Iradah adalah konsentrasi kepada Allah SWT. dalam suluk untuk menuju kesempurnaan Tauhid. Upaya-upaya yang terpuji dan telah menjadi tuntutan hamba.
Pada hakekatnya iradah itu bukan kehendak dirinya, dan juga tidak ada pilihan lain atas maksudnya yaitu seseorang telah berkonsentrasi semata-mata hanya karena SWT..
Yang merupakan awal perjalanan para salik yang sebenarnya itu adalah merupakan nama bagi tahapan (maqam) pertama pendakian salik untuk menuju ke hadirat Allah SWT. itu adalah Iradah.
Dan sehubungan dengan tempat persinggahan iradah ini sehingga Allah SWT. telah berfirman :
Artinya:
"Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyerbu Rabbnya di pagi dan petang hari, sedang mereka menghendaki wajah-Nya atau keridhaan-Nya". (QS. Al-Ariam:
52).
Dinamakan iradah sebab iradah adalah merupakan awal dari segalanya. Seseorang tidak mungkin untuk melakukan kegiatan (memanifestasikan kehendak) bagi barangsiapa yang tidak mempunyai suatu kehendak terhadap sesuatu.
Untuk mengkaitkan kehendak kepada Allah SWT. dan menjadikan Wajah Allah SWT. itu sebagai sasaran kehendak, maka para teolog merasa sangat kesulitan di dalam hal ini.
Sebab menurut mereka bahwa selain dengan hal-hal yang baru, maka kehendak itu tidak bisa dikaitkan, begitu juga tidak bisa dikaitkan dengan hal-hal yang telah lama. Karena sesuatu yang telah lama itu tidak bisa dikehendakinya.
Sebagai suatu kehendak untuk mendekatkan diri kepada-Nya itu telah mereka ta'wili kehendak yang dikaitkan dengan sesuatu yang baru. Sebab mereka mempunyai anggapan bahwa sangatlah mustahil bila mendekatkan diri dengan sesuatu yang telah lama.
Yang menjadikan hati mereka keras adalah anggapan yang mereka lontarkan di atas, karena penghalang bagi mereka itu terlalu tebal, sebab mereka tidak mempunyai ruh perilaku serta keindahan cinta.
Membebaskan diri dari kehendak adalah sebab kehendak bagi orang-orang yang telah mementingkan akan perilaku, dan menurut mereka bahwa kehendak itu dianggap tidak sah kecuali bagi orang-orang yang tidak memiliki kehendak, dan janganlah menganggap hal semacam ini kontradiktif, tetapi hal ini memang yang benar.
Dan yang dinamakan dengan iradah itu adalah segala persoalan yang menjadi langkah awal bagi salik di dalam meniti jalan untuk menuju kepada Allah SWT. Dalam semua urusan yang berkaitan dengan tujuan, maka kedudukannya itu seperti halnya dengan Muqaddimah.
Dan sebagai belahan kesatuan langkah-langkahnya,.... seorang murid (orang yang berkehendak) itu harus memilih iradah, sebagaimana seorang 'Alim yang diharuskan untuk memiliki ilmu sebagai belahan (indikasi yang menunjuki ... kealimannya.
Di dalam ilmu Gramatika Bahasa Arab kedua nama (ul (murid dan 'Alim) dinamakan dengan kata jadian sebakul bentuk pecahan dari kata asalnya, akan tetapi di dalam penelitian ahli Shufi, murid bukan sebuah perwujudan .... milik murid sendiri (orangnya).
Dan seseorang itu belum bisa dikatakan sebagai seorang murid apabila dia masih belum bisa memurnikan dirinya dari eksistensi kehendaknya (kehendak manusia yang sifatnya relatif ataupun pinjaman), sebagaimana seseorang yang mempunyai suatu kehendak yang mengharuskan terjadi belahan yang .... tidak juga bisa dinamakan murid.
Iradah menurut pendapat dari seseorang adalah kebanyakan hati untuk mencari suatu kebenaran, sedangkan menurut Ad-Daqaq, iradah itu ialah kilatan di dalam sanubari, nyala di dalam hati, cinta yang membara di dalam perasaan, teriakan di dalam batin serta kobaran di dalam hati.