Islam memandang kepada harta sebagai urat nadi kehidupan dan salah satu kebutuhannya yang tidak diabaikan oleh manusia sebagai kelompok maupun perorangan. Allah swt. berfirman:
“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah pemeliharanya.” (Annisa 5).
Dan Allah telah menamakan harta sebagai barang yang baik (khair) dalam firman-Nya:
“Dan Sesungguhnya Dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.” (Al-Aadiaat 8).
Artinya manusia itu karena sangat cintanya kepada harta sehingga ia menjadi bakhil, sebagaimana dalam firman-Nya:
“Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan. (Al-Fajr 20)
Juga harta benda disebutkannya dalam Al-Qur’an sebagai perhiasan kehidupan sebagai dalam ayat tersebut di bawah ini:
“Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (Al-Jum’ah 10).
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”Al-Kahfi 46).
Juga Allah telah menyebut harta (zakat) sebagai harta-Nya sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:
“Dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu.” An-Nuur 33).
Allah swt. menyebut kekayaan yang berupa binatang ternak dan binatang piaraan sebagai bagian dari harta benda, dalam firman-Nya:
“Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebahagiannya kamu makan. Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan. Dan ia memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup sampai kepadanya, melainkan dengan kesukaran-kesukaran (yang memayahkan) diri. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dan (dia telah menciptakan) kuda, bagal dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya.” (An-Nahl 5-8).
Demikian pula harta kekayaan yang berupa ladang-ladang dan kebun-kebun yang menghasilkan buah-buahan dan bahan-bahan makanan, sebagaimana tersebut dalam ayat-ayat ini:
“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila Dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (Al-An’aam 141).
Dan tidak ketinggalan pula kekayaan yang terdapat di dalam dasar laut disebutnya dalam firman Allah swt.:
“Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.” (An-Nahl 14).