang baik sesuai dengan syarat-syarat tersebut di atas hendaklah dilakukan dengan tetap. 
Berdo'a pun mempunyai syarat-syarat tertentu antara lain adalah: 
  • Mengucapkan kalimat Hamdalah dan Shalawat Nabi Muhammad saw. 
  • Wujudkan dalam hati nurani, bahwa Allah SWT. adalah Dzat yang Maha Pengasih dan Penyayang, ikhlaskan niat, tempatkanlah diri sebagai hamba yang selalu membutuh-kan bantuan dan pertolongan Allah. Dan jangan menganggap kalimat-kalimat itu sebagai mantra, semua do'a itu atas izin Allah SWT. Karena dzikir termasuk do'a dan do'a juga termasuk dzikir. 
  • Merendahkan suara ketika berdo'a, tidak dik.eras-kera.skan, dengan suara rendah, halus, adab dan berbudi bahasa juga sopan-santun. 
  • Menggunakan bahasa yang mencakup masalah luas dengan sederhana, jangan berdo'a secara mendetail, seolah- olah Allah tidak mengerti apa yang dimaksudkannya. 
  • Hendaklah yakin dan penuh harapan bahwa do'a hamba yang ikhlas itu akan diterima oleh Allah SWT.. 
  • Baiknya do'a itu diucapkan secara berulang-ulang dan juga tidak mengenal bosan, paling tidak tiga kali. 
  • Dan tetap yakin bahwa do'a yang belum dikabulkan artinya adalah Allah menunda untuk saat-saat tertentu, atau mungkin Allah memandang bahwa belum mampu untuk menerima permintaan yang terlalu besar, atau Allah SWT. menunda memberikan permohonan si hamba nanti di akhirat, menjadi tabungan bagi si hamba kelak. 
  • Menutup do'a dengan kalimat Subhana Rabbika Rabbil Tzzati 'Amma Yasifun Wa Salarnun 'Alal Mursalin Wal- hamdulillahi Rabbil 'Alamin. 
Mengenai dzikir dan do'a ini telah dijelaskan oleh Allah SWT. di dalam surat Ali Imran ayat 191, yang mana artinya adalah : "Orang-orang yang mengingat Allah SWT. sambil berdiri atau duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang terciptanya langit dan bumi, seraya berdo'a: 

RABBANAA MAA KHALAQTA HAADZAA BAATH1LAN SUBHAANAKA FAQINAA 'ADZAA- BANNAR" (Wahai Tuhan kami, apa yang telah Engkau ciptakan ini semua tidaklah sia-sia, maka peliharalah kami dari siksa api neraka)". 

Al-Qur'an sebagai dzikir dan pikir itu nantinya akan memberikan ketenangan dari juga kedamaian hati bagi setiap orang yang membacanya. Bahkan di dalam Al-Qur'an juga telah diterangkan apabila, orang mendengar Al-Qur'an dibacakan dan bergetar hatinya, maka semakin bertambahlah iman di dalam hatinya. 

Untuk menjadikan Al-Qur'an itu sebagai dzikir dan pikir, maka hendaklah membacanya dengan secara tartil, tersebut di dalam surat Al-Muzammil ayat 4 yang artinya adalah sebagai berikut:

"Dan bacalah Al-Qur'an itu dengan tartil (perlahan- lahan)". 

Setiap muslim akan memikirkan dan selalu mengingat seluruh apa yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT. kepada alam semesta ini, dan juga seluruh ummat manusia, dengan cara memperhatikan ayat-ayat Al-Qur'an. 

Al-Qur'anul Karim telah mengingatkan di dalam surat Shad ayat 29 yang artinya adalah sebagai berikut : 

"Supaya mereka bertadabbur kepada ayat-ayat Al-Qur'an", 

Di samping itu juga.Allah SWT. telah berfirman di dalam surat Al-Qamar ayat 32 : 

Artinya : "Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur'an itu sebagai pelajaran, maka adakah orang-orang yang mau mengambil pelajaran".