Islam secara cermat sekali mengakui dan menghormati hak-hak yang sah dari tiap orang, dan berusaha melindungi kebebasannya dan kehormatannya, darahnya dan harta bendanya dengan jelas menegakkan kebenaran dan keadilan di antara sesama mereka.
Karena dengan tegaknya kebenaran dan keadilan dalam suatu masyarakat terdapatlah ketenangan dan rasa aman dalam kehidupan sehari-hari dan terbentuklah hubungan yang erat di antara sesama warga dan kepercayaan yang timbal balik antara penguasa dan rakyat, di samping makin tumbuhnya kemakmuran dan bertambahnya kesejahteraan, sehingga tidak akan terjadi kegoncangan dan kericuhan yang meresahkan dan menggelisahkan.
Dan dalam suasana yang aman, tertib dan tenang masing-masing dari pihak penguasa maupun rakyat dapat bekerja dengan sepenuh tenaga dan pikirannya mengabdikan dirinya bagi kepentingan negeri dan penduduknya tanpa kuatir dihalangi usahanya atau dirintangi aktifitasnya.
Seruan untuk berlaku adil
tidak sedikit ayat-ayat dalam Al-Qur’an dan hadits-hadits yang disabdakan oleh Rasulullah saw. yang berseru agar manusia berlaku adil dalam segala tindak-tanduknya dan menjauhkan diri dari perlakuan yang dzalim.
Bahkan Allah swt. tidak menurunkan kitab-kitab-Nya dan mengutus rasul-rasul-Nya serta mengundangkan syari’at-syari’at-Nya melainkan untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Allah berfirman:
“Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya Padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa.” (Al-Hadiid 25).
Dan dengan keadilan bedirilah langit dan bumi. Firman Allah:
“Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan Tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.” (Ar-Rahman 7-9)
Menegakkan keadilan adalah salah satu tugas Rasulullah saw. yang diperintahkan kepadanya.
Firman Allah:
“Dan Katakanlah: "Aku beriman kepada semua kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya Berlaku adil diantara kamu. Allah-lah Tuhan Kami dan Tuhan kamu. bagi Kami amal-amal Kami dan bagi kamu amal-amal kamu. tidak ada pertengkaran antara Kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)".”(Asy Syuuran 15).
Allah swt. tidak mendzalimi hamba-hamba-Nya sedikit pun dan juga tidak menghendaki kedzaliman.
Firman Allah:
وما الله يريد ظلما للعباد.
“Dan tidaklah Allah menghendaki kedzaliman bagi hamba-hamba-Nya.” (Ghafir 31)
ياعبادى إنّى حرمت الظّلم على نفسى وجعلته بينكم محرّما فلا تظالمو.
“Hai hamba-hamba-Ku, Aku mengharamkan perlakuan dzalim bagi diri-Ku dan mengharamkannya di antara kamu, maka janganlah kamu berlaku dzalim satu terhadap yang lain.”
Dan tidaklah binasa umat-umat yang terdahulu kalau bukan karena kedzliman dan berbuatan mereka yang melampaui batas. Allah berfirman:
“Dan Sesungguhnya Kami telah membinasakan umat-umat sebelum kamu, ketika mereka berbuat kezaliman. (Yunus 13).
“Maka Itulah rumah-rumah mereka dalam Keadaan runtuh disebabkan kezaliman mereka.”(An-Nam’l 52).
Bersabda Rasulullah saw.:
إتّقوا الظلم فإنّ الظّلم ظلمات يوم القيامة
“Jauhilah kedzaliman, karena kedzaliman itu merupakan kegelapan di hari kiamat.”
Do’anya orang yang diperlakukan dzalim diangkat oleh Allah swt. sampai ke atas awan seraya berfirman: Demi keagungan-Ku, aku akan memenangkan engkau walau kelak di kemudian hari. Demikian disampaikan oleh Rasulullah saw.
Orang-orang yang berlaku dzalim kalaupun mereka merasa bahwa balasan Allah tidak akan segera menimpa mereka, mereka tidak akan merasa aman dari balasan Allah itu.
Allah berfirman:
“Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak, mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mangangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong.” (Ibrahim 42-43).
“Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tanganny, seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul".”(Al-Furqaan 27).
“(yaitu) hari yang tidak berguna bagi orang-orang zalim permintaan maafnya dan bagi merekalah la'nat dan bagi merekalah tempat tinggal yang buruk.”(Al-Mu’min 52).