"Janganlah permohonanmu itu lantas kamu jadikan sebab datangnya pemberian dari Allah SWT., maka berarti sedikitlah pengertianmu darinya. Dan hendaklah permohonanmu itu dijadikan sebagai pelahiran sifat 'Ubudiyah (penghambaan) dan menegakan hak-hak ketuhanan".
Untuk melahirkan sikap kehambaannya yang selalu serba kekurangan dan selalu membutuhkan akan pertolongan Allah SWT., maka Allah SWT. memerintahkan kepada hamba-Nya untuk selalu bedo'a.
Namun kebanyakan dari semua orang mempunyai anggapan bahwa dengan do'a itu, maka Allah SWT. selalu mengabulkan akan sumua hajatnya,
Anggapan yang semacam itu sangat keliru sekali sebab dengan begitu berarti Allah-lah yang menurut kehendak atau diperintah oleh hamba-Nya.
Karena itu maka jadikanlah permohonan dan do'a itu sebagai pelahiran dari Sikap seorang hamba yang selalu butuh kepada Allah SWT. juga sebagai pematuhan di dalam memenuhi semua perintah dari Allah SWT..
Berkenaan dengan hal demikian ini, maka Allah telah menyatakan di dalam firman-Nya dalam hadist qudsi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah :
Artinya:
"Barangsiapa yang tidak berdo'a kepada-Ku, niscaya Aku murka kepadanya".
Manusia selalu memerlukan landasan yang dapat menenteramkan jiwa di dalam kehidupannya, atau memerlukan tali yang bisa menjadi harapan pegangannya. Adapun landasan atau tali yang dimaksud di sini adalah do'a.
Berdo'a itu suatu kebutuhan rohaniyah yang sangat diperlukan oleh manusia di dalam kehidupan sehari-hari, terutama di saat-saat orang tersebut sedang ditimpa musibah, kesusahan, kesulitan dan malapetaka.
Sebagian dari Ulama' berpendapat bahwa do'a itu laksana obat bagi penyakit rohaniyah, adapun penyakit itu berupa takut, cemas, ragu-ragu dan lain sebagainya.
Namun kebanyakan dari orang itu, dia baru berdo'a apabila telah ditimpa oleh suatu kesusahan atau musibah, tapi jika musibah tersebut sudah reda atau lenyap dari dirinya, maka dia lupa kepada Allah dan bahkan dia mengira bahwa semua harta bendanya itu adalah hasil dari usahanya sendiri.
Sikap dari seorang mukmin yang demikian tersebut adalah sangatlah tidak sesuai dengan sifat orang mukmin yang sejati, dia hanya berdo'a kepada Allah dikala menerima suatu musibah saja, seolah-olah Allah serta do'anya itu hanyalah dijadikan sebagai pelarian guna untuk mendapatkan jalan keluar dari masalah atau musibah yang sedang menimpa dirinya tersebut.
Dengan demikian dia meletakkan do'a pada tempat yang bukan fungsinya, sebagai satu ibadah yang harus dikerjakan dengan tertib dan secara terus-menerus tanpa memandang waktu dan juga keadaan.
Gambaran orang semacam ini adalah merupakan suatu tabiat atau sifat manusia yang dilukiskan oleh Allah SWT. di dalam Al-Qur'an surat Fushilat yang artinya :
"Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri, tetapi apabila ditimpa malapetaka maka ia banyak berdo'a". (QS. Fushshilat: 51).
Kita harus berdo'a kepada Allah baik di waktu senang, susah, tenang ataupun melarat, itulah sikap seorang mukmin.
Untuk menunjukkan adanya hajat kebutuhan di hadapan Allah SWT., itulah faedah dari berdo'a, oleh karenanya haruslah disertai dengan adab dan ketadlorruan serta berperasaan takut terhadap Allah SWT..
