Tata Cara Shalat Gerhana

Shalat gerhana matahari dan bulan ini, masing-masing dua rakaat, dengan ditentukan niatnya apakah shalat gerhana matahari atau bulan. Sedang cara melaksanakannya ada dua macam: cara sederhana dan cara yang sempurna. 

Cara yang sederhana, asal sah, ialah dengan melakukan shalat dua rakaat, yang pada masing-masing rakaat terdapat dua kali berdiri, dua kali qiraat dan dua kali ruku' seperti biasa, tanpa dipanjangkan. Dan sah juga, dua rakaat, yang masing-masing satu kali berdiri dan satu kali ruku', seperti halnya shalat Jum'at, tetapi berarti meninggalkan keuta¬maan, karena tidak mengikuti praktek yang pernah dilakukan Nabi SAW. 

Adapun cara yang sempurna, ialah dengan melakukan dua kali berdiri pada masing-masing rakaat, di mana tiap kali berdiri itu memanjangkan bacaan, yakni: ketika berdiri yang pertama pada rakaat pertama, sesudah al-Fatihah maka membaca Surat al-Baqarah umpamanya, atau Surat lain yang sama panjangnya. Sedang ketika berdiri kedua kalinya membaca sebanyak 200 ayat. Kemudian, ketika berdiri pada rakaat kedua, membaca 150 ayat, dan ketika berdiri kedua kailnya 100 ayat dari Surat al-Baqarah. Selanjutnya ketika ruku', maka ruku'nya diperpanjang selama bacaan tebih-kurang 100 ayat. Dan pada ruku' yang kedua diperpanjang kira-kira selama bacaan 80 ayat, ruku' ketiga 70 ayat, dan keempat 50. 

Sehabis shalat, imam menyampaikan dua khutbah yang rukun- rukun dan syarat-syaratnya seperti khutbah Jum'at- di mana ia menganjurkan orang bertaubat dan melakukan amal kebaikan, dan memperingatkan agac jangan terpedaya dan melalaikan perintah Allah. 

At-Tirmidzi (562) meriwayatkan dengan menyatakan hasan shahih, dari Samurah bin Jundub RA, dia berkata:

 صَلَّى بِنَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِى كُسُوفٍ لاَ نَسْمَعُ لَهُ صَوْتًا 

Pernah Nabi SAW shalat bersama kami ketika terjadi gerhana matahari, sedang kami tidak mendengar suara beliau. 

Sementara itu al-Bukhari (1016) dan Muslim (9091) meriwayatkan dari 'Aisyah RA:

 جَهْرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِى صَلاَةِ الْخُسُوْفِ بِقِرَاءَتِهِ 

Nabi SAW menyaringkan bacaannya ketika shalat gerhana bulan. 

Dengan demikian, hadits yang pertama ditafsirkan sebagai mengenai shalat gerhana matahari, karena peristiwa ini memang terjadinya siang hari. Sedang yang kedua mengenai shalat gerhana bulan, karena ia terjadi malam hari. 

Adapun dalilnya lebih lanjut ialah apa yang pernah diriwayatkan oleh al-Bukhari (947) dan Muslim (901), dari 'Aisyah RA, dia berkata:

 خَسَفَتِ الشَّمْسُ فِى حَيَاةِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فََخَرَجَ رَسُوْلُ اللهِ صَلّىَ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِلَى الْمَسْجِدِ، فََقَامَ فَكَبَّرَ وَصَفَّ النَّاسُ وَرَاءَهُ فَاقْتَرَأَ قِرَاءَةً طَوِيْلَةً، ثُمََّ كَبَّرَ فَرََكَعَ رُكُوعًا طَوِيْلاً، ثُمََّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَالَكَ الْحَمْدُ، ثُمََّ قَامَ فَاقْتَرَأَ قِرَاءَةً طَوِيْلَةً هِيَ اَدْنَى مِنَ القِرَاءَةِ اْلاُوْلَى، ثُمََّ كَبَّرَ فَرََكَعَ رُكُوعًا هُوَ اَدْنَى مِنَ الرُّكُوعِ اْلاَوَّلِ، ثُمََّ قَالَ: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَالَكَ الْحَمْدُ، ثُمََّ سَجَدَ، وَفِى رِوَايَةٍ اُخْرَى فَاَطَالَ السُّجُوْدَ، ثُمَّ فَعَلَ بِالرَّكْعَةِ اْلاُخْرَى مِثْلَ ذَلِكَ حَتَى اسْتَكْمَلَ اَرْبَعَ رَكَعَاتٍ.....اَىْ اَرْبَعَ رُكُوعَاتٍ وَاَرْبَعَ سُجُدَاتٍ، وَانْجَلَتِ الشَّمْسُ قَبْلَ اَنْ يَنْصَرِفَ، ثُمََّ قَامَ فَخَطَبَ النَّاسُ، فَاَثْنَى عَلَى اللهِ بِمَا هُوَ اَهْلُهُ، ثُمََّ قَالَ: اِنَّمَا الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ اَيَتَانِ مِنْ اَيَاتِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، لاَيَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ اَحَدٍ وَلاَلِحَيَاتِهِ، فَاِذَارَاَيْتُمُوهَا فَافْزَعُوااِلَى الصَّلاَةِ، وَفِى رِوَايَةٍ: وَاِذَا رَاَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوااللهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدّقُوا 

