"Barangsiapa yang telah memberikan nasehat dengan memandang dirinya baik, maka dia akan berdiam diri apabila berbuat kesalahan. Dan barangsiapa yang memberi nasehat, karena memandang (apa yang ia ucapkan) sebagai kebaikan dari Allah SWT. untuk dirinya sendiri, maka tidak berdiam diri apabila berbuat kesalahan.
Perbuatan yang paling utama menurut Allah adalah memberi nasehat untuk dijadikan Mauidzatun Hasanah (teladan baik) terhadap sesama hamba Allah.
Namun di dalam memberikan suatu nasehat karena merasa bahwa diri kita itu orang yang baik, sholeh, juga berilmu itu adalah merupakan suatu perbuatan yang kurang baik, karena mungkin di suatu saat ia tergelincir kepada perbuatan jelek ataupun salah di dalam menyampaikan suatu nasehat, maka akan tumbuh perasaan malu karena bersalah, yang mana nantinya akan berakibat ia akan bersikap diam atau tidak lagi memberikan pelajaran serta nasehat-nasehat lagi.
Yang seharusnya adalah apabila nasehat yang telah dijalankan dan pelajaran yang telah disampaikan itu didasarkan kepada Allah atau karena wajib untuk menyampaikan suatu ajaran Allah SWT., ataupun sebab apa yang telah disampaikan itu adalah suatu karunia serta Rahmat dan izin Allah SWT. jua.
Sehingga di saat dia khilaf sebab tergelincirnya lidah atau mungkin salah di dalam mengucap, dan bisa saja karena salah sikap yang tidak pada tempatnya, dan mungkin juga bisa berbuat salah di mata masyarakat, ia tidak merasa malu lagi, dan meneruskan saja untuk menyampaikan ajaran dan nasehat tersebut.
,
Sebab ia mempunyai suatu alasan yang sangat kuat mengapa tidak berhenti untuk menyampaikan nasehat tersebut atau ajaran tersebut, yaitu bahwa apa yang telah ia sampaikan itu adalah merupakan suatu ajaran yang sangat benar, juga karena berkat izin dan rahmat dari Allah SWT. untuknya.
- Ada beberapa syarat atau anjuran untuk sebagai pelajaran yang sangat baik bagi para Da'i atau Muballigh supaya selalu berhati-hati di dalam menyampaikan ajaran Allah SWT., antara lain adalah : Dengan hati yang tulus ikhlas, sampaikanlah suatu nasehat atau pelajaran itu semata-mata hanya karena Allah SWT..
- Dalam rangka da'wah Islam, Amar Ma'ruf nahi mungkar, maka berniatlah di dalam hati bahwa tabligh yang ia sampaikan atau laksanakan itu semata-mata karena melaksanakan suatu kewajiban yang telah diizinkan oleh Allah SWT.Jangan sampai apa yang disampaikan dan nasehat yang diberikan itu adalah karena kepandaiannya sendiri, kecakapan pembicaraannya sendiri, atau mungkin karena ilmu yang telah ia kuasai, maka hindari perasaan demikian dari dalam hati, sebab perasaan tersebut akan melahirkan suatu rasa angkuh, kemudian mengakibatkan sifat riya', yang akan merusak akal juga amal baik ibadah kita sendiri.
Bahwasanya nasehat dan tabligh yang akan disampaikan dan yang telah disampaikan, banyak atau sedikit hanya ingin mencari ridla Allah SWT. semata, dengan melalui jihad da'wah yang terpikulkan di atas pundaknya,.itu adalah merupakan suatu kekokohan tekad di dalam jiwa.
Membuat suatu rencana tabligh secara berencana, dengan persiapan yang sangat matang, melalui pendekatan yang sangat efektif serta sangat tertib, dengan begitu supaya apa yang disampaikan tersebut dapat berhasil dan dapat diterima oleh masyarakat itu dapatlah sesuai dengan tuntunan Allah SWT. serta Rasul Allah SWT..
Hendaklah disampaikan dengan cara adab Islam bagi setiap persoalan yang sudah dipahami dan dihayatinya, dan untuk setiap persoalan yang belum dipahami dengan be-nar, maka hendaklah dipelajari dengan sungguh-sungguh yang sangat tertib serta berencana.
Supaya apa yang telah disampaikan itu dapat dimaklumi oleh masyarakat banyak sebab keindahan akhlak dan ke- sholehan hidup, maka bergaullah dengan masyarakat secara baik serta tunjukkan tata tertib pergaulan Islam dengan teladan atau contoh yang sangat terpuji.