Dalam mencapai suatu pengabulan, maka do'a itu diperlukan beberapa syarat, menurut Imam Al-Ghazali :
- Dilakukan pada waktu hari yang sangat mulia, seperti hari 'Arafah, bulan Ramadhan, waktu sahur juga pada hari Jum'at.
- Di lakukan pada keadaan hikmad, misalnya waktu sujud ketika hati tenang dan bersih dari gangguan syetan.
- Menghadap Kiblat dengan mengangkat tangan.
- Merendahkan suara sekedar hanya dapat didengar sendiri.
- Memakai bahasa yang sederhana yang menunjukkan kerendahan hati, lebih diutamakan memakai do'a-do'a yang berasal dari Nabi Muhammad saw, sahabat, tabi'in yakni do'a yang ma'tsur.
- Merendahkan diri dan menundukkan hati (khusu')
- Meyakini pasti do'anya dikabulkan Allah, tidak kecewa atau gelisah serta tidak putus asa bila do'anya belum dikabulkan.
- Mengulang-ulang do'anya, dengan penuh keyakinan
- Memulai do'a dengan menyebut nama Allah SWT., bertahmid dan bersholawat atas Nabi Muhammad saw.
- Melaksanakan' adab batin yang menjadi pokok sebab-sebab dikabulkan do'anya, yaitu melakukan taubat sebelum berdo'a, menghadapkan diri sepenuhnya kepada Tuhan, makan, minum dan berpakaian dari yang halal, dan tidak berdo'a yang mustahil atau mencelakakan orang lain, kecuali orang dlalim.
Dan adapun do'a-do'a yang tidak dikabulkan oleh Allah SWT., besar kemungkinan adalah do'anya tersebut tidaklah memenuhi akan persyaratan-persyaratan atau menyalahi tata tertib di dalam berdo'a.
Tentang orang-orang yang dikabulkan do'anya di dalam hadist telah diterangkan, antara lain :
- Demi kebaikan anak-anaknya, maka do'anya Ibu dan Bapak dan juga demi kesejahteraan keluarganya. Lebih-lebih Ibu, Sering kali seorang Ibu melontarkan kata-kata yang bernada do'a, mendo'akan kecelakaan buat anaknya sehingga sangat besar akibatnya bagi si anak.
- Do'anya orang yang berpuasa hingga berbuka.
- Do'anya kepala negara yang adil, yang didasarkan kepada pengorbanan demi kebahagiaan dan kemakmuran rakyatnya.
- Do'anya orang yang teraniaya dalam segala bentuk kedlaliman dan pemerkosaan.
- Do'anya seorang musafir dengan niat dan tujuan yang baik atau do'anya orang yang berdo'a dari jauh mendo'akan seseorang.
- Do'anya anak yang sholeh yang mendo'akan kedua orang tuanya yang telah meninggal dunia.
Di dalam hadist qudsi telah dijelaskan bahwa Allah SWT. Tuhan Yang Maha Pencipta itu sangatlah berbeda dengan manusia. Karena Allah SWT. sangat murka apabila hamba-Nya
tidak mau berdo'a kepada-Nya dan bahkan telah menganjurkan untuk hamba agar selalu mengulang-ulang do'anya, akan tetapi manusia malah merasa jemu dan bahkan menggerutu apabila sering dimintai oleh sesamanya.
Kedudukan do'a itu sangatlah penting, dan bahkan sejajar dengan ibadah lainnya dan bahkan hadist telah menyebutkan bahwa do'a itu adalah termasuk otak dari semua ibadah.
Dari semua itu akhirnya Sayid Abu Hasan menggaris bawahi tentang hakekat do'a, dia telah berkata :
Artinya :"Janganlah tujuanmu berdo'a itu untuk mendapatkan apa yang menjadi hajatmu. Kalau tujuanmu demikian maka jadilah do'amu itu terhalang. Dan hendaklah kamu bertujuan dalam do'amu itu hanya sebagai munajat kepada Allah SWT.".