Tingkatan Amalan Menurut Ma'rifat

"Ada beraneka ragam jenis amal menurut situasi dan kondisi yang telah masuk ke dalam hati manusia. Kerangkanya adalah perbuatan yang sangat jelas, sedangkan ruhnya amal itu adalah ikhlas". 

Tekun dan rajin beribadah itu adalah tanda dari semua kema'rifatan dan juga merupakan sifat Al-Ihsan kepada Allah SWT.. Semua itu dilaksanakan tergantung dari niat tiap hamba serta menurut kehendaknya. 

Sedangkan di dalam memperbanyak amal ibadah itu tergantung atau menurut kemauan dan kemampuan dari hamba Itu sendiri-sendiri, misalnya dalam hal ibadah itu antara lain • adalah : Ada yang bagus di dalam hal shalatnya, ada yang bagus dalam puasanya, ada yang bagus wiridnya, dan ada pula yang bagus dalam hal sedekahnya atau infaknya. 

Bukan hanya itu saja ada yang rajin di dalam hal membaca Al-Qur'an serta memahami akan artinya, juga ada pula Yng tekun di dalam hal mencari dan mempelajari ilmu. 

Amal ibadah seseorang itu terikat dengan niat dari seseorang, ada yang di dalam membelanjakan atau beramal itu sesuai dengan niatnya, ada pula meleset dari niatnya sehingga mengakibatkan sifat riya' atau ingin dipuji dan disanjung oleh seseorang. 

Orang-orang sholeh terdahulu sering di dalam memberikan suatu nasehat melalui surat (tulisan) kepada kawan-kawannya hanya dengan 3 (tiga) kalimat, yakni antara lain: 1. Orang yang beramal untuk akherat, pasti Allah mencukupi segala kebutuhan (urusan) dunianya. 2. Orang yang niat tujuannya baik pasti Allah menyatakannya (baik pula dalam kenyataan) lahir. 3. Orang yang memperbaiki hubungan dengan Allah SWT., pasti Allah SWT. memperbaiki hubungan dengan sesamanya (manusia). 

Berdasarkan pada potongan dari ayat Al-Qur'an yang berbunyi : 

Artinya : "Katakanlah, setiap orang beramal adalah ditentukan oleh niat tujuannya (yakni) sahnya amal ditentukan oleh niat (tujuan)nya". 

Menurut Hasan di dalam hal menafsiri ayat tersebut di atas adalah dipadukan dengan sabda Rasulullah saw. yang berbunyi: "Tujuan (niat) seseorang mukmin itu adalah lebih baik dari amal perbuatannya". 

Amal ibadah yang kuat tegaknya serta yang kokoh ikatannya dengan iman itu ialah dilaksanakan oleh hati yang ikhlas. Sebab roh dari suatu amal itu adalah ikhlas, dan yang menunjukkan akan tegaknya iman dari seseorang itu adalah amal yang ikhlas. 

Di samping itu yang menunjukkan bagaimana seorang hamba di dalam menyatakan dirinya di hadapan Allah S W'I ketika beribadah itu dengan ikhlas beramal. 

Dan sebagai salah satu syarat di dalam beramal itu tidak lain dan tidak bukan adalah dengan cara menghidupkan ikhlas. 

Dengan melaksanakan suatu amal yang semata-mata hanya karena Allah SWT. itulah baru yang dinamakan dengan amal yang ikhlas. Oleh karena itu beribadahlah karena Allah SWT. serta memohonlah pertolongan hanya karena Allah semata. 

Syarat diterimanya ibadah seorang hamba itu telah disebutkan di dalam Al-Qur'an yaitu : "Kami tidak menyembah kecuali kepada-Mu, dan kami tidak menyekutukan Engkau dalam ibadah kami". Tentunya pernyataan ibadah yang ikhlas inilah yang menjadi syarat diterimanya ibadah. 

Dalam hal ini Al-Faqih telah mengulas pendapatnya adalah: Seseorang di dalam mengutarakan alasan niat untuk beribadah itu saja sudah berpahala, sedangkan suatu amal yang tidak dibarengi dengan niat maka tidak berpahala. 

