Itulah dia sifat-sifat pahlawan-pahlawan kebenaran penegak haq dan itulah pula tanda-tanda pembawa risalah yang suci pada tiap masa, ditiap kota dan tiap tempat.
Dengan mengenal haq kebenaran dan berpegangan teguh kepadanya, mengangkat benderanya dan dengan kesanggupan menerima resiko perjuangannya, maka alhaq menang dan dapat berdiri tegak.
Sejarah manusia penuh dengan cerita pendekar-pendekar yang memperjuangkan tegaknya alhaq, membentangkan benderanya sehingga berkibar di seluruh jagad.
Di dalam Al-Qur’an Allah memberi contoh dan tauladan beberapa nabi seperti Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad saw.
Firman Allah
“Dan berapa banyaknya Nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada doa mereka selain ucapan: "Ya Tuhan Kami, ampunilah dosa-dosa Kami dan tindakan-tindakan Kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian Kami, dan tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir".( Ali Imran 146-147).
Firman Allah
“Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (Alkahfi 13)
Pemuda-pemuda itu lari dengan agamanya meninggalkan masyarakat lingkungan hidup mereka, masyarakat penyembah berhala yang tidak sesuai dengan cara hidup mereka sebagai orang-orang mu’min. Mereka tinggalkan kaumnya bersama berhala-berhala dan dewa-dewa mereka dan pergi berlindung di dalam sebuah gua pada suatu bukit seraya berdo’a memohon rahmat Tuhan dan petunjuk serta perlindungan-Nya.
Selanjutnya Allah mengisahkan cerita mereka di dalam gua:
“Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang Luas dalam gua itu. itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah..” (Alkahfi 17).
Kasih dan rahmat Allah terus mengikuti mereka di dalam gua itu. Mereka dilindungi dari panasnya matahari, agar tidak mengganggu ketenangan mereka di kala tidur atau melakukan ibadah.
Firman Allah
“Dan kamu mengira mereka itu bangun, Padahal mereka tidur; dan Kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan diri dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi oleh ketakutan terhadap mereka.” (Alkahfi 18)
Demikian pula Allah dengan belas kasih-Nya dan membalik-balikkan tubuh mereka ke kanan dan ke kiri untuk menjaga jangan sampai badan mereka dirusak tanah selama berada di dalam gua sepanjang tiga abad.
“Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).” (Alkahfi 25)
Setelah melewati masa panjang tiga ratus sembilan puluh tahun dalam keadaan tidur nyenyak, bangkitlah mereka dengan kuasa Allah yang telah memberi daya tahan hidup mereka di luar hukum-hukum alami. Mereka bangun dari ridurnya dan menemui keadaan alam sekitar mereka berubah; manusia-manusianya bukanlah orang-orang yang mereka dahulu kenal, berhala dan dewa-dewa sudah tidak tampak lagi dan kaum-kaum penyembah berhala sudah lenyap digantikan oleh masyarakat tang beriman dan bertauhid.
Diceritakan dalam al-Qur'an Surat al-kahfi ayat 19-21
“Dan Demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. berkatalah salah seorang di antara mereka: sudah berapa lamakah kamu berada (disini?)". mereka menjawab: "Kita berada (disini) sehari atau setengah hari". berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah Dia Lihat manakah makanan yang lebih baik, Maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia Berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun. Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempar kamu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya kamu tidak akan beruntung selama lamanya". Dan demikian (pula) Kami mempertemukan (manusia) dengan mereka, agar manusia itu mengetahui, bahwa janji Allah itu benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan padanya. ketika orang-orang itu berselisih tentang urusan mereka, orang-orang itu berkata: "Dirikan sebuah bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka". orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata: "Sesungguhnya Kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan di atasnya".(Alkahfi 19-21).
Demikianlah kisah “Ashhabul kahfi”, kisah pemuda-pemuda yang merasa tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan suasana kekafiran dan kemusyrikan dan karena tidak berdaya menegakkan haq di kalangan kaumnya yang hati dan jiwanya sudah diusak oleh syirik dan kufur, maka pergilah mereka menyendiri di dalam suatu gua untuk menyelamatkan aqidah dan tauhid yang sudah mendarah daging pada mereka.
Kisah ini seyogyanya menjadi i’tibar dan pelajaran bagi manusia agar ia dapat bertahan menanggung penderitaan dalam perjalanannya menegakkan haq dan kebenaran dengan keyakinan penuh bahwa Allah swt. Akan selalu menyertainya dalam jihadnya dan akan melindunginya di mana pun ia berada, di dalam sebuah gua atau tempat yang angker sekalipun, dan bahwa selama iman dan aqidah dikandung hati maka tidak ada sesuatu halangan yang akan menjadi rintangan.
Dalam surat Annuur ayat 40:
“Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila Dia mengeluarkan tangannya, Tiadalah Dia dapat melihatnya, (dan) Barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah Tiadalah Dia mempunyai cahaya sedikitpun.” (Annuur 40).
Lihatlah sejarah Islam sejak lahirnya, yang telah mencatat kemenangan-kemenangan gemilang dalam perang Badar, Khandaq, Hudaibiyah dan menghadapi tentara Persia, Rumawi, Tartar, dan perang Salib serta perang kolonial. Semuanya itu berkat iman yang teguh dan aqidah yang mantap yang bergelora dalam dada para umatnya. Kemenangan-kemenangan itu juga mencerminkan keberanian dan keteguhan hati para muslimin dalam usaha menegakkan haq dan kebenaran memerangi segala kebathilan dan kemungkaran.