Maksiat dan Dampak Buruknya

Termasuk dampak buruk dari maksiat adalah dapat melemah¬kan hati dan badan. Jelas bahwa maksiat dapat melemahkan hati, bahkan ia dapat membuat hati menjadi mati. Adapun ia dapat melemahkan badan sebab kekuatan orang mukmin itu berpusat pada hatinya, bilamana hatinya kuat maka badannya menjadi kuat. 

Orang yang durhaka, meski badannya terlihat kuat, namun ia sebetulnya sangatlah lemah karena kekuatan itu mengkhianatinya dalam memenuhi hal terpenting yang sangat dibutuhkan oleh dirinya. Perhatikanlah kekuatan bangsa Persia dan Romawi, bagaimana kekuatan mereka berkhianat di saat paling penting yang mereka butuhkan! Hingga orang-orang mukmin berhasil melumpuhkan kekuatan badan dan hati mereka. 

Dampak buruk yang lain dari maksiat ialah terhalang dari ketaatan. Seandainya dosa tidak berakibat siksa maka sebagai gantinya, ia dapat menutup jalan menuju ketaatan dan penghalang bagi ketaatan yang lain. Ini berarti ia dapat menutup jalan menuju ketaatan yang ketiga, keempat, dan seterusnya. Jadi, terputuslah berbagai ketaatan sebab dosa, padahal setiap ketaatan tersebut nilainya lebih baik daripada dunia seisinya. Kondisi seperti ini bagaikan orang yang makan hanya sesuap, namun berakibat sakit yang berkepanjangan hingga ia tidak dapat menyantap aneka makanan lainnya yang lebih lezat. Semoga Allah menghindarkan kita dari kondisi seperti ini. 

Merupakan dampak buruk dari maksiat lainnya adalah dapat memperpendek umur dan melenyapkan barakahnya. Sebagaimana cebaikan itu dapat memperpanjang umur maka durhaka dapat nemperpendek umur. Terdapat bermacam-macam pandangan nengenai hal ini. Sebagian kelompok berpandangan bahwa berkurangnya imur pelaku maksiat maksudnya adalah hilangnya keberkahan tmurnya. Ini benar karena termasuk bagian dari dampak maksiat. 

Sebagian yang lain berpendapat bahwa maksiat memang benar – benar dapat mengurangi umur seperti juga dapat mengurangi rezeki. Allah Swt. Menjadikan banyak sebab bagi keberkahan rezeki dan keberkahan umur yang dapat menambah serta mengurangi keduanya. 

Mereka menyatakan bahwa umur bisa bertambah dan berkurang dengan sebab-sebab tertentu, begitu pula dengan rezeki, ajal, nasib beruntung dan celaka, sehat dan sakit, juga kaya dan miskin. Semua itu ditetapkan oleh Allah dengan sebab-sebab yang juga telah digariskan oleh-Nya dapat mendatangkan segala akibatnya. 

Kelompok lainnya berpandangan bahwa maksiat dapat mengurangi umur sebab hakikat kehidupan adalah hidupnya hati. Oleh karenanya, Allah Swt. menggolongkan orang kafir sebagai orang mati sebagaimana dalam firman-Nya:

 "Mereka itu mati tidak hidup (Q.S. An-Nahl [16] : 21)" 

Hakikat hidup ialah hidupnya hati. Umur manusia pada hakikatnya diukur dari seberapa lama hidupnya hati dan masa hidupnya bersama Allah. Itulah ukuran masa panjang pendeknya umur. Kebaikan dan ketakwaan dapat menambah panjang masa hidupnya hati yang tidak lain merupakan hakikat umurnya. 

Jadi, jika hamba berpaling dari Allah dan sibuk dengan maksiat berarti lenyaplah kehidupan umurnya yang sej

"Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal shalih) untuk hidupku ini.(Q.S. Al-Fajr [89] : 24) " 

Adakalanya ia tahu akan kemaslahatan hidupnya di dunia dan di akhirat, atau mungkin juga tidak. Jika ia tidak memahaminya, seluruh umurnya hilang dengan sia-sia dan kehidupannya akan terbuang percuma. Bila ia mengetahuinya, jalannya menjadi panjang sebab banyak rintangan, dan sebab-sebab kebaikanpun menjadi sulit menurut ukuran kemaksiatan yang diperbuat nya. tulah yang dimaksud dengan hakikat pendeknya umur. 

Pada intinya, sesungguhnya, umur manusia adalah masa durasi hidupnya, dan kehidupan sejatinya itu ialah waktu yang terisi penuh dengan hati yang menghadap kepada Tuhan, menikmati ndah cinta dan ingat kepada-Nya, serta lebih mengutamakan keridhaan-Nya.