Mukjizat Nabi Muhammad SAW

Hamba-hamba Allah! Sesungguhnya Allah menginginkan agar dengan Rasulullah saw, hati-hati manusia yang mati menjadi hidup dan jiwa-jiwa mereka yang lalai menjadi tersadar. 

Orang-orang Arab sebelum Islam adalah bagaikan mayat-mayat. Mereka menyembah batu, berhala, pohon, dan patung. Mereka juga berzina, menipu, berdusta, memutuskan silaturahim, dan saling melaknat. Karena Allah ingin menghidupkan hati-hati mereka, maka Ia mengutus Muhammad saw. Ia berfirman, "Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyuci¬kan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan hikmah (sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (QS. al-Jumu'ah: 2) 

Sebuah syair menuturkan: 
Sesungguhnya manusia di saat diutusnya Muhammad 
Dipandang oleh Allah, lalu Ia ganti keadaannya 
Bahkan, Ia muliakan manusia ketika Ia memilih 
Bintang dan bulan sabit di antara mereka 

Setelah Nabi saw datang membawa dua kalimat syahadat, maka orang yang membawanya dan mengamalkan apa yang dikehen¬daki oleh kedua kalimat itu, di hari kiamat nanti Allah akan bukakan pintu surga baginya, sedangkan orang yang tidak membawanya maka Allah tak akan membukakannya dan ia tergolong orang- orang yang merugi. 

'Umar bin al-Khaththab, yang merupakan al-Faruq (pembeda antara yang haq dan yang batil) dan seorang khalifah yang adil, mengatakan, "Tidaklah salah seorang di antara kalian berwudhu lalu menyempurnakan wudhunya kemudian ia mengucapkan:

 أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللَّّهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللَّّهِ 

Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku ber¬saksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah, melainkan dibukakan baginya pintu-pintu surga yang delapan: ia boleh masuk dari mana saja yang ia kehendaki (Di-takhrijkan oleh Muslim (nomor 506)). 

Pintu-pintu surga yang delapan dibuka bagi Anda, wahai hamba yang shaleh, wahai putra orang yang bersujud kepada Allah, wahai putra orang yang meninggikan kalimat laa ilaaha illallah, wahai putra orang yang mati di bawah ilmu laa ilaaha Mallah. Tidak aneh jika Anda mendapat petunjuk. Justru yang aneh adalah jika Anda tersesat dari jalan Allah. Allah SWT berfirman, "Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya?" (QS. al-An'am: 122) 

Dalam ayat lain dikatakan, "Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk [memeluk agama] Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit." (QS. al-An'am: 125) 

Suatu ketika Nabi saw duduk di masjidnya di Madinah, masjid yang telah melahirkan para ulama, syuhada, dan pemimpin. Beliau duduk di antara para sahabatnya. Lalu beliau didatangi seorang laki-laki dari pedalaman yang ingin masuk Islam. Ketika orang itu telah masuk ke dalam barisan, ia bertanya, "Di mana putra Abdul Muththalib?" (Maksudnya Rasulullah). Beliau adalah putra Abdullah, tetapi kakek beliau adalah Abdul Muththalib dan kakeknya ini di kalangan orang Arab lebih dikenal dibandingkan ayahnya sehingga Nabi saw ketika berperang menghadapi para pahlawan musuh di suatu pertempuran berseru: 

Akulah Nabi, tidak dusta 

Aku putra Abdul Muththalib (Di-takhrij-kan oleh al-Bukhari (nomor 2799), dan oleh Muslim (nomot 4570)). 

Orang itu bertanya, "Di mana putra Abdul Muththalib?" 

"Aku penuhi panggilanmu," jawab Nabi. 

"Aku ingin bertanya kepadamu. Jangan engkau marah kepada¬ku wahai Rasulullah." 

"Tanyakanlah apa yang terlintas di benakmu." 

"Wahai Muhammad, wahai Rasulullah. 

Siapakah yang mening¬gikan langit?" 

"Allah." 

"Siapakah yang menghamparkan bumi?" 

"Allah." 

"Siapakah yang memancangkan gunung?" 

"Allah" 

"Demi Zat yang meninggikan langit, yang menghamparkan bumi, dan yang memancangkan gunung, apakah Allah mengutus¬mu sebagai rasul kepada kami?" 

"Ya." 

"Demi Zat yang meninggikan langit, yang menghamparkan bumi, dan yang memancangkan gunung, apakah Allah memerintahkanmu menyuruh kami melaksanakan shalat lima waktu sehari semalam?" 

"Ya." 

Orang itu bertanya sampai selesai tentang rukun-rukun Islam, kemudian ia berkata, "Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utrusan Allah. Demi Allah, aku tak akan menambah dan mengurangi apa yang telah aku dengar. Aku adalah Dhamam bin Tsa'labah, saudara Bani Sa'd bin Bakr." Setelah itu ia pergi, melepaskan ikatan untanya, dan menaikinya. 

Lalu Nabi saw mengatakan, "Barangsiapa yang ingin melihat penghuni surga, hendaklah ia melihat orang ini. 9 Diriwayatkan oleh al-Bukhari (nomor 63) "