"Cahaya adalah bala tentara hati, sama halnya dengan kegelapan menjadi bala tentara nafsu. Apabila Allah SWT. berkehendak menolong hamba-Nya, Dia membentangkan cahaya yang akan menjadi bala tentara hati, dan diputus-Nya hubungan yang akan membantu bala tentara nafsu oleh kegelapan".
Dua kekuatan hati orang yang beriman yang telah berha¬dapan dengan syirik dan syak (ragu) yang menjadi dua tentara kegelapan itulah Nur Tauhid dan juga Keyakinan. Dimana dua kekuatan cahaya dan kegelapan saling berhadapan.
Adapun di antara dua kekuatan itu ada pula nafsu dan juga kekerasan, yang mana siap menerkam cahaya yang sedang menyinari kalbu insani, jika Allah SWT. berkehendak, maka Dia akan menghancurkan bala tentara kegelapan dengan caha¬ya iman dan yakin yang bersinar dari dalam kalbu orang yang beriman.
Adapun pertempuran antara cahaya iman dan kegelapan nafsu, itu bisa silih berganti. Kadang-kadang cahaya iman mela¬kukan suatu serangan kepada nafsu kegelapan, dan juga seba¬liknya terkadang nafsu kegelapan itu bisa atau mampu untuk mendominasi cahaya iman.
Di dalam situasi seperti ini, maka kekuatan secara extra bagi Nur keimanan supaya melakukan Jihadun nafsu dengan cara melakukan Taqarrub melalui muroqobah dan juga Mujahadah intensif.
Apabila suatu saat hati nurani manusia itu menguasai atau terkena suatu penyakit madzmummah maka nafsu kegelapan akan menguasai cahaya iman. Dan biasanya penyakit seperti ini hanya dapat dimenangkan oleh senjata madzmummah yang telah terbiasa terdapat di dalam hati manusia atau hati orang yang beriman.
Agar kewaspadaan ummat itu perlu sekali untuk ditingkatkan dan jangan sampai lalai, maka Syekh Athaillah telah mengingatkan kepada kita, sebab musuh manusia yaitu setan selalu saja mengintai kepada kelengahan anak Adam.
Di samping itu juga ia telah mengingatkan kepada kita bahwa yang merupakan tabir yang tersingkap atau kasyaf iti ialah cahaya, bashirah itu adalah merupakan kebijakan sedang kan hati itu merupakan pertahanan, yang kadang menantang dan terkadang pula mengelakkan.
Apa yang tidak dapat dilihat atau diketahui oleh mata kepal, manusia itu, maka Nur Iman yang bercahaya dari dalam hal manusia itu akan manimbulkan suatu penglihatan yang dapa menyingkap tabir yang menutupi penglihatan mata kepala sehingga nantinya akan nampak bashirah orang-orang yanj beriman.
Yang merupakan suatu kebajikan yang diamalkan di dalan kehidupan bersama serta ibadah kepada Allah SWT. itu adalal berupa rahasia kebajikan dan juga rahasia yang berupa kejahal an.
Sedangkan yang merupakan pertahanan yang menjadi benteng hati sanubari manusia itu adalah pusat pertahanan yang dapat untuk menolak suatu kejahatan yang datang menyerang hati, menyingkirkan kotoran maksiat, serta mempertahankai ketaatan dan kebersihan jiwa.
Dan tidak akan mungkin di dalam hati seorang yang beriman itu bersarang dua kekuatan, akan tetapi hanya satu kekuatan saja yang berada di dalam hati orang beriman, adakalanya kekuatan itu berupa kebaikan dan adakalanya beru¬pa keburukan atau kejahatan.
Oleh karena itu, hendaklah seorang hamba yang beriman itu selalu waspada untuk menyelamatkan hati sanubarinya sendiri, demi untuk melaksanakan ketaatan ibadah, karena hal tersebut adalah sudah merupakan suatu tugas atau kewajiban bagi setiap hati seorang yang beriman. Sebab ketaatan kepada Allah SWT. yang telah menghiasi hati seorang hamba Allah SWT..
