Syirik dan pengingkaran sangat erat hubungannya. Setiap orang yang syirik, ia adalah orang yang ingkar. Dan, setiap orang yang ingkar adalah orang yang syirik. Namun, syirik tidak selalu mengarah kepada pokok pengingkaran. Akan tetapi, orang yang syirik itu adakalanya masih tetap mengakui Sang Pencipta dan juga sifat-sifat-Nya, hanya saja, ia mengingkari tauhid sejati.
Akar pokok syirik dan sumbernya adalah pengingkaran. Pengingkaran itu dikategorikan menjadi tiga:
- Mengingkari bahwa makhluk itu diciptakan oleh Sang Pencipta.
- Mengingkari kesempurnaan Sang Pencipta Yang Maha Suci dengan mengingkari nama, sifat, serta perbuatan-Nya.
- Mengingkari hakikat tauhid yang wajib diyakini oleh setiap hamba dalam muamalahnya dengan Sang Pencipta.
Dari sinilah, muncul bentuk syirik yang di anut oleh kelompok ahli wibdatul wujud dengan menyatakan bahwa tidak ada Khalit| dan tidak juga makhluk, yang ada hanyalah Yang Haq lagi Maha Suci. Dia adalah hakikat makhluk itu sendiri.
\
Dari sini juga, lahir syirik para ateis yang menganggap bahwa alam itu tidak bermula dan kekal tak akan pernah sirna. Menurut mereka, seluruh kejadian yang ada tergantung pada sebab dan perantara yang menjadi lantaran keberadaannya. Mereka menyebutnya akal dan jiwa.
Dari sini, lahir pula syirik dalam bentuk pengingkaran atas nama, sifat, dan perbuatan Tuhan. Mereka adalah kelompok dari kalangan Jahamiyyah dan Qaramithah. Mereka tidak mengakui ketetapan nama dan sifat-Nya, bahkan menganggap bahwa makhluk itu lebih sempurna daripada Nya dengan alasan bahwa kesempurnaan Dzat itu terwujud sebab nama dan sifatnya.
Kedua, syiriknya seseorang yang menyembah kepada selain Allah meskipun tidak mengingkari nama, sifat, dan ketuhanan¬nya Ini seperti syiriknya kaum Nasrani yang menjadikan Tuhan ada tiga dengan menganggap al-Masih dan ibunya adalah Tuhan. Dari sini, muncul juga syiriknya orang-orang Majusi yang berpedoman bahwa segala kebaikan itu dari cahaya, dan segala keburukan itu dari kegelapan.
Dari sini juga, lahir syiriknya kaum Qadariyah yang menyatakan bahwa semua yang hidup menciptakan segala perbuatannya sendiri, dan segala yang terjadi itu tidak karena kehendak dan kuasa Allah. Oleh sebab itu, mereka mirip dengan kalangan Majusi.
Dari sini pula, muncul syirik golongan yang membantah Ibrahim As. tentang Tuhannya ketika ia berkata:
"... Tuhanku ialah yang ynenghidupkan dan mematikan(Al-Baqarah [2] : 258)”.
Ini menunjukkan bahwa ia telah menjadikan dirinya sendiri sebagai sekutu bagi Allah dengan mengaku mampu menghidupkan dan mematikan seperti halnya Allah. Kemudian, Ibrahim As. menentangnya dengan menyuruhnya untuk mendatangkan matahari dari selain arah yang Allah datangkan. Ini bukanlah karena Ibrahim berubah percaya kepadanya sebagaimana anggapan para ahli debat, tetapi ini untuk mematahkan kebenaran pengakuannya.
Dari sini juga, muncul syiriknya orang-orang yang menyekutukan Allah dengan menjadikan bintang-bintang sebagai pengatur alam semesta. Demikianlah pandangan kaum musyrik Sha’ibah dan lainnya.
Dari sini, muncul juga syiriknya para penyembah matahari, para penyembah api, dan lainnya yang menganggap sesembahan mereka adalah Tuhan yang sejati. Di antaranya ada yang menganggap sesembahan merekalah Tuhan yang paling besar. Ada juga yang menganggap bahwa sesembahan mereka adalah salah satu di antara para Tuhan yang jika disembah, ibadah mereka akan diterima.
Di antara mereka ada juga yang beranggapan bahwa sesembahan mereka yang lebih rendah tingkatannya dapat mendekatkan diri kepada Tuhan yang mempunyai tingkatan di atasnya, lalu yang di atasnya mendekatkan diri kepada yang di atasnya lagi hingga Tuhan-Tuhan itu mendekatkan diri kepada Allah Swt. Menurut mereka, terkadang Tuhan perantara itu banyak dan terkadang sedikit.