Tidak Ada Hijab antara Makhluk dengan Allah SWT

"Bagaimana Allah SWT. akan terhijab dengan sesuatu, padahal yang menghijab tampak jelas sedang kehadiran maujudnya pun sangat terang". 

Yang merupakan maujud dari wujud Allah SWT. itu adalah semua yang telah nampak di alam raya ini, semuanya dapat dilihat dengan jelas dan sangat dipahami oleh manusia. 

Apabila wujud Allah SWT. itu terdapat hijab yang menutupi antara makhluk dengan Khalik itu adalah sangat mustahil. 

Maka telah menjadi jelaslah bagi kita bahwa adanya Allah SWT. itu selalu hadir di antara hamba-hamba-Nya, yaitu dari pandangan semua ini. 

Cahaya langit dan bumi itu adalah merupakan Hijab Allah SWT., dan kehadiran di tengah-tengah hamba-Nya adalah merupakan pernyataan tentang sifat-sifat Allah SWT. sebagai tanda adanya.Allah SWT.. 

Dan bagi yang tidak mampu untuk memahami akan kekuasaan Allah SWT. di dalam kehidupannya yakni antara langit dan bumi itu hanyalah orang-orang yang telah tertutup oleh panggilan hawa nafsu syetan. 

Karena hati sanubari manusia itu sendiri sedang tertutup dari Hidayah Allah SWT., maka mengakibatkan terhijabnya antara 'Abid dengan Ma'bud. Atau dengan kata lain bahwa akal pikiran manusia itu belumlah dapat membaca akan sesuatu yang telah tersurat. 

Dan melihat dari semua yang tercipta di alam semesta mi, serta di dalam diri manusia sendiri, bahkan tidak hanya dengan mata kepala, akan tetapi mata batin itu juga termasuk penglihatan yang dapat membaca segala sesuatu yang berada di balik yang telah tampak ini. 

Hijab di sini ini adalah diri manusia itu sendiri yang belum mampu untuk melihat pada sesuatu dibalik yang telah kelihatan, dan sesuatu yang di bawah permukaan. 

Sebab seluruh ciptaan Allah yang ada di langit dan di bumi ini adalah ibarat Kitab terbuka, yang hanya dapat dibaca oleh mata lahir saja. 

Orang yang dinamakan dengan Ulul Albab itu adalah orang yang dapat membaca akan maujud Allah SWT. dengan melalui mata batinnya, dan berkaitan dengan semua ini Allah telah menerangkan di dalam surat Ali Imran ayat 190 yang berbunyi: 

Artinya : "Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, adalah sebagian tanda bagipara Ulul Albab". 

Di muka tadi sudah dijelaskan apa yang dimaksud dengan Ulul Albab yakni orang yang dapat membaca secara lahir dan hatin, yang nampak dan yang tersembunyi. 

Di dalam Al-Qur'anul Karim, Allah SWT. telah menyebutkan bahwa orang-orang yang tersebut di atas atau disebut Ulul Albab itu adalah disebut juga oleh Allah sebagai "ARRASIKHU- NA FIL TLMI", yakni orang yang sangat dalam ilmunya. 

Di dalam memahami akan taqwil-Nya ini, maka tidak ada yang bisa atau mampu kecuali hanya Allah dengan orang-oran^ yang sangat dalam ilmunya, mereka juga telah berkata : 

"Kami beriman kepada apa yang dicipt.akan Allah dan Kitab-kitab-Nya, karena semua ini adalah dari Tuhan kami, dan tak ada yang mampu berfikir kecuali Ulul Albab". 

Maka seorang hamba itu harus banyak mengerjakan nawafil, tawajjuh, riyadhah, Mujahadah serta Taqarrub Alallah, demi untuk melatih kemampuan manusia di dalam melihat apa yang ada di balik semua peristiwa tersebut, agar mata hatinya dapat terbuka. 

Di samping yang telah dianjurkan seperti yang tersebut di atas maka haruslah banyak-banyak atau secara terus-menerus memperdalam serta memperluas akan pengetahuan Syari'ah juga Akidah Islam. 

Bahkan tidak hanya itu saja, haruslah memperdalam dan menganalisa akan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan alam semesta ini, di dalam rangka untuk mengenal Allah Subhanahu Wa Ta'alah dan seluruh ciptaan-Nya.

Semoga kita dapat mengambil semua pelajaran yang telah diuraikan di muka, dan dapat memahami akan semua yang telah menjadi larangan Allah Subhanahu Wa Ta'alah.