Allah SWT. selalu memberikan perlindungan dan penga¬yoman kepada setiap hamba Allah SWT. yang senantiasa taat kepada-Nya sebab bantuan itu adalah datangnya dari Al-Haq. Lantaran si hamba tersebut selalu taqarrub kepada Allah SWT. Sang Maha Pencipta langit dan bumi.
Di dalam surat Al-Baqarah ayat 257. telah dijelaskan yang berbunyi sebagai berikut:
Artinya :
"Allah SWT. adalah pengayom orang beriman. Dialah yang telah mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya yang terang benderang. Sedangkan orang-orang kafir itu pengayomnya itu adalah Thaghut (setannya berhala yang mereka mintai bantuan). Berhala serupa itu telah mengeluar¬kan mereka dari cahaya (iman) kepada kegelapan (kafir). Mereka akan menjadi sahabat api neraka, dan mereka akan kekal di dalamnya".
Meskipun demikian seorang yang beriman tidak boleh berbangga hati apabila telah mencapai suatu ketaatan yang sempurna kepada Allah SWT.. Dan juga tidak boleh atau bergembira sebab maqam taat yang telah dicapainya tersebut.
Perlu untuk diketahui bahwasanya ketaatan itu datangnya dari Allah SWT. Yang Maha Rahman dan Maha Rahim, Dialah pemilik ketaatan. Oleh karenanya, kalau engkau hendak bergembira, maka kegembiraan ditujukan hanya kepada Allah SWT. belaka, bukan untuk dirimu sendiri.
Berkenaan dengan hal yang demikian tersebut, maka Allah SWT. berfirman yang artinya adalah sebagai berikut :
"Dengan karunia Allah SWT. dan Rahmat-Nya, maka hendaklah mereka bergembira semata-mata hanya karena Allah SWT. Karena semua itu adalah anugerah dari Allah SWT.. Semua itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan".
Apabila seorang hamba itu taat, maka hendaklah hamba tersebut melaksanakan taat dengan hati yang murni serta dengan penyerahan diri dan beribadah, janganlah hanya karena sesuatu yang lainnya
Martabat taat itu akan semakin meningkat kekuatan yang nantinya akan dapat menjadi perisai bagi anak Adam di dalam bentuk-bentuk kekebalan diri dari serangan iblis dan juga hawa nafsu dan datang tanpa sepengetahuan manusia.
Bahwasanya sahabat Abi Usman ra. telah meriwayatkan, sewaktu ia pulang dari Naisabur demi untuk mempelajari ilmu Islam, maka gurunya telah memberikan nasehat, supaya ia senantiasa di dalam keadaan taat, dan tidak terputus dari perbuatan yang sangat suci.
Di samping itu di dalam setiap pergaulan, hendaklah ia selalu menghiasi diri dengan akhlak terpuji serta mulia dan dengan memelihara adat pergaulan yang baik. Sebab dengan adat dan akhlak yang demikian tersebut dapat menghilangkan
kendala hubungan interaksi yang senantiasa menjadi suatu kebiasaan manusia.
Di dalam memelihara ketaatan tersebut di antaranya adalah memelihara amal supaya selalu dalam keikhlasan dan juga jauh dari perbuatan Ujub juga Riya'.
Telah diterangkan oleh Syekh Athaillah bahwa : "Allah SWT. itu akan menghalang-halangi orang yang mencari-Nya,ataupun orang sudah mencapainya, dengan selalu mengawasi amal ibadah mereka, sikap dan adab mereka, apakah mereka beramal dan beribadah kerena Allah SWT. semata".
Yang mana pada dasarnya ketaatan tersebut ditujukan hanyalah kepada Allah semata-mata, seperti halnya di dalam beribadah yang ikhlas, bukan ditujukan kepada yang lain-Nya, apalagi karena seorang hamba itu merasa bahwa dirinya sudah mendapatkan suatu kebahagiaan yang sangat mantap.
Oleh karenanya seorang hamba Allah yang beriman hendaklah ia senantiasa meminta dan memohon kepada Allah SWT. agar hatinya selalu mendapatkan pancaran sinar cahaya yang terang yang datangnya dari Allah SWT., dan selamanya akan melekat di dalam hatinya.
Dan kelak akan dikembalikan kepada Allah SWT. bersama- sama dengan golongan yang shalihin yang mendapatkan ridla dan Rahmat dari Allah SWT..