Perdamaian dan hidup damai adalah cita-cita Islam dan prinsip yang telah ditanamkan ke dalam jiwa tiap muslim sejak ia memancarkan sinarnya di atas bumi Allah ini. Perdamaian dan cinta damai sudah menjadi bahagian dari hidup umat Islam dan menjadi bahagian dari aqidah yang duah mendarah mendaging.
Islam sejak diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. menyebarkan benih perdamaian dan mengajak umat manusia hidup damai dan rukun, bebas dari ketakutan dan bayangan peperangan dan pertumpahan darah. Karenanya kampanye perdamaian yang didengung-dengungkan masa kini, bukanlah hal baru dan bukanlah masalah yang asing bagi umat islam.
Arti kata “Islam”
Bahwasanya kata “Islam” sebagai nama agama yang diwahyukan kepada Nabi besar Muhammad saw. adalah berpangkal tolak dari kata “Silim” yang berarti damai, cukuplah sebagai tanda betapa agama Islam menjunjung tinggi cita-cita perdamaian dan hidup damaia di antara umat manusia.
Islam dan Salam dua kata yang bertemu dalam pengertian keamanan, ketenteraman dan ketenangan dalam hidup seseorang dan hidup suatu umat. Kata “Salam” pun dalam kamus Islam menjadi salah satu nama Allah, Tuhan Seru Sekalian Alam, di samping nama-nama lain yang disebut “Asma’ul Husna”.
Nabi Muhammad saw. pembawa risalah islam, adalah juga pembawa bendera damai, karena beliau membawa tuntunan, penerangan, kebaikan dan kebajikan kepada umat manusia. Ia bersabda tentang dirinya;
إنّما أنا رحمة مهداةد
“Sesungguhnya aku hanya suatu rahmat yang dihadiahkan oleh Allah kepada umat manusia”.
Sebagaimana juga difirmankan oleh Allah swt.:
“Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Al-Anbiya 107).
Kata “Silim” yang berarti damai berada di tiap ujung bibir orang Islam, diucapkannya pada tiap kesempatan bertemu satu dengan yang lain, diucapkannya pada tiap melakukan shalat lima kali sehari. Karena pemberian salam dengan mengucapkan “Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh” menjadi sunnah yang harus dilakukan oleh tiap muslim, bila ia bertemu dengan sesama saudara muslimnya, bila ia masuk ke rumah, bila ia melalui suatu kelompok atau jamaah muslimin bahkan di mana saja dan pada kesempatan apa saja harus salam Islam itu dikumandangkan dan disebar luaskan. Bersabda Rasulullah saw.:
إنّ الله جعل السّلام تحبّة لأمّتنا وأمانا لأهل ذمتنا و "السّلام قبل الكلام"
“Sesungguhnya Allah menjadikan salam sebagai kata sambut menyambut bagi umat kita dan keamanan bagi orang-orang dzimmi kita”. Dan “Berilah salam sebelum berbicara”.
Seorang muslim bila ia berminajat kepada Tuhannya di dalam bershalat, ia wajib memberi salam kepada Nabinya, dirinya dan kepada hamba-hamba Allah yang saleh. Demikian pula bila ia usai dari shalatnya.
Dan dalam medan perangpun jika seorang musuh mengucapkan salam, maka pertempuran harus dihentikan. Firman Allah swt:
“Dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan "salam" kepadamu: "Kamu bukan seorang mukmin" (lalu kamu membunuhnya).” (An_nisaa’ 94).
Juga Allah telah menentukan cara salam penghormatan bagi sesama orang mukmin ialah pemberian salam sebagaimana diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Allah berfirman:
“Salam penghormatan kepada mereka (orang-orang mukmin itu) pada hari mereka menemui-Nya Ialah: Salam. (Al-Ahzab 44).
Demikian pula para malaikat yang masuk ke tempat orang-orang saleh mengucapkan salam, sebagaimana firman Allah:
“Sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): "Salamun 'alaikum”. (Ar-Ra’d 23-24).
Tempat hamba-hamba Allah yang diridhaipun disebutnya “Darus-salam” sebagaimana difirmankan oleh Allah:
“ Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga).” (Yunus 25).
“Bagi mereka (disediakan) darussalam (syurga) pada sisi Tuhannya.” (Al-An’am 127).
Ahli syurga pun tidak mengucapkan dan mendengarkan kata-kata yang kosong dan tidak berguna. Apa yang didengar hanyalah kata-kata salam. Firman Allah swt:
“Mereka tidak mendengar di dalamnya Perkataan yang sia-sia dan tidak pula Perkataan yang menimbulkan dosa, akan tetapi mereka mendengar Ucapan salam.” (Al-Waaqi’ah 25-26).
Berulang-ulang disebutnya kata “Salam” dalam Al-Qur’an maupun dalam hadits Nabi dan populirnya kata itu diucapkan oleh bibir tiap muslim dan pada tiap pertemuan, tiap shalat, tiap do’a membangkitkan ingatan orang dan mengarahkan pikirannya kepada prinsip perdamaian yang dijunjung tinggi oleh agama Islam.