Masyarakat itu dapat dibagi menjadi tiga kelompok (menurut pendapat Syekh Abu Abbas Al-Mursy) yaitu antara lain:
- Kelompok yang telah merasa bahwa apa yang dikerjakan itu hanyalah semata-mata ditujukan untuk Allah Subhanahu WaTa'alah.
- Kelompok yang telah merasa bahwa apa yang diamalkannya itu adalah merupakan sebuah karunia dari Allah SWT. untuk dirinya.
- Kelompok yang telah merasa bahwa segala sesuatu itu adalah merupakan pemberian dari Allah SWT. dan kelak dikembalikan kepada Allah SWT. jua.
Adapun kelompok pertama merupakan dari kelompok orang-orang yang selalu mengoreksi diri disaat menunaikan suatu kewajiban, dengan amal ibadahnya sendiri dia sangat kuatir, maka ia selalu tetap mengadakan instrospeksi, dengan begitu ia selalu berhati-hati serta dengan bersedih hati.
Sedangkan menurut kelompok kedua adalah orang yang telah mempunyai suatu perasaan bahwa segala sesuatu yang sudah diamalkan dan sudah dilaksanakan itu semata-mata hanya atas kehendak Allah SWT., juga sebagai karunia dari Aliah SWT., dan ia selalu dengan penuh pengharapan, sehingga karena itu ia tetap optimis dan berhati gembira namun tetap selalu waspada.
Namun kelompok yang ketiga adalah orang yang menyerahkan segala-galanya hanya kepada Allah SWT., sebab ia merasa bahwa apa yang dia kerjakan atau yang dia telah mili- kinya itu adalah suatu pemberian dan karunia yang berasal dari Allah SWT., yang mana pada suatu waktu semua pemberian serta karunia tersebut akan kembali kepada Allah sehingga mereka lebih suka untuk berserah diri dan lebih banyak bertawakkal hanya kepada Allah SWT..
Orang yang arif kepada rahasia-rahasia yang telah diselipkan oleh Allah SWT. di dalam berbagai karunia-Nya yang telah datang kepadanya melalui bermacam-macam cobaan dan ujian hidup, orang tersebut adalah orang yang arif serta tinggi ma'rifatnya (menurut pendapat Abu Hasan Asy Syadzili).
Sesuai dengan kasih sayang Allah SWT. ...
tidak lupa akan mengakui semua kesalahannya .... meyakini bahwa sedikit amal dengan mengakui........ Allah, daripada banyak amal, sebab merasa sangat kekurangan dan kelemahan diri, namun di dalam sikap-sikap yang kekurangan tersebut nantinya akan menjadi baik dengan melebihkan dan menonjolkan kebaikan diri, kemudian memikirkan bagaimana supaya menjadi lebih baik, lalu larut di dalam pikirannya Semestinya ia tidak melalui jalan seperti itu, akan tetapi ia .... utama untuk bertawakkal kepada Allah SWT. di dalam hal ibadah.
Sebab seandainya Allah SWT. itu belum waktunya untuk memberikan suatu anugerah kepadanya, maka dari itu apapun tidak akan menjadi berubah. Di dalam surat Ath-Thalaq Al lah SWT. berfirman :
Artinya :
"Barangsiapa yang berserah diri kepada Allah SWT., tentu Allah SWT. akan mencukupkan keperluan-keperluannya".
(Ath-Thalaq : 3).
Di dalam mengarungi hidup di dunia ini, maka sifat tawak- kal itu sangatlah perlu, sebab segala sesuatu telah terbatas pada usaha yang dilakukan oleh manusia, ada yang cepat dan ad,a pula yang lambat di dalam mendapatkannya, bahkan ada yang tidak mendapatkannya sama sekali, serta ada yang sukses dan ada pula yang gagal.
Dan di dalam keterbatasan tersebut manusia selalu memerlukan Allah besertanya, maka di sinilah tawakkal itu sangat diperlukan.
Di dalam surat Yusuf, Allah SWT. telah berfirman di dalam ayat 58, yang mana di dalam firman'tersebut Allah SWT.
senantiasa mengingatkan kepada para hamba-Nya. bahwa dengan karunia tersebut dan dengan Rahmat Allah SWT. puln mereka bergembira, sebab dengan karunia dan rahmat Allah SWT. itu lebih baik bagi mereka daripada apapun yang telah mereka kumpulkan atau telah mereka miliki.