Pernah terjadi gerhana matahari semasa hidup Nabi SAW. Maka berangkatlah RasulullahSAW ke masjid, lalu berdiri terus takbir, sedang orang-orang berbaris di belakang beliau. Maka, beliau membaca bacaan yang panjang, sesudah itu takbir, terus ruku' lama. Kemudian mengangkat kepalanya seraya mengucapkan, "Sami'allahu liman hamidah, Rabbana lakal hamd". Sesudah itu sujud -sedang menurut riwayat lain: maka beliau memperpanjang sujudnya-. Kemudian, pada rakaat berikutnya beliau melakukan seperti itu pula, sehingga terlaksanalah empat rakaat Maksudnya, empat ruku' dan empat sujud. Sementara matahari terang kembali sebelum Nabi usai dari shalatnya. 

Kemudian, beliau berdiri menyampaikan khutbah kepada jamaah. Dipujinya Allah dengan pujian-pujian yang patut untuk-Nya, kemudian bersabda: "Matahari dan bulan tak lain adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah 'Azza fta Jalla. Keduanya takkan tertutup dikarenakan matinya atau hidupnya seseorang. Apabila kamu mengalaminya, maka segeralah melakukan shalat". Sedang menurut ri¬wayat lain: "Apabila kamu mengalami peristiwa seperti itu, maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, shalat dan bersedekahlah''. 

Fi hayati 'n-Nabiyyi: semasa hidup Nabi. Memapg peristiwa ini bersamaan dengan wafatnya putra beliau, Ibrahim RA. Semasa Jahiliyah, apabila terjadi gerhana matahari atau bulan, orang-orang Arab me- nyangka bahwa seorang besar meninggal dunia. Oleh karena itu, ketika terjadi gerhana matahari bersamaan dengan wafatnya Ibrahim RA ini, Rasulullah SAW segera melenyapkan prasangka seperti ini dengan sabdanya:

 لاَيَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ اَحَدٍ وَلاَلِحَيَاتِهِ 

Matahari dan bulan takkan tertutup dikarenakan matinya atua hidupnya seseorang. 

Injalat: terang dan bercahaya kembali. 

Yansharif: usai dari shalat. 

A raba'a raka'at: empat rakaat, sedang yang dimaksud empat kali ruku'. 

Lalu, apabila shalat itu untuk gerhana matahari, maka bacaan tidak dinyaringkan. Dan hendaknya orang-orang diingatkan jangan sampai terpedaya dan lalai terhadap perintah Allah. 

SHALAT GERHANA MATAHARI DAN BULAN TIDAK DIQADHA' 

Apabila waktu shalat gerhana matahari atau bulan telah lewat, yakni matahari atau bulan telah menjadi terang kembali, sedang shalat belum dilakukan, maka tidak disyari'atkan mengqadha karena shalat gerhana tergolong shalat yang harus dilakukan bersamaan dengan penyebabnya. Artinya, kalau penyebab itu sudah tidak ada lagi, maka berarti alasan untuk shalat (mujib)pun ikut hilang. Sedang dengan terangnya kembali matahari dan bulan, berarti masing-masing sudah tidak mengalami gerhana lagi. 

MANDI SEBELUM SHALAT GERHANA 

Dan disunnatkan pula mandi sebelum pergi shalat gerhana matahari atau bulan, seperti halnya ketika akan pergi shalat Jum'at, karena kedua-duanya sama-sama berjamaah dan menghimpun orang banyak.