Seseorang itu bisa saja memasang niat: "Akan beramal baik selama hidupnya", namun selama hidupnya tidak dapat melaksanakan amalan baik tersebut. Ini juga beralasan yakni : "Niat itu adalah perbuatan hati, sedangkan hati itu adalah pangkal ma'rifat dan pokok dari segala amal dan segala yang tumbuh dari pokok itu adalah lebih indah serta utama dari yang lain- lainnya. 

Kembali Nabi Muhammad saw. bersabda : "Kelak di hari kiamat seseorang akan dihadapkan dengan membawa kebaikan sebesar gunung, lalu diserukan : "Barangsiapa pernah dianiaya oleh fulan maka boleh menagih, kemudian untuk membayar mereka dihabiskan semua amal ibadahnya tanpa ada sisa sedikit pun, hingga akhirnya ia menjadi kebingungan, kemudian Tuhan (Allah) menyerukan kepadanya: 

"Bagimu masih ada simpanan pahala yang tidak diperlihatkan kepada Malaikat atau siapapun dari makhluk-Ku, lalu apakah itu ... Allah SWT. menjawab : "Yaitu kamu berniat akan , melakukan suatu kebaikan, Aku telah menentukan pahala bagimu berlipat ganda 70 x kebaikan tersebut". 

Lawan dari ikhlas itu ialah riya' yang bersifat Khafi (ringan) atau jelas-jelas berbuat riya' berat. Dan salah satu sifat yang dapat merusak dari iman seseorang itu ternyata adalah sifat riya'. 

Sebab riya' tersebut adalah juga termasuk dari perbuatan syirik, meskipun hukumnya atau tergolong sangat ringan. Riya' itu umumnya adalah melakukan suatu amal ibadah dengan rasa bangga diri dan angkuh, suka sekali di dalam memperton-tonkan amal untuk mencari pujian dan sanjungan dari orang lain. 

Dari 'Aisyah, nabi Muhammad saw. telah bersabda : "Orang yang bertujuan untuk menempuh ridla dari Allah SWT., dengan daya upayanya yang membikin marah orang lain, maka Allah SWT. akan meridlainya serta membuat masyarakat akan rela kepadanya. 

Akan tetapi sebaliknya, orang yang mencari kerelaan masyarakat, tapi dengan cara yang membuat Allah SWT. marah, maka Allah SWT. akan menjadi marah kepadanya, serta membuat masyarakat marah pula kepadanya". 

Ada dua cara ikhlas di dalam amal, yaitu : 

Pertama : Beramal karena Allah SWT., tidak ada sandaran amal selain karena Allah SWT. belaka, ini adalah sifat ahli ibadah. 

Kedua : Beribadah atas kehendak Allah SWT. sesuai dengan tata tertibnya dan peraturan Allah SWT, sifat ini adalah sifat dari hamba Allah SWT. 

Mengenai dua kedudukan dari hal tersebut di atas, Imam Abi Qasim Al-Qusyairi menjelaskan bahwa di antara dua kedudukan tersebut adalah saling menjelaskan antara satu dengan yang lainnya, dan kedua hal ini sebenarnya tidak saling berten-tangan, sebab yang pertama adalah raganya ibadah, yang berupa hukum sedangkan yang kedua adalah jiwanya ibadah, yang berwujudkan ikhlas. 

Dari Tamim Ad-Dary, Nabi Muhammad saw. bersabda: "Ada lima perkara, yang mana lima perkara tersebut dibawa oleh seseorang yang datang pada hari kiamat dan tidak akan ditolak untuk masuk ke dalam surga, yaitu : 
  • Nasehat untuk Allah SWT, yakni mengajak manusia muslim iman dan berbakti kepada-Nya, serta berharap supaya semuanya beriman.
  • Nasehat untuk Rasul Allah, yakni dengan cara membenai kan semua ajarannya dengan mengikuti sunnatur Rasul. 
  • Nasehat bagi Kitab Allah, yakni mempelajari, mengamalkan serta dengan mengajarkan, supaya manusia melaksanakan isi dari kandungan kitab tersebut.
  • Nasehat bagi para pemimpin ummat Islam, yaitu menaati kepemimpinannya, amar ma'ruf nahi mungkar, serta tidak menentangnya. 
  • Nasehat bagi seluruh ummat Islam,, yakni mencintai mereka seperti pada diri sendiri, dan menahan mereka (berbuat keji) seperti menahan diri sendiri, dan selalu bergaul dengan mereka dengan penuh rasa kasih dan sayang.