Shalat Lima Waktu
Salah satu ibadah yang dianjurkan ialah melakukan shalat lima waktu. Shalat lima waktu adalah merupakan perjalanan ruhani seorang hamba menuju Tuhannya, dan merupakan pelarian kesibukan duniawi.
Pertama kali yang harus dilakukan dalam shalat ialah menghadap ke arah kiblat, kemudian membuka shalat dengan kalimah (Allahu Akbar” (Allah Maha Besar). Kalimah ini sebagai pembukaan shalat, dan merupakan ikrar bahwa Allah-lah Yang Maha Besar dari segala sesuatu yang dianggap besar dan ditaati di alam wujud ini.
Kemudian, sesudah itu seorang yang sedang menjalankan shalat bermunajat kepada Allah dengan membaca surat Al-Fatihah.
“Segala puji bagi Allah, tuhan semesta alam, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”. (QS. 1 : 1 – 2).
Ayat ini mengingatkan agar memuji Allah atas semua nikmat dan rahmat yang telah Allah berikan kepadanya; suatu peringatan bagi manusia agar mencintai Allah yang telah memberikan segala nikmat kepada mereka, dan merupakan bisikan jiwa antara manusia dan Tuhannya:
“Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”. (QS. 1 : 2).
Dengan sifat Rahman dan Rahim yang dimiliki Allah, maka jiwa manusia akan merasa tentram dan tidak khawatir. Tidak sebagaimana yang terdapat pada agama-agama lain yang mempunyai tuhan banyak. Mereka menyembah tuhan-tuhannya karena terdorong oleh rasa takut dan khawatir akan mendapat murka dari tuhan-tuhan tersebut. Yang demikian itu sebagaimana yang digambarkan oleh kisah-kisah Yunani.
Sesudah itu bacaan surat Al-Fatihah mengingatkan seorang muslim kepada kekuasaan Allah kelak pada hari pembalasan:
“Yang menguasai hari pembalasan”. (QS. 1 : 4).
Ayat tadi menyatakan bahwa Allah menguasai hari pembalasan; mengingatkan setiap orang untuk tidak berbuat sewenang-wenang, karena segala sesuatunya akan mendapat pembalasan dari Allah berdasarkan tingkah laku yang diperbuat oleh seorang hamba. Sesudah itu ayat selanjutnya mengingatkan pada keesaan Tuhan:
“Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan”. (QS. 1 : 5).
Ayat ini menyatakan bahwa tak ada penghambaan diri pada seseorang, atau kepada hawa nafsunya sendiri, atau tunduk pada khurafat dan cerita-cerita dongeng.
Seorang muslim dianjurkan agar memohon petunjuk kepada Allah sebagaimana yang dinyatakan dalam ayat berikut :
“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”. (QS. 1 : 6 – 7).
Ayat tadi memberi isyarat agar seorang muslim meniti jalan yang benar dan menjauhi jalan kesesatan.
Setelah itu, seorang yang sedang melakukan shalat dianjurkan untuk membaca ayat-ayat atau surat-surat yang mengandung hidayah bagi dirinya.
Lalu ia melakukan ruku’ sambil membungkukkan badan, sehingga tampak punggungnya lurus dan rata. Kedua tangannya bertopang pada lututnya sambil mengucapkan kalimah :
سبحان ربي العظيم
“Maha Suci Tuhanku yang Maha Agung”
Sehabis ruku’, ia mengangkat badannya sambil mengatakan :
سمع الله لمن حمده, ربنا ولك الحمد
“Allah Maha Mendengar orang yang memuji-Nya (mengabulkan segala permintaannya)”.
Kemudian ia berdiri tegak sambil mengucapkan kalimah :
ربنا ولك الحمد
“Ya Tuhanku bagimu segala puji”.
Kemudian ia melakukan sujud dengan meletakkan keningnya pada tanah sambil mengucapkan kalimah :
سبحان ربي الأعلى
“Maha Suci Tuhanku dan Maha Luhur”.
Setelah itu, ia harus mengangkat kepalanya, terus duduk, dan ia berdiam sejenak (tuma’ninah), lalu melakukan sujud untuk yang kedua kalinya, dan dalam sujud ini ia membaca kalimah sebagaimana sujud pertama. Sujud adalah saat-saat yang paling dekat dengan seorang hamba dengan Tuhannya, berdasarkan pandangan Islam.
Semua perbuatan ini, secara keseluruhan dinamakan raka’at shalat. Kemudian seseorang harus melakukan perbuatan seperti semula. Dalam shalat shubuh dua raka’at; shalat zhuhur empat raka’at, shalat ashar empat raka’at, shalat maghrib tiga raka’at dan shalat isya’ empat raka’at.
Itulah sekedar keterangan singkat mengenai shalat. Sengaja kami jelaskan secara singkat tanpa menyampaikan hal-hal lain yang masih termasuk dalam pekerjaan shalat, karena pembahasannya terlalu panjang. (Bagi para pembaca yang ingin memperdalam pengetahuan bab shalat, silakan baca buku Ruh Al ‘Ibadah, oleh pengarang, dan kitab-kitab lainnya yang membahas masalah ini. )
Di dalam agama Islam, shalat dilakukan oleh setiap individu muslim yang harus dihayati tanpa membutuhkan pertolongan orang lain. semua pekerjaan shalat itu, terkandung rahasia-rahasia yang dalam, sehingga membutuhkan seorang ahli agama yang mampu memberikan penjelasan. Karenanya, setiap individu muslim harus melaksanakan sendiri kewajiban ini.